1

18 3 0
                                    

Sudah hampir 30 menit Nala berada di Ruang Kepala Sekolah. Jelas sekali ia gelisah. Jantungnya berdegup tidak karuan, entah apa yang akan ia katakan tentang kepindahannya di sekolah Elite ini.

SMA International, sekolah ter-Favorite dan ter-disiplin di kota ini. Gak sedikit yang mendaftar di sekolah itu dan gak Sedikit pula yang pulang dengan tangan kosong.

Nala, salah satu murid yang beruntung bisa bersekolah disana. Selain cara masuk dan tes yang terkenal tidak 'manusiawi', siswa disana pun wajib memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi, juga IQ yang tinggi pula.

Berbeda dengan saudara kembarnya, Nathan Adichandra Atmadja yang bahkan tidak peduli dengan yang namanya 'pendidikan'.

Dan sialnya, Nala terkena imbasnya. Ia dipindahkan kesekolah Elite ini karna Nathan bersekolah disini. Alasan mamanya cukup simpel, Biar gak repot. Padahal Nala sudah nyaman bersekolah di sekolahnya dulu, bahkan perlu perjuangan ekstra agar Nala bisa diterima disekolah itu.

Nala juga harus mengorbankan cinta pertamanya, Galih. Laki-laki yang Nala anggap sempurna itu mampu membuatnya nyaman bersamanya.

Tapi kisah mereka harus berakhir disini, kisah yang bahagia tetap harus berakhir menyedihkan. Nala harus berpisah dengan Galih hingga waktu mempertemukan mereka kembali.

"Maaf nunggu lama, saya habis cek rapor dari sekolahmu, kamu pintar loh, kenapa pindah kesini?" Tanya Kepsek tersebut. Kepsek tersebut bernama Dani Raharja, tertera pada name tag-nya.

"Saya disuruh pindah kesekolah ini sama mama pak, karna jaraknya lebih dekat dan mama bisa memantau keadaan saya," Jawab Nala santun, setidaknya itu bisa menjadi first look yang baik untuk Nala.

"Oke, kamu bisa isi ini? Setelah itu saya tentukan kamu berada di kelas mana." Ucap Pak Dani lantas menggambil beberapa kertas yang Nala tidak tahu fungsinya untuk apa.

Nala memilih diam sambil mengisi lembaran yang diberikan Pak Dani. Sesekali ia memandang Kepsek itu lantas kembali pada tugasnya, mengisi lembaran tadi yang seakan tidak ada habisnya.

"Sudah selesai pak," Seru Nala tiba-tiba. Ia menyerahkan lembaran tersebut, lantas kembali duduk ditempat duduk sebelumnya.

"Baiklah, kamu saya tempatkan di kelas XI-IPA-4, kelasnya berada di lantai 2, bersebelahan dengan Laboratorium Bahasa, kalau tidak tahu kamu bisa bertanya kepada beberapa siswa disini," Terang pak Dani sambil membolak-balik lembaran yang Nala isi tadi.

"Atau...kamu bisa kesana bersama saya," Sahut Pak Dani tiba-tiba. Ia meletakkan lembaran tadi lantas berdiri memimpin Nala di depannya.

"Iya pak," Jawab Nala sopan.

🥀🥀🥀

Kelas XI-IPA-4, kelasnya anak-anak nakal, begitu cerita pak Dani pada Nala. Sepanjang perjalanan menuju kelas barunya, Nala berusaha mencari keberadaan adik kesayangannya, Nathan.

"Di depan sana kelasnya," Tunjuk Pak Dani. Nala hanya tersenyum dan mengangguk, mengekor di belakanh Kepseknya tersebut.

Tinggal beberapa langkah dari pintu kelas, suara gaduh dan ricuh terdengar bersahut-sahutan dan ramai sekali. Nala menatap pelan pak Dani yang mengusap pelipisnya.

"Maaf, kesan pertama kelasmu mungkin tidak menyenangkan, tidak seperti di sekolahmu dahulu," Ujar Pak Dani sebelum membuka pintu kelas.

Saat membuka pintu kelas pletak! Sesuatu mengenai dahi kepsek paruh baya itu, membuatnya sedikit terkejut, lantas berkacak pinggang menatap seisi penjuru kelas.

B R O T H E RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang