Hari pertama masuk sekolah, lebih tepatnya sekolah baru. Yap, aku siswa baru di MTs, aku pindahan dari pondok pesantren yg bisa dibilang "sadis" dengan aturan² hidup disana.
Kehidupan baru pun dimulai sekarang. Setelah 2 tahun berjuang bersama teman² di pesantren, susah senang sama², walaupun lebih banyak susah dari pada senang. Tapi itu cukup untuk membuat ku berat untuk melepaskan mereka semua.
Seperti biasa, murid baru selalu diminta untuk perkenalan. Dengan rasa keberanian yang tersisa, aku memberanikan diri maju dan memperkenalkan diri. Mataku tertuju pada teman² yg duduk di depanku, lalu mataku tertuju pada teman ku yang duduk di sebelah bangku ku.
Naswa, teman sebangku ku yang besoknya menjadi sahabat ku. Hubungan kita sebagai sahabat pun semakin lama semakin
Dekat, beberapa kali kami brangkat dan pulang bersama, beberapa kali juga kita main dan makan bersama.Beberapa kali kami di juluki "sejoli sehati". Memang itu sempat membuatku malu. Namun lama² aku terbiasa, karena disamping aku sudah terbiasa, aku memang gak ada rasa sama sekali kepadanya. Aku hanya menganggapnya sebagai sahabat dekat, tidak lebih. "Daf, apa kamu gak malu di kata²in sama temen² kayak gitu?". Tanya Naswa ke aku. Aku sempat malas membahas kejadian ini, tapi yang menanyaiku adalah sahabatku, dan aku telah berjanji akan berlaku baik pada sahabatku, terutama yg satu ini, Naswa.
"Ya... Mau gimana lagi, kenyataannya emang kita deket banget kan?" kataku yang sebenarnya gak menjawab pertanyaannya sama sekali.
"Aku kan tanya kamu malu apa nggak?, kok jawabannya ngelantur ke mana² sih?" tanyanya sambil cekikikan.
"Gak" jawabku singkat,padat, dan jelas. Naswa pun mengangguk tanda setuju. Bel pulang pun berbunyi, tanda waktu pulang telah tiba.
Kriiiiiingggg....
(Bayangin aja suara bel :v)"Pulang yuk daf.." kata Naswa sembari menepuk pundak ku. Aku yang sejak tadi sedang nulis rangkuman MTK tanpa sengaja kaget dan terciptalah garis panjang dari bawah ke atas. Naswa yang menyaksikannya pun tertawa ter bahak², aku pun menimpuknya dengan bolpoin 4 warna yang aku bawa.
Bukannya diam, dia malah tambah men- jadi². Aku pun tambah gemas melihat kelakuan sahabatku yang satu ini. Aku pun menimpuknya kembali dengan tas.
"Aduh daf.. Sakit tau!.. Udah iya² ampun²" minta Naswa, walaupun sambil tertawa dan kejar²an denganku. Memang kedekatan kami kadang membuat iri para jomblo. padahal kami hanya sahabat yang sangat² dekat kalo di lihat sejak kapan kami saling kenal. Yap... Hanya butuh 1 minggu untuk menciptakan kedekatan antara aku dan dia.
Aku pun kembali mengejar Naswa ya sudah lari sambil menggendong tas hitam polo miliknya. "NASWA!!!.. SINI KAMU!!!." teriakku sembari membereskan barang² ku dengan cepat, aku pun mengejar Naswa ke tempat parkir sepeda.
"Mana sih dia?, kayak setan aja, baru dilihat langsung ilang." gerutu ku sambil mencari sepedaku. Tapi sepedaku tak kunjung ku temukan. Ku putari tempat parkir sepeda sekali lagi, siapa tau aku lupa dimana memarkirkan sepedaku. Tapi hasilnya nihil, sepedaku lenyap.
Tanpa pikir panjang aku langsung mencari Naswa, ku putari tempat parkir sepeda dengan tenang, dan benar saja, aku menangkap suara tertawa yang tertahan. Aku menyusuri asal suaranya, ku tajamkan pendengaran ku, dan mataku tertuju pada lemari besar yang mulai kusam karna debu. Ku dekati lemari itu, dan suara tahanan tawa itu. Aku buka lemari itu dengan perlahan, dan benar saja, suara tawa Naswa pun pecah, dia tertawa se kencang²nya dan kembali lari se kencang²nya
"NASWA.... MANA SEPEDAKU?!!!"... Teriakku padanya. " Aku tau kok, tuh di belakang sekolah sama sepedaku, pulang bareng yuk". Sambil menunjukkan senyum terbaiknya, dan demi melihatnya aku urungkan niatku untuk menjitaknya. Aku suka melihat senyumnya walau sekejap. Dan dengan senyumannya itu, dia bisa melunakkan hati ku yang keras.
"Ayuk!" jawabku dengan senang hati. Entah kenapa hati ku sedang ber bunga² karnanya, aku senang punya sahabat sepertinya. Baru pertama kali aku punya sahabat seheboh dan seunik dia. Aku bersyukur telah bersahabat dengannya.
Jalan raya serasa milik berdua, suara motor, mobil, truk, dan apapun itu tak digubris oleh kami. Perjalanan pulang diisi oleh percakapan, candaan, dan tawa kami berdua. Sungguh aku merasa sangat bahagia saat ini. Dan tiba saat berpisah, dia pulang ke rumahnya, dan aku pun pulang kerumah ku. Tak lupa lambaian tangan sebagai penutup pertemuan hari ini.
-----------------------------------------------------------------
Makasih yang udah baca... Pertama kali nulis cerita di *wattpatt*... Kasih dukungan ya... Dan jangan lupa like and coment... Aku bakalan update cerita 2 hari lagi.. Soalnya kuota menipis :v
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Cinta Di Sekolah...
Teen FictionCinta, sudah sangat akrab ditelinga para remaja. Bagaimana tidak, masa² terindah yang akan dialami para remaja. Dimana mereka akan mengorbankan apapun demi pujaan hatinya. Mulai dari waktu, uang, bahkan bisa saja nyawa. Mengapa aku mengatakan " D...