ix : dua lelaki besar

6.1K 1.2K 88
                                    

jungkook gak habis pikir.

semalaman hilang tanpa uang satu lembar pun di saku, jungkook pikir allen lapar, atau haus. tapi nggak.

karena pemandangan yang jungkook lihat siang ini adalah allen di meja makan, tapi adel yang sibuk kunyah makanan lembeknya.

"len, lo gak laper apa?" kata jungkook, jalan ke arah konter dapur buat cuci beberapa mug.

"semalem doang. asal ada air gue masih hidup kali kak."

"pongah kan lo. males gue."

allen ketawa. "bukan. kalo gue, gue udah terbiasa. tapi bocah kecil ini belum. dan jangan sampe terbiasa buat tahan laper."

di posisinya yang belakangi allen, jungkook diam. kalimatnya panjang, nadanya datar, dan disusul ocehan adel yang belum rampung. ini makin buat jungkook merasa kalau allen bukan bocah baru lulus sekolah menengah, tapi sosok ayah.

"allen, lo suka nasi goreng?"

allen di meja makan dongak, tatap punggung jungkook yang tangannya berhenti cuci mug kotor. "tumben banget nada lo gak nyolot."

"suka?"

allen mau usil, tapi nada jungkook buat allen ciut. bukan karena takut, tapi dirasa bukan waktu bagus buat bercanda. "siapa yang gak suka nasi goreng coba."

jungkook ketawa kecil. retorik, bahkan kalimatnya gak jawab pertanyaan jungkook. anak ini betul-betul lain, jungkook harus belajar banyak.

"kak, yang tadi itu temen lo?"

"jennie?"

"siapa pun itu lah. gue gak tau, kocak."

jungkook putar matanya, "iya. iya. kenapa?"

"cakep banget, kak. mau gak ya sama bapak anak satu?"

jungkook total ketawa.

tadi, jennie sempat liat opera sabun keluarganya, setelahnya pulang dengan ancaman jungkook harus cerita banyak hal. jungkook gak pikir ternyata allen peka sama sesuatu yang bagus juga. jungkook kira dinamika hidupnya cuma adel doang.

"bapaknya dokter, dia bakal jadi dokter. rumah sakit jadi warisan dia, enak banget lo ikut andil."

allen cebik gak suka. "kan gue tanya. rejeki kan suka ngagetin."

"gak usah lah. udah ada calon. cowoknya sohib taehyung, mau lo dipukulin mantan jamet?"

"kepala lo jamet."

jungkook gak balas, cuma geleng kepala. gak bakal ada habisnya kalo debat sama anak baru gede.

selesai cuci mug, jungkook ambil bahan buat nasi goreng rumahan. dulu, jungkook selalu masak ini buat taehyung, dan taehyung gak pernah bosen atau protes kalau diwaktu-waktu tertentu masakannya terlalu asin bahkan hambar.

selalu cengiran kotak di sela kunyahan dan kalimat, "enak banget. makin pengen cepet-cepet gue nikahin."

jungkook senyum-senyum jadinya.

"widih. bapak anak satu produktif banget siang hari."

lamunan romantis di kepalanya pecah, jungkook decak kesel. "taehyung,"

jungkook tegur suaminya tanpa noleh, dan tanpa tau di belakangnya ada dua lelaki saling lempar laser lewat mata.

"baik banget masakin aku."

"ini apa sih. malu tau."

allen muak banget deh. baru beberapa hari, tapi pemandangan di depannya beneran gak senonoh.

jungkook di pelukan taehyung gak bisa diam, dan taehyung yang terlalu kencang peluk jungkook dari belakang sambil sesekali usil cium pipi dan leher.

"permisi, kak. gue lagi gak pengen nonton film biru live action."

"iya, taehyung. aduh, malu."

jungkook merah, taehyung usil, allen kesal.

"iri kan lo gak ada yang lo peluk kalo pagi?"

"gue ada adel, empuk sama."

"gak ada yang lo ciumin."

"adel sasaran gue, kak."

"gak ada yang masakin lo."

"ada kak jungkook."

"ngomong sekali lagi,"

hening sebentar.

di belakang, allen senyum tipis. "ada jungkook."

hening.

setelahnya, dapur ramai.

jungkook gak sanggup urus dua lelaki besar di satu atap yang sama. beneran, mau nangis.

"ALLEN JANGAN BAWA SPATULA GUE."

"TAEHYUNG GOBLOK AIRNYA TUMPAH."

berisik. berantakan. dan suara tawa bayi. jungkook positif sakit kepala.














a.n :

hAi. aku kAaaaAngen bgt. :(

the pratamas › tk.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang