xiii : ternyata enggak

4.3K 931 77
                                    

hampir satu tahun menikah, jungkook gavian pratama enggak pernah diperlakukan buruk. tentu.

taehyung selalu buat jungkook seolah raja di rumahnya. apapun buat kesayangannya. stok camilan, stok susu pisang, stok ramen, stok kue-kue manis, stok permen.

apa yang jungkook mau, jungkook selalu dapat.

awal menikah selalu jadi waktu paling bahagia buat mayoritas orang saling sayang yang masuk ke jenjang lebih paten. jungkook juga, senang sekali. rasanya taehyung lebih dari cukup. lelaki favoritnya.

dengan semua fasilitas yang ada, jungkook merasa enggak pernah kurang. semua disusun rapi sesuai egonya.

tapi seiring waktu, jungkook bosan dan penasaran; sebenarnya apa yang taehyung lakuin selain kasih makan sisi egoisnya selama ini?

setelah bocah perempuan dan papanya masuk ke lingkup privasi, jungkook merasa ayah tunggal itu cukup banyak buat kacau kepalanya dalam konteks, ya, positif.

allen yang dewasa dan semua tanggung jawab yang duduk rapi di masing-masing bahunya buat jungkook merasa kecil. seolah ditampar kenyataan kalau dirinya gak jauh beda sama anak kecil yang semua egonya wajib dipenuhi.

jungkook gak lagi percaya kalau umur adalah tolak ukur kedewasaan seseorang, karena dirinya yang nangis kalau taehyung pulang terlambat dan gak mau paham alasan dibalik telatnya lelaki barbar itu buat jungkook total malu sama angka yang setiap tahun dia tiup.

banyak pertanyaan di kepalanya tentang taehyung. mulai dari apa-apa aja yang jadi penyebab lelakinya pusing setiap akhir pekan sampai tanya ke diri sendiri perihal baik atau enggak dirinya jadi teman hidup seseorang.

helaan napasnya sore ini jadi penutup acara ngemilnya di kamar adel. dua puluh menit lalu jungkook niat buat belajar urus bocah gendut punya allen—minimal kuncir rambut tipisnya setelah adel selesai mandi. tapi kamarnya kosong.

jungkook telfon ternyata anaknya main di taman komplek, ia tanya kenapa harus sore dan taman komplek, dan jawaban allen buat kepalanya pusing.

"temen lo waktu itu cantik banget, gak tutup kemungkinan tetangga lo juga, kan?"

jungkook tepuk dahi secara imajiner. dasar papa muda, katanya sambil pencet tombol merah ditengah suara ketawa allen yang tembus gendang telinga.

tapi akhirnya selalu sama; jungkook selalu senyum konyol setelah kesal hadapi tingkah allen yang rasanya punya seribu satu cara buat jungkook diam gak percaya.

allen emang seorang papa, bukti nyata di sosok gendut lucu yang biasa allen kuncir dua setiap sore buat dada jungkook hangat tanpa alasan jelas.

tapi disamping itu, allen masih lelaki sembilan belas tahun yang masa-masa rebelnya habis disita sama satu gumpalan lemak berliur yang nangis kalau bangun tidur gak lihat sosok papa di sebelahnya.

jungkook meringis tipis. masa muda semua orang di hunian ini rasanya gak pernah ada yang baik. fakta itu lumayan buat jungkook bersyukur karena keputusannya yang tolol bisa jadi satu takdir baik buat dirinya dan mungkin taehyung.

omong-omong soal taehyung, lelaki itu belum juga pulang yang jungkook lihat rasanya jam kerja lelaki itu harusnya selesai dalam dua puluh menit lalu ditambah perjalanan selama sepuluh menit—harusnya jungkook udah sibuk buat panasin makanan dan taehyung mandi di kamar.

pesawat telfon gak juga buat jungkook bisa komunikasi sama suaminya. perempuan yang jawab, katanya taehyung belum bisa dihubungi—nomornya sibuk setelah diam-diam ia hitung nada tunggu.

baru niatnya buat bangun dan nyalain lampu ruang tengah, tapi dadanya dibuat hampir rontok karena gebrakan pintu tiba-tiba.

buru-buru bangun dari duduk dan lihat kondisi di luar, tapi suara yang jungkook tunggu buat dirinya beku di tempat.

"maaf, pak. saya belum bisa bayar cicilan hari ini, besok pagi-pagi banget saya bakal transfer tapi gak bisa hari ini."

ini pasti masalah mobil.

jungkook marah sekali sama dirinya sendiri karena gak tau hal kaya gini ada di tengah-tengah mereka. taehyung selalu jago pura-pura. itu tolol.

makin marah karena sial—taehyung kredit mobil pasti karena dirinya yang selalu mengeluh perihal cuaca yang selalu bakar kulitnya sampai ke tulang kalau mereka jalan-jalan pakai motor besar punya taehyung. lelaki itu selalu tolol.

"maaf, pak. sekali lagi saya minta maaf. tunggakan bulan kemarin dan bulan ini sekaligus bunganya besok saya transfer sebelum bapak repot kesini dan tarik mobil saya."

jungkook pengin sekali nangis. karena ia tau seberapa angkuh taehyung pratama sebelum dan sesudah jadi cerita disetiap harinya. lelaki itu gak pernah ngemis maaf sejauh yang jungkook tau. harga diri lelaki itu setinggi langit kalau jungkook boleh buat kesimpulan.

tapi ternyata dirinya gak tau taehyung sejauh itu.

"terimakasih atas kerjasamanya, pak. maaf sekali lagi."

dan jungkook cuma bisa dengar hening. penasaran sekali apa yang taehyung lakuin ditengah gelapnya ruang tengah; sendirian.

kepalanya muncul ragu-ragu di balik dinding kamar adel dan si papa, intip taehyung yang jelas cuma kelihatan punggung dan kepala bagian belakangnya aja.

satu menit. selama satu menit hening dan jungkook bisa lihat sefrustasi apa lelaki favoritnya di sana. duduk sendirian di tengah gelap dan ponsel yang masih nyala.

"kalo gue bisa ngerangkak di bawah kaki papa sekali aja, semuanya pasti beres, brengsek."

jungkook harap telinganya punya mode senyap, karena makin didengar, dadanya makin sakit diremas.

jungkook lihat taehyung usap wajahnya yang kacau, bahunya tegang, rambutnya acak gak beraturan. pasti taehyung sangat kacau dan jungkook sangat mau peluk eksistensi idiot yang selalu pasang senyum di depan muka egoisnya.

"buat jungkook, taehyung. semuanya buat jungkook. kontrol diri lo. turunin semuanya. semuanya.

jungkook hampir gak bisa napas dengan baik waktu telinganya absen setiap kata yang taehyung lempar buat doktrin dirinya sendiri sore itu.

buat jungkook. buat jungkook. buat jungkook. selalu buat jungkook.

sore itu jungkook juga ikut turunin semuanya; mahkota imajiner yang taehyung taruh di atas kepalanya, egonya, pikiran-pikiran bocahnya. apapun. semuanya.
















a.n : 
halo! siapa kangen
keluarga pratama?

the pratamas › tk.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang