Chapter 22 : I miss you, but...

14 0 0
                                    

John F. Kennedy International Airport

Ryan baru saja tiba dari perjalanan panjang dipesawat. Ia menarik koper besarnya menuju sebuah cafe di bandara.

"Kok si Rita surah dihubungin sis? Astaga... Mana gue gak punya kontaknya Jeremy lagi. Ah, elah... Kemana dah tuh anak? Oh iya telpon nyokapnya aja lah ya." Kesal Ryna yang terus menghubungi Rita tapi nomornya mendadak gak aktif.

Ryna bergegas menelpon mamanya Rita dan diangkat.

"Hallo, sayang. Tante denger kamu berangkat ke New York ya? Kamu udah ketemu Rita?"-Mamanya Rita.

"Hallo juga, tante. Iya, Ini Aku baru sampe. Justru aku mau nanya Rita tinggal dihotel mana ya, tante? Soalnya Aku telpon dia, nomornya gak aktif."-Ryna.

"Oh, gitu. Rita nginep di hotel xxx. Nanti kilo ketemu dia, Bilangin mama minta ditelpon dia."-Mamanya Rita.

"Ah, Thank you, tante. Nanti Ryna kabarin kalo ketemu dia. Ryna tutup dulu ya. Bye, tante."-Ryna.

"Ok, sayang. Have fun, sayang!"-Mamanya Rita.

Setelah menempuh perjalanan selama 30 menit, Ryna akhirnya tiba dihotel dimana Rita menginap. Ia mulai melangkah menyelusuri koridor hotel dan berdiri didepan kamar no. 516.

Ting... Tong...

Butuh waktu hingga akhirnya pintu itu terbuka dan menampilkan wajah kusut dari Rita. Ryna masih belum menyadari wajah kusut tersebut. Ia hanya sibuk masuk dan meletakan mantelnya disebuah gantungan khusus baju.

"Lo tuh ya! Gue hubungin, Gak diangkat. Terpaksa gue ngehubungin nyokap lo. Untung aja—" Omel Ryna seketika terhenti saat ia melihat penampilan menyedihkan dari sahabatnya.

"Astaga, Rita. Lo kenapa? Are you ok? You look mess." Lanjut Ryna khawatir dengan memegang kedua bahu sahabatnya dan mencari-cari siapa tau ada luka.

Melihat Ryna yang khawatir akan dirinya, Rita mengingat kejadian yang membuat ia seperti ini. Ia pun menangis dan memeluk Ryna yang masih khawatir bercampur bingung.

"Rynaa... Hiks...Gue..." Isak Rita dipelukan Ryna.

"Ya udah lo selesaiin dulu nangisnya. It's Ok. Gue tunggu sampe lo siap cerita." Kata Ryna menenangkan sahabatnya tersebut.

Beberapa menit kemudian, Tangisan Rita mereda dan mereka sedang duduk diruang tamu. Ryna berdiri untuk mengambilkan air mineral untuk Rita. Setelah itu, Ia kembali ke posisinya duduk menghadap Rita yang sedang meneguk air mineral tersebut.

"Gue—Gue putus, na." Kata Rita mengenggam gelas yang tadi diberikan oleh Ryna.

Mendengar itu, Ryna terkejut bukan main. Ia langsung mengenggam kedua tangan Rita dan tak lupa menaruh terlebih dulu gelas tadi.

"Kenapa? Ada masalah? Astaga kok lo gak cerita. Jadi, Tadi lo nangis karena Jeremy? Astaga dia selingkuh? Sini biar gue hajar si Jeremy." Kesal Ryna yang langsung mengambil ponselnya ditas untuk menghubungi Jeremy.

Tapi dicegah oleh Rita dan mendapat gelengan dari Rita. Ryna akhirnya mengurungkan niatnya dan kembali memeluk sahabatnya itu.

"Ta, Gimana kalo sekarang kita jalan-jalan terus makan? Gue tau lo belum makan kan?" Ajak Ryna untuk menghibur sahabatnya itu dan langsung mendapat anggukan dari Rita.

"Yaudah. Gue hubungin nyokap lo dulu sama keluarga gue soalnya tadi gue langsung ke sini belum sempet nelpon mereka. So, Udah jangan nangis lagi. Mending kita have fun dan melupakan semua masalah yang ada. Ok?" Kata Ryna sambil menghapus sisa air mata Rita dan langsung mengambil ponsel. Sedangkan Rita diikuti dengan siap-siap.

Eight-SeventeenWhere stories live. Discover now