3

17 1 0
                                    

Nathan menghempaskan tubuhnya di kasur. Kata-kata Rendi terus terngiang-ngiang di kepalanya. Dan hatinya tidak menerima kenyataan itu.

"Gak mungkin gue suka sama Kak Nala, Gak.." Racau Nathan. Matanya memandang acak keseluruh ruangan. Membuatnya stress sendiri.

"Kenapa gue kaya gini? Kenapa gue kaya gini Ya Allahh!!" Kali ini Nathan mengusap peluh di pelipisnya, terasa panas sekali di kamar, walaupun AC di kamarnya sudah beroperasi sejak tadi.

Tok..tok...tok..

"Nathaann!! Nathaaann!! Oi! Adekkuu!!" Teriak Nala dari luar.

Nathan menutup kepalanya menggunakan bantal dan menarik selimut. Memang, kehadiran Nala ia butuhkan saat ini.

"Gue masuk yaaa!! Yang penting Gue dah Ijinn!!" Seru Nala dengan suara toa-nya. Tanpa ba-bi-bu, gadis itu sudah sampai dan duduk di pinggir kasur adiknya.

"Kasur lo enak juga yah," Komen Nala. Ia bahkan melupakan tujuannya datang ke kamar adik kembarannya.

"Iya," Jawab Nathan singkat.

"Lo ada masalah? Lo bisa cerita ke gue, gue kan kakak lo Nath," Bisik Nala. Ia mengusap pelan rambut Nathan yang lembut seperti karpet beledu itu.

"Bener mau dengerin?" Tanya Nathan. Ia mengintip wajah kakaknya dengan dari balik bantal. Terlihat Nala menganggukan kepalanya.

Nathan melempar bantal yang menutupi wajahnya, lantas memperbaiki posisi duduknya. Menghadapkan tubuhnya persis kearah Nala.

"Gue suka sama cewek. Dia cantik banget. Manis. Dan pengertian banget sama gue. Dan gue dah kenal dia lama banget, dia juga gitu," Curhat Nathan.

Nala terdiam cukup lama. Ada rasa sesak yang begitu dalam ketika Nathan mengatakan bahwa dirinya menyukai seorang wanita selain dirinya.

"Kok lo diem? Lo cemburu kak?" Goda Nathan, sejauh ini moodnya baik-baik saja.

"Enak aja, gue lagi berusaha menjadi pendengar yang baik, trus gimana?" Jelas Nala. Ia mengerucutkan bibirnya sejenak, lantas kembali mendengarkan Nathan.

"Pokoknya dia perfect girl dimataku. Dia satu-satunya orang yang ngertiin aku. Gak pernah ada niatan dihatinya buat nyakitin aku. Dan aku benar-benar mencintai dia, lebih dari diriku sendiri," Cerita Nathan. Nala hanya tersenyum simpul, senyum yang benar-benar ingin membuatnya pergi dari kamar itu dan menanggis sekencang-kencangnya.

"Anak mana?" Tanya Nala pelan, jelas sekali wajahnya sangat-amat ingin menanggis.

"Belum buat." Jawab Nathan ringkas. Ia kembali menghempaskan tubuhnya di kasur. Nala terkekeh pelan.

"Lo punya cerita seru yang mau lo bagi ke gua?" Tanya Nathan, ia merentangkan kedua tangannya.

"Yudhist ganteng ya?" Celetuk Nala. Ia menatap Nathan yang tersentak pelan saat Nala mengatakan nama 'Yudhist'.

"Ganteng apaan? Gantengan juga gue, adek lo," Seloroh Nathan tidak terima.

"Eh Nath, kalo acara musik ngapain aja??" Tanya Nala mengalihkan topik pembicaraan.

"Ya nyanyi lah, per-anak harus punya pasangan buat dance nanti, lo mau sama siapa?" Tanya Nathan sembari menatap Nala penuh makna.

"Sama, entahlah, gue anak baru Nath, kalo elo?" Seru Nala. Ia mengambil ponsel disakunya dan membaca beberapa pesan.

"Lo" jawab Nathan lirih, hampir tidak terdengar malah.

"Apaa? Sorry gue gak denger, nih si Aysa ngirim foto captionnya bikin ngakak," Tawa Nala pelan, ia masih terbahak membaca chat-nya dengan Aysa, anak kelas sebelah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

B R O T H E RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang