Interlude

3.2K 410 56
                                    

Yuhuu~
Ini repost ya.
Nggak ada yg kuubah sama sekali.
Jadi, selamat bersedih.

{MELODIA}

Disini Taehyung berada. Di rumah sakit, menunggu di depan ruangan sambil menggenggam kedua tangannya sendiri. Setelah tergesa mendatangi rumah Jimin, berharap Jimin ada disana, ternyata Jimin tidak ada. Mirae mengatakan keberadaan Jimin pada Taehyung dan membuat pemuda itu kembali buru-buru mendatangi rumah sakit. Untunglah dirinya bertemu Hoseok di lobby, yang baru akan menuju kamar Jimin, sehingga Taehyung tidak perlu bertanya seperti orang linglung pada suster yang berjaga.

Dokter sedang berada di dalam ruangan sehingga Taehyung dan Hoseok masih menunggu di luar ruangan. Hanya Namjoon yang berada di dalam. Menemani sang anak yang sedang terbaring tak berdaya dengan selang di hidung dan kabel di sekujur tubuhnya.

Dokter keluar dari ruangan dan Taehyung langsung mendesak masuk tanpa permisi. Hoseok tidak bisa mencegahnya. Namjoon pun tidak berkomentar apa-apa. Ia malah menjauh sejenak. Membiarkan Taehyung mendekati ranjang Jimin. Taehyung memelankan langkahnya. Dua kali menelan ludah dengan susah payah. Tidak mengedipkan matanya dan terus memandang Jimin yang tengah terpejam damai dengan bibir pucat dan alis yang bertaut. Taehyung langsung paham bahwa Jimin tidak tertidur. Hanya berusaha berpejam untuk mengurangi sesak di dadanya.
Taehyung berdeham, membuat Jimin perlahan membuka matanya. Seulas senyum terpancar dari wajah Jimin ketika melihat Taehyung yang tengah menatapnya. “Hai, Taehyung-ah …” lirihnya.

Taehyung membalas senyum itu. Alisnya bertaut. Sendu memenuhi tatapannya pada Jimin.

“Berhenti menatapku seperti itu.” tukas Jimin. Jimin menepuk pelan ranjangnya yang kosong. Memberi isyarat pada Taehyung untuk duduk disana.

“Bagaimana rasanya melihat dunia lagi? Bahagia, ya?” tanya Jimin dengan suara parau. Ucapannya sangat pelan, tapi masih dapat dipahami. Taehyung mengangguk, berusaha tidak melepas senyum walaupun senyumnya tampak sangat pahit.

“Maafkan aku. Aku tidak bisa memberikan kesan yang baik saat kau sudah bisa melihat.” Jimin memejamkan matanya dan membasahi bibir pucatnya dengan. Taehyung menggeleng kuat, “Tidak perlu melihatmu, aku sudah terkesan. Kau berlatih keras untuk memainkan lagu yang pernah kumainkan waktu itu kan?”

Jimin terkekeh pelan. Sangat pelan. “Paman Yoongi memang tidak bisa menjaga rahasia dengan baik. Aku kan ingin memberikan kejutan padamu.” Keduanya tertawa bersama. Tertawa kikuk karena sebenarnya Taehyung tidak bisa tertawa lepas saat ini. Pikirannya berputar. Melihat Jimin seperti ini membuat hatinya berdenyut nyeri. Sesal ia rasakan karena tidak mengetahui keadaan Jimin sejak dulu. Jimin sungguh pandai menyembunyikan dan kekurangan Taehyung sebelum ini sangat mendukung kepandaian Jimin itu.

“Kenapa tidak memberitahuku?” tanya Taehyung, yang dibalas dengan decihan oleh Jimin. “Memberitahumu jika aku adalah si tidak berbakat yang penyakitan?”

“Siapa yang bilang kau tidak berbakat?”

“Aku.”

Taehyung menggeleng sambil mengembuskan napas pelan, “Kau salah, Jimin-ah. Kau berbakat, tapi tidak mau mengakuinya.”

Jimin tersenyum tipis, “Begitukah?” Alisnya bertaut. Menatap Taehyung dalam. Taehyung pun mengunci pandangannya pada Jimin.

“Kau pasti bisa melewati ini. Ingat janjimu, kan?” ucap Taehyung dengan lirih.

Jimin menggeleng, “Taehyung-ah ...” Ia memindahkan tangan kanannya ke atas dada, “Ini … tidak pasti kapan akan berhenti. Tidak tahu sampai kapan akan terus berdetak. Aku tidak yakin apakah aku bisa memainkan lagu itu untukmu … atau tidak.”
Taehyung mengarahkan pandangannya pada monitor hemodinamik di samping ranjang Jimin. Ia tidak sepenuhnya paham bagaimana membaca grafik yang terpampang di layar monitor itu, tapi ia mengerti maksud perkataan Jimin yang terdengar mengerikan tadi.

“Kau akan sembuh.” ujar Taehyung.

“Itu yang aku suka darimu. Kau selalu optimis. Walaupun kau dalam kondisi buruk.”

“Berterima kasihlah pada Tuhan karena kau bertemu denganku, Jimin. Karena aku pun harus berterima kasih pada Tuhan karena mempertemukanku denganmu.”

Jimin mengernyit, tapi Taehyung menolak pertanyaan lain sehingga ia langsung berdiri dan mengusap pundak Jimin.

“Beristirahatlah. Aku akan menagih janjimu besok. Pastikan jantungmu untuk berfungsi dengan baik.” Taehyung berbalik dengan wajah muram. Pikirannya berkabut karena melihat kondisi Jimin. Tapi, seiring langkahnya menjauhi ruangan Jimin, cepat-cepat ia menghilangkan kegelisahannya dan memikirkan hal yang positif saja. "Besok, Jimin akan bangun. Aku akan mengajarinya piano dan Jimin akan memainkan lagu itu untukku." bisiknya pada diri semesta.

{MELODIA}

Short chapter :') mianhae. Namanya jg interlude ya, jadi pendek hehe.

Bikin chapter ini rasanya seperti kembali ke momen Jimin yg hampir koma di Espoir :')

Ah iya, ada yang sudah tahu informasi terbaru dari Wella? Belum?

Kalau begitu, cek ig-nya Wella.
@welldonewella

See ya in the Outro!
Loveya
Wella

290419 (01.37 pm)

Melodia ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang