Satu

91 19 4
                                    

Oh, hai kamu!

Ayo kita main tebak-tebakan!

Pasti kamu mau curhat kan? Curhat tentang pacarmu itu kan? Ayo, kesini! Aku akan dengerin kok. Aku akan selalu ada buat kamu.

Benar saja, kamu mendekat lalu duduk disampingku. Sepertinya tebakan hatiku tak pernah salah. Aku memang tak menyambutmu seperti tadi, hatiku yang menyambutmu. Katanya, dia senang berada di dekatmu.

Tapi sepertinya jantungku benci padamu. Setiap berada di dekatmu, jantungku bergemuruh hebat seperti ingin meledak. Berdebar tak karuan sampai rasanya dadaku mau pecah.

Sedangkan otakku berusaha mencegah hati dan jantung bertindak berlebihan.

"Dia sahabatmu, bodoh!" sentak sang Otak.

"Tapi aku suka dia," Hati membela dirinya.

"Apakah benar kau suka padanya, Hati? Pantas saja aku seperti kehilangan ritme saat berada di dekatnya," sungut Jantung.

Hei, organ-organku! Bisakah kalian diam?! Aku harus fokus mendengar keluh kesah Gara.

"... Jadi gitu," helaan nafas terdengar saat kamu mengakhiri kalimatmu.

"Oohh gitu. Jadi cewek lo butuh me time? Emang lo terlalu ngekang dia apa gimana, Gar? Sampe dia nggak mau lo ganggu?" tanyaku.

Kamu menggeleng, "Nggak kok, gue nggak terlalu ngekang. Bukannya wajar ya kalo gue nggak suka dia dekat sama cowok lain?" sanggahmu.

Hmm... Bener juga. Sebegitu sayangnya kamu dengan pacarmu. Ah, kenapa pedih malah berkunjung di hati?

"Saran gue nih ya, lo turutin aja apa yang dia bilang. Jangan bikin dia marah, Gar," usulku. Sebenarnya aku juga bingung harus memberi saran yang seperti apa.

"Termasuk nggak ngehubungin dia?"

"Dia minta gitu?"

"Iya," kamu mengangguk.

"Sebaiknya turutin sih, menurut gue."

"Gitu ya? Gue coba lakuin deh. Thanks ya udah dengerin gue," kamu tersenyum manis. Sejak kapan kau campur senyummu dengan gula?

"Lo emang sahabat gue yang terbaik. Gue ke sana dulu ya? Daahh," kamu berlalu. Bercanda bersama yang lain setelah semua sampah hatimu kau buang. Kau tumpukkan padaku.

"Kau dengar kan? Dia hanya menganggapmu sebagai sahabat! Tega kau khianati dia dengan cinta bedebahmu itu?!" Otak kembali memaki Hati.

"Aku tidak menghianatinya! Dasar organ arogan! Kau tidak akan mengerti apa itu cinta. Kau hanya punya logis sebagai rutemu. Dan apa kau bilang? Cinta itu bedebah? Akan kubuat kau susah berpikir!" Hati memekik jengkel.

"Hei, hentikan! Sebaiknya kalian bawa aku ke rumah sakit. Gara-gara si Garamu itu, aku jadi tidak normal. Kemarin berdebar, sekarang nyeri menggelenyar," Jantung menyela.

"Kamu tidak apa-apa, Jantung. Cinta memang begitu," Hati berusaha menenangkan Jantung yang sejak tadi gelisah.

"Cinta itu jahat. Makanya aku memilih logis sebagai rute. Kau lihat, Ntung? Seberapa bahayanya dampak cinta bagi organ dalam seperti kita?" Otak makin memperkeruh suasana.

"Cinta itu tidak jahat!"

"Jahat!"

"Tidak!"

"Dalam cinta banyak penghianat!"

"Dalam pikiran banyak tipu muslihat!"

Astaga bisa kah kalian diam? Aku tidak cinta Gara. Kalian dengar itu? Aku-tidak-cinta-Gara.

Tenang Gara, aku tidak cinta padamu. Aku hanya... Suka? Iya, aku hanya suka kamu.

Kau tidak keberatan, kan?

Iya kan?

"Argh, fungsi logisku semakin berkurang," rutuk Otak.

"Rasain! Sekarang cinta akan mengambil alih. Bersiaplah menjadi dungu. Huahaha!" Hati terbahak.

"Aku semakin abnormal. Asjgkdh," pasrah Jantung.








Maaf jika bikin bingung.

ADISKIDEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang