Oh Tidak!

2K 59 2
                                    

Bagaimana mungkin ada orang yang berani menentangku, bagaimana bisa ada makhluk yang dengan sombongnya menatap mataku menantang. Siapa sebenarnya orang itu?!

Aku berjalan dengan gusar menuju kelasku, kantor guru sudah tidak terlihat sejauh mata memandang, namun rasa kesal itu seperti mengikutiku hingga sampai saat ini.

Oh tuhan! Aku gerah! Kipas mana kipas? Sudahlah aku tidak ingin membahas masalah ini lagi.

"Sayang kamu lagi ngapain?" Mama ku mulai berkicau dari lantai satu.

"Belajar ma"

"Turun bentar yuk! Ada orang nih"

Dengan ogah-ogahan aku bangkit dari persemayaman ku. Ada apa lagi sih? Ganggu aja deh, gak tahu orang lagi capek apa bertamu di jam genting kayak gini.

Sampai di bawah aku disambut dengan hal yang paling menyakitkan mata ku. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa tuh kupret satu ada di sini? Bawa-bawa ortu lagi.

"Wah ini dia yang ditunggu-tunggu" siapa yang ditunggu-tunggu? Aku?

"Agatha udah besar ya, cantik lagi" Nah apa lagi ini? Iya aku emang udah gede, kalo cantik aku gak bisa nolak karena emang kenyataannya begitu kan. Hehehe. Tapi wait! Agatha? Jarang sekali aku mendengar nama depanku itu disebut. Rasanya cuman orang-orang dimasa lalu sama keluarga dan teman-teman ortuku yang memanggilku begitu. Tapi..tapi apa maksudnya 'sudah besar ya' apa dulu aku pernah kenal dengan mereka?

"Ros, sini duduk nah" ayahku menepuk sofa disampingnya memintaku untuk duduk. Tunggu ada apa sebenarnya, kenapa ini kelihatannya seperti reunin teman lama. Lalu apa hubungannya dengan kehadiranku, dan untuk apa makhluk menyebalkan itu ada disitu, mukanya ituloh bikin mules.

Seperti robot aku berjalan menuju sofa, duduk tepat disamping ayahku. Sebenarnya aku merasa canggung, terlebih tante di depanku itu menatapku seperti melihat jackpot, berbinar-binar. Memangnya aku ini lotre?

"Rosa perkenalkan ini om Andi teman sehidup semati ayah, ini tante Mirna, dan ini anaknya Nathan" ooooohh namanya Nathan, tapi apa pentingnya aku mengenal si Nathan-nathan itu lengkap dengan orang tuanya, gak penting banget kan.

"Begini loh nak Rosa om sama tante ini dapat tugas di London begitu juga ayah dan ibumu jadinya mungkin sekitar satu tahun ini kami ber-empat akan hidup di London, dan untuk kamu dan Nathan sayangkan sekolahnya kalau ikut pindah ke London juga. Jadinya kami berinisiatif biar hati kami sama-sama plong.." Nah aku takut dengan kelanjutannya biasanya kan kalau di novel-novel roman keadaannya buruk.

"Kalian akan kami tunangkan"

JEDARRRRRRR

Seperti inikah petir disiang bolong? Rasanya begitu.. mengerikan.

"APAAAA??" setan apa yang membuat kami berdua sama-sama berteriak APA??

"Ehh... salah pak bukannya mereka udah kita nikahin dulu, aku masih ingat dulu mereka masih kecil, lucu-lucu"

"WHATTTTT?"

"Eh iya jeng, mereka kan udah kita nikahin dulu, kawin gantungin istilahnya"

"Haha iya-iya benar" Nah para orangtua itu kemudian mengungkit tentang sesuatu yang berbau kawin gantung, aku dan dia...?

.

.

.

Rasanya kejadian sore kemarin adalah sebuah kiamat bagiku, bagaimana mungkin aku sudah menikah.. maksudku perjanjian, perjodohan. Haaa sekarang aku merasakan bagaimana rasanya jadi Siri Nurbaya. Rasanya itu sakit mann saktinya tuh disini.

Kawin GantungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang