-Lima-

394 51 17
                                    

"Pah, nanti tolong telfonin ke Jeno ya, kasih tau aku izin hari ini. Badan aku sakit semua, gaenak gitu. Flu kali ya," pinta Nara saat mereka berada di ruang makan.

"Lagian lo tuh balik jam 11. Ngapain aja sih? Untung aja gue belum tidur, kalo balik kerja langsung tidur, alamat lo bermalam di garasi tuh," ceplos Taeyong.

"Iyanih si adek. Ngelembur apa gimana?" Tanya ayahnya.

"Itu pah, Renjun ada kendala di jalan. Makanya jemputnya agak telat," ucap Nara bohong.

"Lah, perasaan gue liat instastory nya Renjun, lo lagi berdua di taman rekreasi dah," timpal Taeyong bingung.

"Gue kerja, bang. Sama sekali ga main keluar. Nyelesaiin laporan. Ngaco lo kalo ngomong," jawab Nara santai.

"Udah, udah. Gausah ribut. Buruan nih, di makan abis itu papa sama abang berangkat dan kamu istirahat biar besok sehat lagi," lerai sang mama.

"Aku udah selesai. Ke kamar duluan ya," pamit Nara dan ia langsung naik menuju kamarnya di lantai dua rumah.

"Mobilnya masih ada. Belom berangkat apa gimana?" Gumam Nara sembari melihat ke bawah dibalik gorden kamarnya.

"Bodo deh"

Nara pun menuju tempat tidurnya, lalu mulai menyelimuti dirinya untuk segera mengistirahatkan tubuhnya.

Namun baru sedetik ia memejamkan mata, ia teringat ucapan Taeyong tadi. Langsung diraihnya ponsel di nakas.

"Untung wi-fi gue ga jadi di cabut."

Di bukanya Instagram dan ia langsung meng-search nama Renjun di kolom pencarian.

"Gak ada story apa-apa. Mungkin udah dihapus kali ya?" Gumamnya bingung.

"Sakit tuh istirahat, jangan main hp terus,"

Seketika Nara langsung memunggungi orang yang baru saja masuk ke dalam kamarnya.

"Masuk seenak jidat tanpa izin. Pergi sana! Gue mau istirahat," usir Nara.

"Makanya balik kerja jangan kemaleman," ucap Renjun sambil mendekati Nara. Ia duduk di tepi kasurnya.

Cowo gatau diri ya?!

"Gausah ngingetin kalo lo yang nyebabin gue balik malem. Jadi salah siapa?" Sindir Nara.

"Please, jangan lo-gue," pinta Renjun.

"Seneng kan lo semalem gue biarin main lagi? Ngapain aja?" Tanya Nara seolah dia mengabaikan ucapan Renjun tadi.

Ya, Renjun selingkuh lagi.

"Aku bisa jelasin," tegas Renjun.

"Kesepian, titik jenuh, khilaf. Apalagi alasan kamu setelah ini? Bosan? Gampang. Kita udahan dan kamu bebas sama cewe manapun sedangkan aku terbebas dari cowo yang sering nyakitin aku. Simple kan?" Jawab Nara.

"Please, aku gamau kita udahan," tegas Renjun lagi.

"Keluar ya? Aku mau tidur deh beneran," Nara menutupi dirinya dengan selimut lagi.

"Kemarin aku gabisa jemput kamu karena Tante Seulgi minta temenin ke taman rekreasi. Anaknya tante Seulgi sih yang minta. Yaudah aku iyain aja. Kan bikin keponakan seneng gada salahnya,"

"Masalah instastory itu emang udah aku hapus. Itu yang ngirim bukan aku. Tapi Hana, anaknya," lanjut Renjun.

Nara terus menyimak walaupun matanya tetap terpejam. Namun, yang bersamanya tadi malam di taman siapa?

"Semalem kamu pulang dari RS, pasti lewat tempat favorite kita. Kalo di situ, aku jujur ketemuan sama Nancy," suara Renjun mulai lirih.

Mantan Haechan?

"Tapi gada maksud lain selain ketemu sebagai temen lama sumpah," lanjutnya.

Renjun mulai mendekat lagi. Ia menyibak selimut yang menutupi wajah Nara. Terlihat Nara masih memejamkan mata.

"Aku tau kamu ga tidur, Nara," ucap Renjun.

"Jun, serius. Aku mau tidur banget dari tadi. Kalo kamu terus ngoceh, gimana aku bisa lelap?" Nara mulai membuka suaranya.

"Oke, aku diam. Tapi aku bakal diam kalo kamu mau maafin aku," Renjun menyodorkan tangannya.

Dengan malas Nara menyambut tangan itu, "Iya, dimaafin. Udah sana pulang, berangkat kerja," ucapnya.

"Aku izin. Galiat nih masih pake baju santai?"

"Yaudah diem. Mau tidur"

"Nice dream, sayang. Sore nanti kita jalan, oke?" Ajak Renjun.

"Singkirin ih tangan lo! Kurang ngajar ish!" Bentak Nara sembari menghempas tangan Renjun dari pipinya.

"Oke oke. Aku di sofa. Nge game," Renjun beranjak menuju sofa dan mulai menyalakan play station- nya.

"Kecilin volumenya, njun!" Tegur Nara.

Bukannya mengecilkan, dengan sengaja Renjun mengeraskan volumenya sampai Nara terduduk dan menatap horror ke arah Renjun.

Bugghh.

Satu bantal guling mendarat tepat mengenai wajah Renjun. Stick play station terpental.

"Hehe, iya by, maaf."

Nara tak menanggapi. Ia kembali berbaring dan menutup kedua telinganya menggunakan bantal.

"Andai aku bisa halalin kamu sekarang, ra. Tapi rasanya itu susah banget. Ada sesuatu yang selalu menghalangi kita," gumam Renjun yang tentunya masih bisa didengar oleh Nara.

 Ada sesuatu yang selalu menghalangi kita," gumam Renjun yang tentunya masih bisa didengar oleh Nara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
















WELCOME BACK KAWANDDD

Akhirnya aku up lagi ya wkwk.
Sebenernya mau up kemarin eh tapi gaada waktu gitu, biasalah namanya juga orang shibuck:v

Btw, di vote yaa jan lupa di comment juga💚
Oke oke see you in next chap gaesss





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

One Reason [HRJ] {Hiatus}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang