Pencet bintangnya dulu yaa. Gaakan nge blank kok hpnya❤
Lima bulan sudah Nara berada di tanah kelahirannya ini. Sudah berjalan empat bulan pula Nara bekerja di Rumah Sakit milik pakdenya yang sekarang diurus oleh Jeno. Nara sendiri tentunya menjadi partner kerja Jeno di sana.
"Capek banget gila, Jen. Mending sip malem deh kalo gini ceritanya," keluh Nara sambil merebahkan dirinya di sofa ruangan milik Jeno.
"Iya, sip malem. Nanti lo ditemenin mba kunti," jawab Jeno santai.
Nara pun dengan sigap melemparinya dengan bantal sofa, "Ngomong sama sikil gua sini lu," ucapnya.
"Jen, lo jadi dokter kasian Herin, ya," ucap Nara lagi.
Jeno hanya mengangkat sebelah alisnya sebagai jawaban dari pertanyaan Nara.
"Lo kerja terus. Apalagi bentar lagi lo bakal resmi jadi pemegang RS ini. Wah, nambah deh tuh Herinnya kesepian,"
"Keep calm, otw wedding" jawab Jeno.
"Iyadeh percaya, tapi nanti yang jadi prasmanan gue ya? Biar gue bisa makan bayak hehe," khayal Nara.
"Gendut aja lo, ditinggal Renjun mewek. Udah lah, gue mau pulang nih. Nyai bisa-bisa marah kaga gue jemput. Nebeng gak lo?" Tawar Jeno yang kini sudah menenteng kunci mobilnya.
Nara menggeleng sekilas, ia menatap layar ponselnya yang kini telah menyala, "Renjun mau jemput katanya," ucapnya pelan dan mungkin, hmm sedikit agak ragu.
"Yakin gamau nebeng? Masalahnya udah malem, ra, " tawar Jeno sekali lagi.
Jeno ingat jelas. Saat jam istirahat tadi, ia mendapat notif, kiriman instastory Renjun. Di sana terlihat Renjun berada di tempat rekreasi bersama seorang perempuan yang ia tidak kenal. Sayangnya, saat itu Nara sedang sibuk menyelesaikan laporannya jadi, tak ada waktu sekadar buka hp. Awalnya Jeno ingin memberi tau, tapi ia sadar Nara dan Renjun bukanlah anak SMA lagi. Mereka sama-sama sudah dewasa. Biar mereka yang menyelesaikan masalahanya sendiri.
"Kalo gitu gue duluan. Hubungin gue kalo lo gajadi dijemput. Barangkali Renjun mendadak sibuk kan," ucap Jeno.
"Iya, nanti gue kabarin kok," jawab Nara.
Jeno pun mengusap pelan kepala Nara sebelum ia benar-benar keluar menuju parkiran mobik khusus karyawan.
Sembari menunggu Renjun, Nara pun membuka galeri ponselnya. Ia membuka album yang berjudul 'high school❣' Ia kembali mengenang masa SMA nya. Dimana masa ia pertama kali MOPDB dan berselfie ria dengan Jeno dan lelaki yang saat itu tak ia kenali, Renjun. Yang tak di sangka, Renjun kini telah bersama nya hampir 6 tahun.
"Huft, jam 9. Tumben Renjun lama?" Gumam Nara saat ia melihat jam yang melingkar dilengannya.
"Telfon Jeno? Ah, kasian paling lagi nganter Herin. Gak gue nantinya,"
Setelah menimbang-nimbang, Nara akhirnya memilih untuk menelfon Renjun. Barangkali ada sesuatu yang terjadi di jalan.
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Silahkan hubungi be-- tut.
"Positif, ra. Mungkin Renjun cape atau dia masih ada kerjaan numpuk jadi dia ga bisa di ganggu," gumam Nara sembari terus membuang pikiran negatifnya.
"Andai gue punya kuota, pesen ojol gue. Huft, terpaksa taksi. Duit lagi gue ngeluarin,"
Nara pun segera bergegas turun menuju lobby, meminta satpam untuk mencarikan taksi untuknya.
Hanya berselang beberapa menit, taksi pun tiba di hadapan Nara. Setelah mengucap terimakasih pada satpam, Nara langsung bergegas masuk ke dalam taksi.
"Pak, ke alamat ini, ya," Nara menyodorkan ponselnya.
"Baik, mba."
"Inget banget gue, sering ke sini bareng Renjun kalo mabal. Yaampun masa SMA gue badung banget, ya?" Gumam Nara tak percaya saat taksi melewati taman favorit mereka berduaan.
"Eh, kok kaya mobilnya Renjun?"
Nara mengeryit bingung saat melihat mobik Renjun terparkir rapi di jejeran parkiran taman. Ia tak mungkin salah. Nara hafal betul mobil Renjun seperti apa. Bahkan plat mobilnya pun ia hafal.
"Kalo itu bener, eh, gue gak mungkin salah. Tapi, ngapain Renjun di sini malem-malem? Sendirian atau--"
"Makasih, pak,"
Nara membuka pintu gerbang rumahnya setelah ia turun dari taksi. Sebelum menutupnya kembali, ia menatap rumah di hadapannya. Gelap, sepi. Ya, karena Nara tau semua orang di sana sedang menghadiri acara di China. Hanya ada Renjun yang menetap. Nara tadinya berharap Renjun ada di rumah. Kelelahan akibat pekerjaannya yang menumpuk. Tapi nyatanya, garasi mobil rumahnya masih terbuka. Tanda bahwa Renjun belum pulang.
Nara tak bergeming dari tempatnya. Ia tetap berdiri dengan tatapan sendu yang terpancar dari matanya. Tatapan kecewa yang jujur telah ia simpan sejak lama.
Tak lama, sebuah mobil berhenti di depannya. Renjun keluar dari mobil itu. Ia membuka pagar rumahnya. Rupanya ia belum menyadari kehadiran Nara disini.
Saat Renjun ingin kembali masuk kedalam mobilnya, Renjun tersentak kaget saat melihat ada Nara berdiri di depan pagar rumahnya sendiri dengan tatapannya yang tak bisa di artikan.
Seperkian detik setelah mereka bertatapan, Renjun dengan cepat segera menghampiri Nara. Namun terlambat, Nara lebih memilih masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Renjun yang kehabisan kata-kata untuk memperjelas semuanya.
Akhirnya up lagi..
Vote nya jan lupaa yaaww. Tunggu chap berikutnya lagi, oke???Salam hangat dari Nisa, istri Renjun Mwahh💋💋
KAMU SEDANG MEMBACA
One Reason [HRJ] {Hiatus}
FanfictionWARN! SQUELL OF SEMRAWUD LIFEU Notes:diharap membaca Semrawud Lifeu terlebih dahulu. °Satu alasan kenapa aku tetap bertahan. Terlalu sulit lepasin kamu karena bodohnya aku terlalu sayang kepadamu.° CRINGEE!!! ©renjunisa Start; 18 Desember 2018, 23:4...