Skizofrenia

2 0 0
                                    

     Ravelyn menunggu dengan tidak sabaran, berkali-kali menengok kearah jendela kamarnya, berharap Rama memunculkan dirinya disana seperti biasanya. Tak perlu menunggu dengan waktu yang lama, Rama benar-benar kembali kesana.

     " Kamu menungguku? " Tanya Rama menggoda

     " Kamu melihat semuanya? " memang inilah awal tujuan Ravelyn menunggu kedatangan Rama.

     " Melihat apa? "

      " Yang..... Kemarin " Ravelyn berucap gagap. Rama tak menjawab, melainkan hanya menatap Ravelyn lamat-lamat, tentu dnegan tatapan itu Ravelyn mengerti dengan maksud Rama.

       " Jangan bilang siapa-siapa " Ravely berkata lirih

       " Emang.. Pada siapa lagi aku mau berbicara? Disini hanya ada dirimu " Ucap Rama santai. Itu menenangkan Ravelyn.

     Awalnya Rama ragu, tapi akhirnya ia melaksanakan niatnya yaitu sedikit memberi sentuhan pada Ravelyn. Digantungkan tangannya dipucuk kepala Ravelyn, lalu berpindah pada pundak.
      " Maaf, kemarin aku tak bisa membantumu " Ucap Rama

      Tidak ada jawaban dari Ravelyn, ia hanya sibuk menatap lantai kamar yang saat ini jauh lebih menarik daripada Rama
" Kemarin, kamu kenapa? " Rama menyambung percakapan dengan Ragu, takut-takut menyinggung Ravelyn

     " Bukan urusanmu " Ravelyn menukas tangam Rama dari pundaknya, suaranya tercekat juga serak, tentu semua orang tahu bahwa gadis muda itu sedang menahan emosi sedihnya

      " Baiklah, memang bukan urusanku. Tapi, jika kamu butuh tumpuan untuk masalahmu, silahkan aku akan mendengarkanmu dnegan baik " Rama memberi Ravelyn senyuman yang menenangkan, dengan senyuman itu Ravelyn sedikit mulai percaya untuk menceritakan kondisinya,  hanya dengan senyuman manis Rama ia bisa luluh

     " Jika aku menceritakannya, apakah kamu akan meninggalkanku? "

      " Apakah aku pernah meninggalkanmu? Bahkan aku tak pernah pergi meski kamu sudah mengusirku "

      Benar, Rama tak pernah pergi walau Ravelyn sudah mengusirnya dengan berbagai cara ini dan itu. Ravelyn menghirup nafasnya dalam-dalam, bersiap menerima reaksi apapun dari Rama. Mungkinkah reaksi Rama sama seperti reaksi keluarganya yang menatap dirinnya dengan tatapan ketakutan

     " Aku menderita skizofrenia " Akhirnya kalimat itu terucao tanpa hambatan dari mulut Ravelyn

       " Skizofrenia? Aku tak pernah mendengarnya " Ekspresi Rama masih santai

       " Skizofrenia merupakan penyakit gangguan mental,  dimana aku mengalami halusinasi yang tinggi baik berbentuk visual maupun hanya suara-suara. Kadang gejala Skizofrenia itu menakutiku, atau mereka menyuruhku untuk membunuh diriku sendiri " Jelas Ravelyn. Alis Rama bertaur dan keningnya berkerut.

       Rama berjalan mendekati Ravelyn, mencoba menepiskan aura ketakutan disekeliling gadis itu. Lalu kakinya berhenti melangkah ketika tubuhnya hanya bercarak sejengkal dengan Ravelyn. Tangannya Reflek merebahkan kepala Ravelyn ke dadanya yang bidang
" Sekarang jangan takut lagi. Sekarang ada aku yang akan menemani " Rama dengan lembut mengelus-elus kepala Ravelyn.

       " Modus kamu " Sayang, Ravelyn tak mengerti dengam keadaan itu,  ia malah mendorong tubuh Rama menjauh darinya. Ravelyn mendekap dadanya dan menatap Rama tajam,  seakan Rama adalah pelaku yang akan memerkosanya.

      " Modus? Aku hanya mencoba menenangkanmu Nona "  Rama tak terima dengan gelagat Ravelyn terhadapnya

       " Kalau begitu kata-katamu juga penenang? "

      " Tidak, aku benar-benar bisa melindungimu. Percayalah. Hanya saja bersikaplah sedikit sopan padaku, aku ini lebih tua daripada kamu "

       " Kata siapa " Ravelyn menantang

      " Kata diarimu, kamu kelahiran 1997 kan? " Senyuman kemenangan mengembang pada Rama

      " Kamu baca-baca bagian pribadiku yah? " Ravelyn marah

      " Ku tak akan membaca jika kamu tidak membiarkannya berserak dimana-mana "

       Ravelyn mulai cemberut. Lucu yah kalau Ravelyn cemberut, soalnya pipinya menggembung kayak ikan buntal. " Aku ngambek " Ravelyn membalikkan badannya, tak mau lagi menatap Rama.

       " Wahh... Padahal baru sekejap kita berbaik-baikan, lalu sekarang kita malah marahan " Rama berdecak pinggang, kepalanya menggeleng melihat Ravelyn yang dikit-dikit ngambekan

       " Salahmu " Ravelyn tetap tak mau menatap Rama.

       Rama mau tak mau terpaksa mengalah. " Iyaa.. Aku yang salah, maafin yahh " Rama menempelkan kedua tangannya, memohin agar Ravelyn memaafkannya.

      Karena sudah merasa menang, Ravelyn dengan mudah memaafkan Rama. " Kamu begitu manis jika bersikap seperti ini, kalau kamu manis mungkin aku akan menyukaimu, dan mengadopsimu menjadi temanku "

       " Teman? "

       " Ya, teman "

       " Adopsi aku menjadi temanmu " Ucap Rama dengan begitu manis diikuti mata berbinar penuh harapan. ' Jijik ' Batin Ravelyn mengumpat melihat tingkah Rama yang menurutnya bukan manis melainkan menjijikan

        " Ravelyynnn... Adopsi aku yahh " Rama mendesak. Tangannya menggoyang-goyangkan tubuh Ravelyn

       " Ya ya ya... Aku adopsi " Daripada Ravelyn keburu muntah karena tingkah Rama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

skizofreniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang