PROMISE

KEEMPAT BELAS

Melihat zahra terbaring lemas diranjang rumah sakit, tangan dan kaki yang sama sama diiket pake tali tambang yang cukup tebel.

Indri meringis melihat sahabat nya ini. Papa zahra yang biasa disebut om Andi tetep nge jemput indri di sekolah kirain indri om Andi gajadi jemput karna zahra lagi dirumah sakit tapi om Andi malah tetep jemput indri.

Indri melihat infus yang ada di punggung tangannya zahra, lalu mengelus nya dengan pelan. "Om..zahra sakit apa? Apa segitu parah nya sampe zahra harus diiket tangannya kayak gini?"

Om Andi menghela napas nya belum sempat menjawab pertanyaan dari indri. Suster masuk sambil membawa beberapa infusan yang baru dan obat. Indri mengernyitkan kening nya.

"Pak, kata dokter disuruh untuk keruangannya ada yang ingin dokter sampaikan." Tegas sang suster sambil mencopot selang infus dan mengggantikan dengan yang baru. Om Andi mengangguk lalu menarik pergelangan tangan indri.

"Ikut om. Biar kamu tau sebenernya apa yang terjadi." Perintah om Andi
-
"Saya melihat kondisi anak bapak. Akhir-akhir ini anak bapak terlalu sensitif saya takut itu bisa melukai dirinya sendiri, orang yang bersangkutan, serta orang yang berada didekatnya yang tidak tau apa apa tentang ini." Tutur sang dokter.

"Alter ego nya akan keluar di waktu yang tidak terduga karna sifat anak bapak yang terlalu sensitif atau trauma sang anak yang sangat mendalam bagi nya. jadi saya sarankan untuk bapak untuk mengontrol emosi anak bapak sendiri dengan baik." Lanjut sang dokter

Om Andi pun mengangguk "baik dokk, saya usahakan.." dokter pun merapihkan dokumen yang ada diatas meja nya lalu ditaro ke sudut kanan meja sang dokter.

"Anak bapak saya sarankan untuk kesini terapi jiwa anak bapak seminggu 4 kali." Sang dokter psikolog memerintah kan om Andi dengan tegas

"Baik dokk, saya akan melakukannya. Terimakasih atas sarannya." Om Andi bangun dari tempat duduk nya menjabat tangan sang dokter lalu pergi keluar ruangan yang diikuti oleh indri.
-
Di taman rumah sakit cukup sejuk. Rumput hijau bergoyang karna angin.

"Saya akan jelaskan semuanya.." ujar om Andi sambil memegang segelas kopi ditangannya. Indri mulai tertarik dengan suasana, setelah om Andi bilang kayak gitu, lalu mengangguk mantap.

Om Andi menghelas napas nya..
"Zahra mengidap penyakit kepribadian ganda. Kata dokter zahra mengidap penyakit itu udah lama, cuman saya baru tau seminggu yang lalu. Saya menjadi ayah nya sangat gagal untuk mengerti perasaan anak saya sendiri satu satu nya.." jelas om Andi

Indri mengerutkan kening nya "zahra trauma apa om sampe punya penyakit kepribadian ganda?!"

"Dokter masih menggali lebih dalam tentang trauma nya zahra...saya menjadi ayah nya gak tau zahra punya trauma apa..." jawab om Andi. Penjelasan dari om Andi cukup membuat bingung dirinya. "Kata dokter emosional zahra akan terjadi di waktu yang tidak terduga, dia juga akan melakukan apapun senekat mungkin untuk mendapatkan apa yang dia mau, kamu juga harus menjaga diri saat bersama zahra. Jadi saya minta tolong sama kamu untuk mengontrol emosi nya zahra di sekolah, karna gak mungkin kalo saya menjaga zahra selama 24 jam penuh, takut dia juga gak nyaman." Lanjutnya.

"Kenapa om minta tolong sama saya? Bahkan saya dengan zahra belum terlalu dekat? Lalu..mama nya zahra kemana om? Apa sampe sesulit itu menyembuhkan zahra dari penyakit nya?" Pertanyaan indri yang menghujani om Andi sedikit kurang sopan. Tapi mau gimana lagi daripada nge gantung semua dipikirannya, lebih baik indri mengeluarkannya.

Om Andi sedikit mengerutkan kening nya setelah itu menghela napas.
"Kamu akan tau kenapa saya meminta tolong sama kamu. Saya tau kamu dengan zahra masih ada rasa canggung, cuman ada seseorang yang cukup terikat dengannya..." om Andi memberhentikan omongannya, menghela napas nya, lagi.
"Mama nya zahra atau bisa disebut dengan ana. Menghilang seminggu yang lalu..dimana saya tau kalo anak saya yaitu zahra mengidap penyakit..tapi ana menghilang. Sampe sekarang saya pun gak tau dia ada dimana..." ucap om Andi lirih