Jendela

4 1 0
                                    

      Jika dulu jendela kamar Ravelyn terus kosong, kini sudah ada seorang pria yang snenantiasa hinggap disana tiap harinya. Percuma Ravelyn mengusirnya,pria itu selalu ada jawaban yang membuat Ravelyn skak mat.

     " Bukankah kamu setuju untuk tidak kembali lagi? " Ravelyn tersungut marah ketika Rama kembali esoknya

      " Nona yang bilang, jika saya merasa  benar-benar bersalah saya harus pergi dan tidak kembali lagi. Tapi, saya tidak benar-benar merasa bersalah kemarin, hanya merasa secuil bersalah " Jawab Rama enteng.

      " Terserah, aku marah padamu " Ravelyn memalingkan wajahnya dari Rama, lalu berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya kearah mejanya

      " Terserah bagaimana caramu mengusirku, aku tak akan pergi meninggalkanmu " Rama menggidikkan bahu.

      Tak ada yang dilakukan Rama di jendela itu, hanya bertengger memperhatikan Ravelyn lekat-lekat. Ravelyn sudah mencoba untuk tidak mengiraukan Rama karena ia sedang marah pada pria itu, tapi tidak bisa juga, Ravelyn malah semakin risih dengan ditatap-tatap oleh Rama.

      " Jangan tatap aku "

      " Tapi aku punya hak untuk itu, aku kan punya mata, sayang jika tak digunakan untuk menatap lekuk indah wajahmu Nona " Shit!  Ravelyn mengumpat dalam hati.

      Ravelyn sudah muak, ia berdiri dari duduknya lalu menghampiri Rama yang duduk di dekat jendela. Rama awalnya bingung dengan pergerakan Ravelyn, tapi kebingungannya ditutupi dengan senyuman.
      " Kau ingin menatap wajahku? " Tanya Ravelyn dengan nada kesal. Rama Mengangguk mengiyakan

       " Kalau begitu tataplah untuk terakhir kalinya " Ravelyn mendekatkan wajahnya pada Rama,menipiskan jarak antara wajahnya dnegan wajah Rama

       " Aku akan menikmati wajah ini hingga hingga seribu abad kedepan, dan akan kubawa pula bersama hingga akhir nafasku " Tangan Rama lancang menyentuh pipi halus Ravelyn. Ketika Rama terbuai dengan dirinya, Ravelyn dengan kejam menjalankan rencananya, yaitu mendorong Rama dari jendela.

      " Ravelyn ! kamu mau membunuhku? " Tapi untunglah, Rama sigap memegang bingkai jendela sehingga ia tak jadi terjatuh kebawah sana

      " Kau tak akan mati jika jatuh dari atas sini, palingan cuma luka atau terkilir " Kata Ravelyn acuh

       " Psikopat sekali " Rama memegang deru jantungnya yang terkejut dan Ravelyn bahagia dengan hal itu. Karena takut didorong lagi, Rama menjauh dari jendela, menelusuk kamar Ravelyn lebih jauh

       " Hei, kau menginjakkan kakimu di lantai kamarku, berhenti Rama" Ravelyn menunjuk kaki Rama. Rama menggeleng, melanggar perintah Ravelyn. Ia malah melangkahkan kakinya lagi

      " Kubilang berhenti " Teriak Ravelyn. Dan Rama lagi-lagi melangkahkan kakinya, mendekati Ravelyn.

      Terpaksa Ravelyn mendorong tubuh Rama agar tak lagi memasuki kamarnya lebih dalam. Ketika tangannya mendorong, Rama malah menarik tangan Ravelyn kearahnya. Sengaja, Rama menangkup kepala Ravelyn agar mereka bisa saling menatap.

     Ravelyn sedikit kagum dengan wajah Rama, hanya beberapa detik sampai jiwanya kembali sadar dengan dunia nyata, dimana tubuhnya dan tubuh Rama hampir saling memeluk

      " Kau mesum " Teriak Ravelyn meronta, menarik tangannya daei genggaman Rama

      " Salahmu karena mendorongku, jangan buat aku marah Ravelyn, karena aku bisa melakukan hal lebih daripada ini " Jawab Rama dingin. Ravelyn beegidik sendiri kalau Rama berani-berani melakukan hal lebih, ternyata Rama bisa seram juga

     Ravelyn membalikkan badannya dari arah Rama, kembali duduk di mejanya. Ia tak berani lagi menatap Rama, sepertinya Rama sedang marah.

      " Kau takut padaku? " Tanya Rama akhirnya luluh karena melihat tingkah ketakutan Ravelyn, ia hanya bermaksud menakut-nakuti Ravelyn saja. Rama menyentuh pundak Ravelyn. Tapi, Ravelym segera menepiskannya

      " Jangan ganggu aku, agar aku tak lagi mendorongmu jatuh dari jendela, dan kamu juga tidak akan mencelakaiku dengan lebih " Ravelyn berucap pelan

       " Aku bercanda Ravelyn, aku tak berani mencelakaimu karena aku tak mau dunia bersedih kehilangan dirimu karenaku " Bujuk Rama

       " Bersedih? " Bujukan Rama membuat hati Ravelyn tertohok

     " Apakah dunia akan bersedih? Sedangkan ia tak mengenalku karena dikurung disini " Rama bingung akan arti kata Ravelyn

      " Dunia mengenalmu Ravelyn, aku yang mengenalkanmu padanya "

      " Bohong "

      " Aku paling tak bisa untuk berbohong "

     Ravelyn terpaku, menatap sendu Rama.  Tapi,  tiba-tiba Ravelyn berubah menjadi panik, ia menutup erat telinganya. Melihat laku Ravelyn yang aneh, Rama ikut Panik.

      " Kenapa? Kenapa Ravelyn? " Tanya Rama, ia mencoba menarik tangan Ravelyn dari telinganya karena Ravelyn menutup telinganya dengan keras. Wajah Ravelyn berubah menjadi lebih merah, bukan karena bersemu seperti biasanya.

      " Tidak !!! jangan !!! " Kepanikan semakin menjadi-jadi ketika Ravelyn mulai bercucuran air mata. Ia menghindarkan dirinya dari sentuhan Rama

      " AAAAAGGRRHHHH !!! "  Tangis Ravelyn menjadi-jadi diikuti teriakan nyaring yang menggema di seluruh rumah. Ravelyn meringkuk di lantai sambil menutup telinganya. Rama semakin tak tahu harus apa.

      " NANI ! NANI ! TOLONG " Teriak Ravelyn serak, ia berteriak sekuat mungkin. Rama tak tahu apa yang dialami Ravelyn sekarang ini, yang pasti Ravelyn seperti ketakutan dan kesakitan

     Derap langkah menimbulkan bunyi pada tangga-tangga kayu rumah ini. Mendengar hal itu Rama semakin terkesiap,  ia tak mau ketahuan oleh wanita tua pengasuh Ravelyn yang galak itu.

       " Maafkan aku " Kata Terakhir Rama sebelum ia meloncat lewat jendela. Waktu yang tepat karena dua detik kemudian, pintu kamar Ravelyn menghadirkan Nani dengan beberapa botol obat-obatan

Ihhh... Apa yang terjadi dengan Ravelyn?
Penasarankah? Kalau begitu tunggu chapter berikutnya di publish

Biar cepat publish jangan lupa untuk vote dan komen yah

     

skizofreniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang