Suara bising di tengah gelapnya malam memecahkan keheningan. Lampu yang berkelip dan dentuman musik seakan menjadi lullaby terindah bagi para penikmatnya.
Alkohol, musik, wanita, serta liukan seakan menjadi candu yang paling memabukkan. Semuanya seakan terbang dan melupakan dunia mereka, menikmati nikmatnya kesenangan sesaat.
Haruto sudah meneguk gelas winenya yang ke lima, kesadarannya sudah separuh hilang dan menyisakan tubuhnya yang terkulai tak berdaya diatas meja. Sesekali mulutnya meracau tak jelas, matanya berkali-kali terpejam dan sedetik kemudian terbelalak seperti terkejut.
"Aku mau wine lagi, cepat!"
Ia berteriak kearah bartender yang sedang meracik minuman beralkohol, salah satu dari mereka mendekat dan berbisik kesebelah temannya.
"Jangan tuangkan lagi."
Seakan menajam, Haruto mendongak dan mendelik kearah salah seorang yang berbisik, ia mendengar ucapan bartender itu.
"Jangan membantah! Berikan aku segelas lagi!" Racaunya.
Bartender itu menggeser temannya, lalu berdiri berhadapan dengan Haruto yang sedang menatapnya tak suka.
"Mwo?!"
Haruto semakin meracau, ia mengusap rambutnya dan matanya bergulir kesana-kemari.
"Kamu sudah mabuk berat, mengerti? Sebaiknya kamu menelpon temanmu dan menyuruhnya menjemputmu."
Bartender itu sedikit mencondongkan badannya. Haruto terdiam dan berfikir, masih dengan mata sayu dan bibir yang tak henti mengecap.
"Teman?" Bartender itu mengangguk.
"Tapi aku tak punya teman, mereka jahat, aku tak suka dan tak mau berteman dengan mereka."
Haruto meracau seperti anak kecil dengan usia 5 tahun.
"Astaga maafkan aku, aku tak sanggup."
Bartender itu kini merogoh kantung celananya, mengambil benda persegi panjang dan mengetikkan sesuatu diatas layarnya.
"Hei hei! Tunggu sebentar, aku seperti mengenalmu, hm... Tapi siapa?"
Haruto mendekatkan wajahnya kearah bartender yang sedang menghubungi seseorang lewat ponselnya, ia mengamati wajah sang bartender dan kemudian berjingkrak girang.
"Kamu Jihoon? Benarkan? Teman Junkyu?"
Bartender yang telah diyakini bernama Jihoon itu mendelik sesaat kearah Haruto yang tampak kegirangan, namun sedetik kemudian ekspresi wajahnya menjadi lesu.
"Junkyu, ya? Hm..."
Haruto duduk dengan murung, kakinya yang menggantung ia gerakan dengan asal, mengundang Jihoon untuk tidak bisa tidak menggeleng melihatnya.
"Aku rindu dengannya... Kenapa dia tak pernah menjawab telepon ku, sih?"
Jihoon menatap Haruto dengan iba. Ia memang sahabat Junkyu, dan kini tanpa ada pilihan lain ia tengah menghubungi Junkyu dan memberikan kabar pada lelaki koala itu.
"Kyu, astaga demi Tuhan cepatlah kemari, Haruto sudah seperti orang tak waras disini."
Jihoon menelepon dengan jarak yang agak jauh agar tak terdengar oleh Haruto yang masih meracau.
Setelah telepon ia putuskan, matanya melirik kearah Haruto dan kemudian menggeleng kembali.
Ia tahu bagaimana jalan percintaan antara Junkyu dengan Haruto. Kedua manusia itu memang ditakdirkan untuk saling mencintai, namun sayang ego merusak dan menguasai fikiran keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncover [Harukyu] ✔
Fiksi PenggemarOneshoot Harukyu || bxb Dom!Haruto × sub!Junkyu