02

29 12 4
                                    

Key tiba tiba saja mendadak diam. Entah mengapa ia merasa bersalah kepada pria itu. Kini, mata pria itu seperti merasakan kesedihan yang mendalam.

"Kalau begitu saya ambil ini." Pria itu mengambil bunga yang key sodorkan. Kemudian tersenyum ke arah key. "Terima kasih,bocah," serunya sambil mengacak rambut key. Jika saja suasana hati nya tidak merasa bersalah, maka key pasti sudah menghajar pria itu karena  mengacaukan rambutnya.

Key memutar tubuhnya dan melihat pria itu tengah bercengkerama bahagia dengan ella. Ia otomatis bingung karena mereka begitu dekat, seolah olah pria itu adalah
Pengunjung tetap. Namun, mungkin saja pria itu memang pengunjung tetap. Key pasti tidak tahu karena pagi hari dia sekolah,dan mungkin saja pria itu datang di pagi hari.

Setelah bunga itu dikemas dengan baik,pria itu pergi meninggalkan toko. Dan semua mendadak sepi.

"Dia siapa,bun?" Tanya key pada ella yang baru saja selesai menyimpan uangnya. "Seperti nya dekat sekali dengan bunda."

"Dia pengunjung tetap disini. Bunda pernah cerita kan tentang pria yang rusuh di toko bunga? Nah itu dia. Setelah hari itu dia sering datang beli bunga untuk kantornya. Tapi sekarang kayanya dia ngga beli buat kantornya."

Dari penjelasan ella, key akhirnya tau. Dia memang pernah di ceritakan tentang pria yang membuat rusuh disini. Tebakannya benar. Pantas saja ella terlihat dekat sekali dengan pria itu.

"Yaudah,bun, aku mau lanjut kerja dulu."

...

Malam hari nya key merasakan kesialan lagi. Ia telat dari bus yang biasa ditumpanginnya dan alhasil bus tersebut sudah pergi meninggalkan sendiri. Benar benar bus yang membuat nya kesal seketika. Sepertinya ini merupakan hari ter sialnya. Ia menghela napasnya kasar dan menendang kaleng minuman kosong yang ia dapat dari ella tadi.

"Agh..."

Key berhenti melangkah dan ia menyentuh tasnya kuat ketika ia mendengar rintihan kesakitan seorang pemuda atas tendangannya. Ia menyipitkan mata untuk melihat pemuda itu,dan.. ia berlari.

"Hei,tunggu..." pemuda itu terus-menerus mengejarnya dengan kaleng sampah miliknya yang tadi mengenai kepala pemuda  itu. "Hei,anak kecil!"

Sialan sekali. Kenapa ia sering di panggil anak kecil sekarang. Menyebalkan. Ia jadi teringat pria menyebalkan tadi sore.

Brukk...

Key terjatuh karena pohon yang ia tabrak dan itu membuat bokong kecilnya terbentur dengan jalan setapak yang lumayan keras.

"Hei,tidak apa apa?"

Key buru buru mendongkak kepada pemuda itu dan berdiri. Setelahnya,ia kabur lagi. Kali ini ke arah yang benar. Sedangkan pemuda itu, ia hanya mengernyitkan kening bingung.

...

Napas key tersenggal senggal. Ia menunduk dan menyentuh kedua lututnya. Sungguh, bagi nya malam ini adalah mala terseram. Ia melihat jam di tangan kirinya. Pukul delapan malam dan ia tidak tau bahwa daerah jakarta sudah rawan  pada jam seperti ini,maklum,ia tidak pernah keluar malam kecuali bersama nadine untuk membeli makanan.

Ia terus berjalan dengan napas dan degub jantung yang tak karuan,sampai akhirnya ia tiba di wilayah kecil, tempat dimana ia tinggal. Tepat saat ia berada digerbang kost kecilnya,ia bergeming karena melihat perdebatan nadine dengan seorang pria yang ia sudah kenali. Pria itu bernama sam. Dari yang ia ketahui,pria itu sangat mencintai nadine,meski ia sudah menikah. Tidak ada alasan pasti mengapa nadine tidak pernah bisa mencintai pria itu,meski apapun yang nadine inginkan selalu di turuti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang