Prolog

43 9 10
                                    

"Yud, coba deh tahan napas 10 jam," Usul ku berbinar-binar dengan tersenyum manis, semanis mangga muda. "Nanti kasih tau aku ya gimana rasanya? Asik deh keknya!"

Yudha melirik tipis. Tetap menyamakan ritme jalannya bersamaku. "Nanti tetangga pada ngumpul."

"Silaturahmi, wajar itu mah."

"Wajar gimana, mati itu yang ada. Dasar curut sembako." Tak di duga sama sekali, telunjuknya menjentik ke kepalaku.

Duh dek, swakit tapi kesal juga. Aku cemberut sedikit, seraya mengelus rambut bekas jitakkannya. "Ish, ko udah mati aja sih beb?"

"Beb ndas mu kui."

Dia mah memang gitu, ngga bisa di ajak becanda. Hidupnya itu alhamdulilah gaada yang seru selain suka nebengin aku sekolah. Wkwk.

Gevan Prayudha, otak Albert Einstein, wajah Cameron dallas, body Chanyeol EXO, tapi perilaku mirip idiot original. Ngeselin, hidupnya tuh kaya ga tau Dodit Mulyanto sama sekali. Kenal juga ga sengaja, malas banget kalau kenalan di sengaja. kenapa pakai kenal segala lagi, tapi gapapa gitu-gitu si Yudha selalu bisa aku andalkan.

Aku rasa cukup menghibah yudha, sekarang perkenalkan aku Anjara Candramawa, siswi SMK  yang cetar aduhay tiada duanya. Baru kelar prakerin Minggu lalu, Alhamdulillah ga berkesan.
Aku merupakan jiwa-jiwa yang kesepian, jiwa-jiwa yang lelah.

Ga punya temen!
Anak tunggal!
Jarang main!
Ga boleh ini!
Ga boleh itu!
Dasar emak!

Entahlah mungkin karena si emak naksir Yudha kali ya, masa giliran main sama dia di bolehin sama si emak. Si bapak mah cuek-cuek saja asal ga main ya iya-iya semua di iya in sama si bapak.

Dan yang terakhir adalah moto hidup ku.
"Bermimpi setinggi apapun kalau tidak berusaha mewujudkan nya, ya buat apa? Cuma mimpi! Makanya wujudin biar ga jadi mimpi lagi."

Salam kenal, Ara
3 Mei 2019

Anjara CandramawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang