Chapter {3} EIN

20 3 1
                                    

Setelah berpamitan dengan ayahnya, Ovi melajukan kendaraannya menuju salah satu komplek perumahan elit, berbeda dengan mansionnya yang hanya berdiri sendiri, tanpa ada tetangga di sekitarnya.

Ovi melaju dengan kecepatan standar membelah jalanan kota - dipagi hari. Merasa bahwa paginya cukup membosankan karena harus bangun diwaktu yang sangat pagi, bagi Ovi. Bukan tipe Ovi kalau harus bangun di bawah pukul 08.00 pagi. Tetapi kali ini demi menyelesaikan tugas dari sang dosen killer, Ovi rela memotong jadwal tidur nyenyaknya. Sebenarnya Ovi bukan tipe orang yang takut apalagi hanya sekedar dosen karena baginya kuliah hanya tempatnya membuang waktu. Belum lagi tadi dia sempet kedatangan "Pelakor" dikamarnya.

Tepat saat lampu merah, Ovi menyalakan musik dari mobilnya. Tepat ketika sudah nyala, lagu Pretty Girl menyambut lampu hijau.

Jarak rumah Laura sudah tidak terlalu jauh, bahkan gerbang perumahan pun sudah terlihat. Tidak lama kemudian Ovi sampai di depan rumah Laura. Dan langsung menyuruh si empunya keluar untuk menemuinya.

Gue depan rumah lo, bukain cepet.

Satu menit ~

Lima menit~

Sepuluh menit~

WEH, ASSHOLE!!!!

Ketika tidak mendapatkan respon dari lawan bicaranya. Ovi menghela napas kasar, melihat kelakuan salah satu sahabatnya. Ovi sangat tidak suka menunggu. Siapa dia bisa menyuruh Ovi menunggu..huh.

Perlahan Ovi keluar dari mobilnya lalu menuju pelataran rumah Laura. Walaupun berteman baru beberapa semester tetapi rasanya Ovi sudah mengenal mereka lama. Dan merasa memiliki banyak persamaan. Mulai dari fashion, hobby, style dan pastinya se-level. No no no... karena Ovi beberapa tingkat diatas mereka.

Mata Ovi menyusuri seluruh rumah. Dan perlahan memencet bel.

Ting nong.... Ting nong....

Perlahan terdengar pintu terbuka, dan muncullah wanita paruh baya yang bekerja dirumah Laura, yang biasa dipanggil Bik Eilis. "Pagi Nona Ovi" sapa wanita tersebut sopan.
"Pagi" sapa Ovi datar.

"Silahkan masuk Nona Ovi, Nona Laura ada di--" belum sempet Bik Eilis melanjutkan kalimatnya Ovi sudah berlalu dari depan Bik Eilis. Wanita paruh baya itu hanya menggeleng melihat kelakuan teman majikannya.

'Astagfirullah, cantik sih tapi judes, ya percuma' Bik Eilis mengucapkan Istigfar didalam hati, lalu melenggang pergi melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai.

Bik Eilis adalah salah seorang tenaga kerja wanita asal Indonesia, beliau mencari nafkah hingga ke luar negeri agar bisa membawa anaknya kerumah sakit ternama yang sedang mengidap penyanyit kanker darah diusianya yang masih sangat kecil, dimana anak seusianya tengah asik bermain boneka barbie, bukan malah bergelung dengan rasa sakit. Bukan tanggungan yang mudah bagi wanita paruh baya di usianya yang tidak muda lagi. Tetapi demi keluarga apapun ia lakukan. Tetapi, namanya takdir tidak ada yang bisa menghentikan barang sedetikpun. Hingga akhirnya, disaat semangat-semangatnya Bik Eilis bekerja. Kenyataan pahit menghantamnya bahwa anak semata wayangnya harus pergi meninggalkannya seorang diri. Hingga saat itu ia berat hati untuk menginjakkan kaki ke Indonesia.

---

Perlahan Ovi menaiki tangga dengan berpegangan pada railing, rasa marah sangat jelas diwajah cantiknya.

Hingga akhirnya tiba di depan pintu kamar Laura ia menggedor kamar Laura tanpa ampun.

Laura

Cklek..

Dan melihat Laura tengah asik tertidur lelap.

•••

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Everything I needTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang