Ini bukan kali pertama kita duduk berhadapan untuk makan malam bersama. Tapi rasanya bahagia bukan kepalang ketika kau mengajakku makan di luar setelah gajimu turun di derajat yang baru. Dengan senyum, kau mengamatiku tidak kalah bahagia. Bertanya,
"Rajungan ama kerang dara di sini enak. Kamu mau yang mana?"
Malu-malu kujawab, "Kerang dara asam manis."
Di balik tenda makan, aku kembali jatuh cinta akan sosokmu yang rupawan. Memang, kau bukan pria yang menyabet rupa terbaik di dunia. Tapi kupikir, sosokmu lebih jauh dari predikat "Tampan di Dunia". Bagiku, hanya kau yang bisa membuatku bersemangat terbangun di hari libur, menunggumu hingga lewat jam tidur dan berlarian menuju pintu ketika deru motor supramu terdengar. Lalu membiarkan seluruh wajahku basah dari kecupan-kecupanmu, sekalipun aku tidak menyukai bau tembakau dari bibirmu.
Di hari aku mulai paham sebuah benci, kau mengajarkanku bagaimana caranya menerima dan bersabar. Memberiku pemahaman-pemahaman mengapa wanita yang kusayang berlaku acuh padaku. Ada kehidupan yang sedang wanita itu bawa dalam rahimnya, kau bilang itu wajar bila emosi tidak seperti biasa. Iya, aku mulai paham kebencian karena wanita itu melampiaskan emosinya padaku. Malam yang dingin, aku hanya meringkuk tanpa sehelai kain penghangat. Wanita itu membiarkanku kedingan dan menahan tangis di pojok kasur, sementara dirnya telah terlelap bersama kain tebal.
Kau tahu, itu kecewa terbesar pertamaku selain kau dan wanita itu yang meninggalkanku karena pekerjaan. Aku tahu kalian sedang berusaha, hanya saja aku baru paham di saat aku beranjak remaja, dan kalian membiarkan satu kenangan tidak mengenakan itu untuk kukenang hingga hari ini.
Kemudian, kau menyelipkan kenangan manis setelahnya. Ketika aku enggan berlari menuju pintu untuk menyambutmu karena kecewa, kau datang dan memanggil namaku pelan. Kau memberiku kain dan menutup seluruh tubuhku yang hampir menggigil, lantas mengecup kepalaku singkat.
Kau ingat, peliharaan pertama yang kita beli bersama di minggu pagi? Ketika kau mengajakku berkeliling dengan motor kesayanganmu, dan berhenti di salah satu toko ikan hias untuk sekadar melihat-lihat. Aku tidak suka ikan--jelasnya, aku tidak suka memelihara hewan. Tapi, melihat matamu penuh binar, aku hanya menggangguk saat kau meminta pendapat, dan pulang dengan aquarium juga beberapa ikan kecil serta penghias.
Lalu di rumah, kita membuat istana ikan bersama, dan meletakannya di atas lemariku. Mengurasnya seminggu sekali, dan kau senang menjahiliku dengan ikan-ikan yang menggeliat tanpa air.
Ingat, kali pertama kita menghabiskan waktu liburan dengan menonton film? Saat kali pertama kita mendatangi gerai kaset yang baru buka tidak jauh dari rumah, dan membeli beberapa DVD original, yang diantaranya adalah film horror. Ah, sungguh, aku bahkan tidak berpikir ketika menerima ajakanmu untuk menonton film horror di ruang tamu. Menggelar kasur lipat, kemudian menyiapkan selimut dan bantal sebelum mematikan lampu. Lalu, kau selalu menakutiku hingga membuatku tidak tahan untuk menangis.
*****
Sebenarnya, ada banyak kenangan manis yang pernah kau toreh. Maaf, akhir-akhir ini aku hanya ingat hal buruk tentangmu, mengabaikan usaha-usahamu untuk mengisi lembaran hidupku dengan suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Pematah Hati Terhebat
NonfiksiMaaf. Tentangmu, aku hanya mengingat sakit. Aku lupa, bahwa aku pernah menjadi gadis paling bahagia di muka bumi karenamu.