Cinta itu seperti bibit bunga mawar yang kau tanam di halaman rumah. Kau menyiraminya setiap hari. Kau rawat ia dengan baik. Kau pastikan ia mendapat sinar matahari yang cukup. Perlahan, bibit itu tumbuh menjadi kuncup.
Bagai peri kecil yang baru saja lahir, ia sangat pemalu. Kuncup itu—perasaan yang belum dewasa itu kau jaga dengan hati-hati. Kau sembunyikan dibalik senyum ceriamu, jangan sampai gejolak itu terlihat terlalu jelas, jangan sampai ada yang mencuri kesempatan. Karena kau sendiripun masih tidak tahu pasti perasaan apa yang tumbuh dalam dirimu saat itu.
Hari berganti bulan, bulan berganti tahun, kuncup bunga itu sedikit demi sedikit mulai merekah, warna pucat pada kelopaknya pun mulai memerah. Pada saat itu kau sudah tahu harus menganggap apa perasaan dalam dirimu dan bagaimana cara memperlakukannya. Kau mulai membiarkan orang-orang mendatangi bunga mu yang baru merekah itu, kau mulai membuka hatimu.
Hingga pada saatnya kau bertemu dengan seseorang yang menurutmu adalah pilihan terbaikmu. Ia adalah seseorang yang selalu mengerti kamu dan tidak pernah membuatmu kecewa. Meski awalnya ragu, kini kau mulai mencoba menyerahkan hatimu kepadanya.
Seperti kata pepatah, cinta itu berjuta rasanya. Saat itu bunga mawar telah tumbuh seutuhnya, baik itu milikmu atau miliknya, hatimu atau hatinya. Kalian menjadi sepasang kekasih yang serasi, tiada hari yang dihabiskan tanpa saling menyayangi. Kau merasa menjadi orang yang paling beruntung, begitupun dengannya.
Dan begitulah proses bagaimana bunga mawar itu tumbuh...
KAMU SEDANG MEMBACA
DARI HATI
Short StoryBukan novel, cuma kumpulan prosa yang lahir dari hati. Karena aku tidak mau kamu kecewa dengan hidup ini... Bandung,27 April 2019