Would You?

4 0 0
                                    

Teringat dengan jelas dalam ingatan ini, saat kau tiba-tiba membuat keributan dengan meneriakkan namaku di lapangan. Aku yang saat itu sedang asik bercengkrama bersama teman-temanku di dalam kelas menatap heran padamu yang berdiri di tengah lapang.

Aku ingat sekali, hari itu hari sabtu, hari dimana sekolah hanya berisi murid dan pelatih ekstrakulikuler, dan kau memanfaatkan momen itu untuk menyatakan perasaanmu padaku. Aku berjalan dengan ragu, menyeret kedua sahabatku untuk ikut menghampirimu yang masih saja memanggil namaku tanpa malu. Ku lihat orang-orang mulai berkumpul, berdiri mengelilimu sambil menunggu apa yang akan terjadi.

Setengah senang setengah malu aku berdiri dihadapamu. Saat itu pikiranku dipenuhi oleh hal-hal yang indah, begitupun perasaanku yang terus menggali harapan-harapan yang selama ini ku kubur dalam-dalam. Aku menatapmu, meremas rokku, berharap kau tak mendengar degup jantungku.

Kau membalas tatapan itu, kau tersenyum, lalu seolah memberiku petunjuk tentang satu lenganmu yang kau sembunyikan di belakang punggung. Aku pun baru menyadarinya,

"Apa itu?" tanyaku tanpa suara. Kau tersenyum lagi, kali ini adalah senyuman termanis yang pernah aku lihat. Lalu tanpa menghiraukan seruan orang-orang, kau mendekatkan pengeras suara itu di bibirmu, lalu kau mulai berlutut dihadapanku.

Sontak seluruh siswa semakin ribut, beberapa orang mengharapkan hal yang sama seperti yang sedang aku harapkan detik itu, beberapa lagi ada yang menyumpah dan kecewa. Ya, begitulah, kau memang salah satu siswa yang banyak diidamkan perempuan di sekolah.

Aku mengalihkan pandang, tak kuasa menatap matamu yang berbinar bak galaksi itu, tapi perlahan kau menggenggam lenganku, dan saat aku mengembalkan tatapanku, saat itu juga aku melihat setangkai mawar merah dihadapanku. Di genggamanmu.

Kau melepas genggaman tanganku dan meraih pengeras suara itu lagi, dan perlahan kau berkata...

"Would you be my girlfriend?"

Tuhan, bagaimana mungkin aku bisa mengabaikan perasaan lelaki yang sudah ku cintai selama bertahun-tahun ini?

Aku menunduk malu, menyembunyikan wajahku yang tidak bisa untuk tidak tersenyum itu, dan tanpa sadar air mata ini menetes membasahi kedua pipi. Kau beranjak dari posisimu dan berdiri dihadapanku, jarak kau dan aku membuatku semakin tidak bisa menatap wajahmu tapi kau malah menggodaku dengan menyingkap rambutku dan mendekatkan wajahmu tepat di depan wajahku.

Aku semakin salah tingkah dan cemas, mengingat kami masih berada di sekolah dan semua siswa pun menyaksikan. Aku mengambil beberapa langkah mundur dan kau, malah mentertawakanku. Dasar bodoh! Sikapmu yang selalu menggodaku itu tidak pernah berubah.

Tiba-tiba kau menatapku serius, kau menyerahkan bunga itu lagi, tanpa kau bicarapun aku sudah tahu kalau kau sedang menunggu jawabanku. Aku berdeham, melirik kedua sahabatku yang berdiri dibelakang,

"Tunggu apalagi?" ucap mereka. Aku tersenyum dan mengangguk,

"Yes, I do."

Aku menerima bunga itu dan cintanya. Semua orang bertepuk tangan, di bawah langit yang menjingga kami tersenyum satu sama lain.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 27, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DARI HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang