Bab 2 : Terluka

63 11 0
                                    

Seorang pria tampan yang memiliki tubuh kekar berjalan ke arah kediamannya. Dia baru menyelesaikan tugas memantau perbatasan yang dilimpahkan sang Ratu.

Beberapa kali lelaki berpostur tinggi seratus delapan puluh centimeter itu berpapasan dengan bawahan yang sedang patroli. Mereka serentak memberi hormat pada atasan dengan menyilangkan tangan kanan ke dada sebelah kiri. Pria yang mengenakan hanfu hitam itu hanya mengangguk sekilas sebagai balasan kepada para prajurit.

"Panglima Song!" Sebuah panggilan dari lawan arah.

Pria yang mempunyai paras tegas itu menoleh pada lelaki yang bertubuh kerdil. "Ada apa, Yuan Yi?"

"Yang Mulia Ratu menunggu laporan darimu, Tuan." Tubuh kecil itu memberi hormat dengan cara yang sama dengan bawahan sang Panglima.

"Aku akan segera menemui Yang Mulia Ratu, setelah membersihkan diri." Panglima Song mengutarakan keinginannya dengan menatap sopan kepada Yuan Yi.

"Baiklah, Panglima Song. Aku akan menyampaikan pada Yang Mulia Ratu. Permisi." Yuan Yi memundurkan tiga langkah ke belakang, lalu berbalik menuju ruang utama.

Song Yu itulah nama lengkap sang Panglima Negara Nakka. Pria muda berumur dua puluh tahun itu terus melangkah ke arah kediamannya yang terletak di bagian kiri Istana Nakka.

Langkah tegapnya melewati gerbang bangunan tempat peristirahatan para prajurit.

Dia menoleh pada bawahan sebelum melewatinya. "Siapkan air hangat, aku ingin membersihkan diri."

"Baik, Panglima."

Pria itu terus melangkah ke tujuan. Song Yu mendorong pintu kamar. Aroma harum yang lembut langsung menyeruak masuk ke penciumannya. "Aroma ini, tidak salah lagi. Pasti dia."

Setelah menutup pintu kamar dengan sedikit kasar, langkah kaki si pria bergegas menuju ke lemari dan membukanya. Tangan yang berotot itu membongkar isi lemari. "Lagi."

Dia menghela napas lelah. "Hanfu baruku untuk acara malam ini hilang lagi."

Pakaian Song Yu sering hilang sejak dua bulan yang lalu. Saat dia diangkat menjadi Panglima dan tinggal di dalam istana. Anehnya dia menanyakan pada bawahan atau penjaga tidak ada yang mengetahui hal ini.

"Sebenarnya siapa yang ambil, aroma ini milik siapa?" gumam sang Panglima.

Tok … tok … tok

Suara ketukan pintu membuyar lamunan Song Yu. "Ya?"

"Panglima Song, hamba mengantarkan air hangat yang Anda perintahkan."

"Masuk."

Beberapa orang pria mengangkat ember kayu. Di dalamnya berisi air panas yang masih menggempulkan asap. Mereka secara teratur menuangkan ke tempat permandian besar yang mampu menampung lima orang, bahan yang sama dibuat dari susunan papan secara rapi.

Setelah selesai pintu kamar ditutup kembali oleh prajurit dan Song Yu segera membuka pakaiannya untuk segera mandi.

Beberapa saat kemudian Song Yu sudah mengenakan hanfu berwarna biru dongker dengan ukiran rubah yang memamerkan taring tajam di bagian punggung.

Dia melangkah menemui sang Ratu di singgasana. Berkat kepemimpinan Bai Yen, Negara Nakka berdiri dengan kokoh dan makmur. Seluruh rakyatnya baik ras manusia, rubah ataupun kurcaci hidup damai dan setara.

"Hormat, Yang Mulia Ratu. Saya, Panglima Song datang menghadap melaporkan keadaan di perbatasan dalam keadaan aman." Song Yu menekukkan kaki kiri dan sebelah kanannya berlutut menyentuh lantai.

白浅 ( Bái Qiǎn ) Planet Zigrora SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang