2

14 1 1
                                    


-----------------------------------------------------------------

"Haiiiiiii!" suara khas itu memanggilku, sangat khas malah, karna akhir katanya sangat panjang. Sudah menjadi kebiasaannya memanjangkan kalimat terakhir yg dia katakan.

Dan dalam seperkian detik kepalaku mencari sumber suara di belakangku tadi. Tapi nihil, hanya angin yang ku temukan. "A... Perasaan tadi Naswa nyapa aku deh. Tapi mana?" batinku seraya menggaruk kepala ku yang tidak gatal.

Dan tiba²..."DOOOORRRR......" suara yang sangat kencang terdengar di belakangku. Aku pun kaget bukan main, dan yang membuat ku kaget untuk ke dua kali, suara itu berasal dari mulut Naswa. Dia tertawa cekikikan tanpa dosa sedikitpun, suara tawa yang memekakkan telinga saking kencangnya.

"NASWA!!" teriak ku sembari mengambil ancang² ingin menangkap Naswa. Terlambat, badan rampingnya tlah melesat menjauhi ku. Aku sampai ber tanya² bagaimana dia bisa selincah itu. Hanya dia dan tuhan yang tau.

Tak mau kalah, aku pun mengambil langkah 1000 untuk mengejarnya. Namun apa daya, dia sudah terlalu jauh.
Dan aku yang payah dalam olahraga pun tersenggal dan berkeringat. Ini lah aku, jika aku lelah sedikit saja, keringat yang keluar bagai air terjun, dan membasahi seragam osis yang aku pakai. Aku pun menyerah mengerjarnya, dan Naswa yang melihat kejadian itu pun tertawa penuh kemenangan. Sungguh jahatnya dia.

Namum, tiba² dia menghampiriku "yuk ke kelas bareng, masih sepi tuh kelas" sambil merendahkan badannya serendah aku yg sedang memegang lutut karna kelelahan. Mata kamipun beradu, meninggalkan senyuman di wajahnya. Aku senang jika melihatnya tersenyum, dan tanpa pikir panjang aku pun mengiyakan ajakannya.

Pertengkaran kecil tadi pun sejenak terlupakan, tergantikan dengan canda tawa kami yang memasuki gerbang sekolah. Benar, sekolah masih sepi. Entah aku yang berangkat terlalu pagi apa temen² ku yang tak kunjung datang. Entahlah.

Aku yang berjalan bersandingan dengan Naswa pun membukakan pintu kelas yang kebetulan tidak terkunci, atau lebih tepatnya lupa terkunci. Karna kemarin aku tak sempat mengunci pintu demi mengejar biang kerok yang merusak rangkuman MTK ku,  Naswa.

Naswa pun masuk terlebih dahulu dan melemparkan tas hitamnya ke bangku sebelah bangku ku "aaaaah... Pagi² kok udah pengen pulang lagi lho." keluh Naswa. dasar pemalas, baru aja sampe kelas udah pengen pulang. Entah apa yang ingin dia lakukan di rumah jika tiba² pagi ini ada pengumuman sekolah libur, bisa saja Naswa lah yang paling keras bersorak kegirangan karnanya.

"Kantin yuk.." tawarnya ke aku yang bahkan belum sempat menaruh tas di bangku ku. " ya.. Minimal aku mau duduk dulu lah, baru nanti ke kantin bareng" "aaaah... Lamakkk.. Keburu tutup tuh kantinnya" tuh kan keliatan sintingnya orang jelas² kita baru brangkat, mana mungkin kantin keburu tutup. Yang ada malah masih tutup.

"Iya habis ini Waa.." kata ku ke Naswa. Yg di ajak bicara cuma bisa cemberut ndengernya. Aku pun menyandarkan kepalaku ke meja, itung² istirahat bentar. Lama kelamaan matapun terasa berat, dan aku pun tertidur. Tak lama kemudian terdengar suara teriakan yang terdengar samar² karna aku tertidur, dan tubuhku pun terasa di goyang².

Aku pun terbangun dan menemukan Naswa dengan muka yang lebih cemberut dari pada sebelumnya. Ok... Aku pun bangun dan beranjak bangun.
"Lho?.. Mau kemana kamu?" tanya Naswa bingung " mau ke kantin lah.. Yuk" senyumnya pun kembali mengembang dan dia pun loncat dari posisi nyamannya dari kursi "ayoook daf!!"

Aku yang melihatnya hanya bisa tertawa dalam hati, sekaligus bingung. Pertanyaan² pun berkumpul di kepala "dia Naswa kan?" sambil menahan tawa agar Naswa tak ber- tanya² aku kenapa, Dan kemudia melontar kan pertanyaan "kamu sehatkan?" aku pun menyamai kecepatan jalan Naswa yang sudah memimpin di depan. Jika soal makanan, dia lah jagoannya.

Sekolah pun mulai ramai dengan teman² dan murid² lain, tapi itu semua terabaikan. Kami berdua sibuk mengobrol hingga tak ingin memerhatikan sekitar. Dan kemudian, bel masuk berbunyi. Sontak aku kaget dan teringat "duh.. Aku blom ngerjain PR Wa!!" yang di depannya malah tertawa mengejek. "Tenang, aku udah ngerjain kok. Nanti kamu liat aku aja. Ok" dan disaat kalimat itu di ucapkan, aku bagaikan di hampiri malaikat yang menyelamatkan hidupku.

"Kelas yuk, Bu Siwi udah mau masuk tuh, nanti kena hukum lho kalo telat masuk" aku pun mengalihkan pandangan ku ke arah kelas. Benar saja, disana telah berdiri guru bahasa indonesia yang terlihat seperti anak SMA karna masih terlihat muda, tapi menakutkan.

(Camkan itu wahai murid, blom tentu yang terlihat muda perawakannya itu
ramah :v)

Jam demi jam berlalu dengan tegang, bagaikan ujian kenaikan kelas, hampir setengah isi kelas ingin cepat² kelas              B. Indonesia ini berakhir. Karna disamping menegangkan untuk anak laki² , kelas ini terbilang membosankan untuk murid laki² juga.

Yang di tunggu² pun tiba...

(Ding..ding..ding... Waktu istirahat telah tiba... Ding...ding...ding)

Dalam hati ku ingin sekali aku teriak kegirangan, tapi mengingat yang berdiri di depan kelas bukan manusia biasa, aku pun mengurungkan niat ku untuk melakukannya. Atau kemungkinan terburuk akan kalian dapatkan.

Dengan sabar kami menungg Bu Siwi menutup. Tentu saja dengam tenang tak bersuara, jika kalian tidak ingin jam istirahat kalian terlambat "ok, ibu akhiri pelajaran hari ini. Dan pengumuman, nanti di jam ke 3 dan 4, pelajaran IPA, Bu Susi sedang berhalangan. Jadi kalian belajar sendiri, atau baca² buku. Karna besok ulangan harian IPA" kata Bu Siwi sebagai kata penutup pelajarannya.

"Wa... Jajan yuk" ajak ku ke Naswa. Tapi Naswa tak mendengarnya. Aku pun berpaling menghadap Naswa. Dan ternyata, dia tidur "Mungkin dia lelah" aku pun meninggalkan Naswa yang sudah berpindah dunia dengan kebohongan yang manis.

"Beli apa ya?... Cilok aja dah" pilihku setelah berpikir sejenak. Aku pun mencari pedagang cilok di sekitar dinding pembatas sekolah. Dan, ketemu lah target yang aku cari². Aku pun mengantri untuk membelinya.

"Bang, cilok 2000 ya, gak pake sambel" "siap!"  kata abang penjualnya. Sembari aku menunggu pesananku, mataku tertuju pada perempuan di depanku. Entah mengapa hatiku merasakan hal yang berbeda. Tidak seperti yang biasa.

"Hai" yang di pandang pun menyapaku. Jujur saja, itu membuat ku merasakan keanehan yang bertambah di hatiku. Apakah ini cinta?, kurasa tidak. Tapi juga bisa jadi iya.

Sapaan ini lah yang membuat masa² kelas 9 ku menjadi indah. Bagai langit malam yang di penuhi dengan bintang² berwarna putih.
-----------------------------------------------------------------
Hai guys!! Makasih ya yang udah baca.. Semoga kalian suka.. Aku bakal bikin crita ini sampe 20 part... Kalo misal gx berhalangan... Jangan lupa like dan komen... Agar kedepannya aku semangat bikin ceritanya.. Thanks guys...

Ada Cinta Di Sekolah...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang