Ada apa?

1.5K 59 2
                                    

"APPPAAAA??!!"

"Biasa aja kagetnya Ros, kan bisa. 'apa?'" mamaku seperti biasanya selalu merasa muda meskipun dia sudah tidak muda lagi.

"Gimana ros bisa tenang dan bilang 'apa' seperti itu kalau yang dipertaruhkan itu hidup ros sendiri"

"Ih bahasanya deh, mama sama ayah gak pertaruhin hidup kamu. malah mama sama ayah itu melakukan yang terbaik untuk hidupmu."

"mamaaaaaaahhh." aku tidak tau. apakah aku harus nangis sambil garuk tembok atau nangis sambil debus, yang namanya keputusan maut ini kalau sudah seperti ini tidak bisa diganggu gugat.

"cup-cup, tidak usah merasa bersyukur begitu. mama tau kamu berterimakasih sekali dengan mama sama ayah."

"Huwaaaaaaaa."

***

"Aku turut berduka cita." lany penepuk bahuku.

"tidak usah setengah-setengah gitu, mau berduka atau bersuka cita. lo gak solid ah."

"eh. gue berduka loh. tapi gue juga turut berbahagia, artinya lo gak usah susah-susah cari jodoh atau nungguin kak dimas yang gak tau lo bakalan diterima atau nggak."

"LANYYYYYYY!" langsung saja lany kujambak habis-habisan. jiwa singa betinaku keluar sudah, aku butuh korban untuk melepas semuanya, dan kali ini lany lah yang akan menerimanya setelah biasanya aku melampiaskannya pada ringgo cs.

"eh ada apa nih. seru banget mainnya." tiba-tiba saja suara yang sangat ku rindukan itu berdengung di telingaku. mulai puitis sudah bahasaku.

"eh kak dimas, haha iya nih lagi seru mainannya." kataku semakin memperdalam cubitan di perut lany.

"k-ka-kak dimas, t-t-tolong~" HAHAHAK semakin kupulas cubitan.

"HAKKHH!" itu teriakan terakhir lany saat aku tiba-tiba melepaskan cubitan mautku pada perutnya. apa aku terlalu berlebihan, rasanya aku baru memakai satu persen dari kekuatanku.

"apa kau sedang menghukum lany?" kak dimas membuka bicara saat kami berdua mulai mensejajarkan langkah, sebenarnya bukan kami tapi aku yang mencoba mensejajarkan langkah. karena kaki kak dimas itu panjangnya bukan main tiang listrik lagi.

"haha nggak kok kak, aku sama lany cuman bercanda doang. oh iya kak. mm si set-- eh maksudnya mikhail itu anak baru ya?" Hampir saja aku memanggil orang itu dengan 'Sethan' kalau tidak tahu malu lagi.

"Oh, iya dia anak baru gabung. Anaknya baik, basketnya hebat lagi. Kenapa jadi tanya? Naksir yaa..." tiba-tiba saja aku salting senditi entah kenapa.

Bukan ka, aku gak naksir dia. Malah benci banget lagi. Yang aku suka itu kakak. Kenapa sih kakak gak peka sama sekali, harus seberapa keras aku memberikan kode ke kakak.

"Ih apaan sih. Siapa yang naksir coba. Kakak tuh.. naksir ya sama aku?" Plisss ini kode keras banget.

"Hahaha... kalau iya kenapa?"

DUG! tiba-tiba saja aku merasa ada orang yang melemparkan bola basket keras ke kepalaku. Kakak Dimas naksir itu?

"Kakak bercandakan?" nadaku mulai harap cemas. Plis bilang iya-iya. eh bukan nggak-nggak maksudnya biar aku langsung terjun ke hatimu.

"Hahaha..iya Bercanda kok." rasanya sekarang aku merasakan ribuan bola basket berjatuhan dari langit dan menghantam tubuhku.

"Hahaha." rasanya sakit sekali. Ingin nangis rasanya. Siapa saja tolong bunuh aku! ini benar-benar sakit.

Masih berjalan, aku dan kak dimas tidak lagi beriringan. Membiarkan pandanganku diselimuti punggung bidang kak Dimas. Entah kenapa, biasanya aku akan bahagia dan lega hanya dengan memandang punggung kak dimas. Namun yang kurasakan sekarang rasanya aku didorong terjatuh kedalam jurang tanpa dasar. Hampa sekali.

Kawin GantungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang