Kalo kalian pernah gak sih punya pacar yang populer?
Anw, enjoy and happy reading💙
Sorry for the typos.***
Rose berjalan dengan kaku di samping Franklin yang sedang menggenggam erat tangannya. Kepala gadis itu menunduk dalam sambil sesekali melirik gelisah ke sekitarnya.
Mereka berdua berhenti di depan sebuah kelas sambil diperhatikan oleh anak-anak yang lewat di sana.
"Selamat belajar, sayang." Franklin mengusap rambut Rose dan mengecupnya hingga gadis itu melebarkan matanya dengan sangat terkejut. Ia bahkan sudah tidak tau lagi bentuk mukanya seperti apa.
Setelahnya Franklin melepas genggaman tangan mereka, meninggalkan Rose sendiri dalam keterkejutannya. Belum lagi beberapa anak perempuan yang memandangnya dengan iri dan dengki.
Semua ini karena permintaan teman masa kecilnya, Franklin. Laki-laki itu meminta dirinya untuk berpura-pura pacarnya karena lelah dikejar-kejar para perempuan di sekolah.
Rose sudah menolak, tentu saja. Tapi bukan Franklin namanya jika ia tidak bisa mendapatkan yang diinginkannya.
Dengan kepala tertunduk, Rose memasuki kelasnya dan duduk di bangku paling depan.
Ia merupakan anak yang pemalu sedari kecil, itu sebabnya Rose susah memiliki teman baru. Berbanding terbalik dengan Franklin yang jago bersosialisasi dan populer.
Gadis itu mendesah kemudian meraih tasnya dan memekik saat melihat kondisi serta isi tasnya.
Tas berwarna putih miliknya sudah dalam keadaan basah. Di dalamnya juga terdapat kecoak dan sampah bungkus makanan yang kotor.
Ia bahkan dapat mendengar cekikikan dari beberapa perempuan dari arah belakang. Sayangnya Rose tidak mampu dan tidak berani menolehkan kepalanya.
Gadis itu memejamkan matanya sejenak, berusaha menetralisir rasa takutnya. Baru sehari ia berpura-pura menjadi pacar Franklin saja sudah seperti ini, apalagi jika sebulan?
Ia memutuskan untuk berdiri dan pergi ke koperasi. Sepertinya waktu istirahat masih cukup untuk membeli beberapa buku tulis dan bolpoin baru.
***
Franklin menolehkan kepalanya ke dalam kelas Rose tapi tidak menemukan tanda-tanda teman kecil pemalunya sama sekali.
"Rose mana?" tanyanya pada salah seorang murid perempuan yang kebetulan baru saja keluar kelas.
Perempuan itu merona sambil menyampirkan rambutnya ke belakang telinga dengan malu-malu. "Tadi aku lihat dia lari-lari sambil bawa tasnya ke arah belakang. Mungkin mau buang tasnya."
"Buang?" Franklin mengerngit tidak mengerti sambil memandangi perempuan itu untuk meminta penjelasan lebih.
"A-aku juga gak tau. Coba aja kamu lihat sendiri." Setelahnya, perempuan itu langsung pergi dengan tergesa.
Franklin menyugar rambutnya sambil mendesah kemudian segera pergi menuju belakang sekolah.
Ia mengernyitkan dahinya saat melihat Rose sedang menggigit bibirnya sambil berusaha mengeluarkan isi tasnya. Franklin tidak bisa melihat wajah gadis itu dengan jelas tapi ia bisa menangkap raut ketakutan di sana.
"Rose?"
Tubuh gadis itu menegang. Rose segera memunggungi Franklin kemudian menyeka air matanya dengan cepat. "A-ada apa?"
Pemuda itu mendengus lalu berjalan mendekat. "Seharusnya aku yang tanya begitu."
Franklin membalikan tubuh gadis itu dan terkejut ketika mendapati wajah Rose sudah nasah karena keringat bercampur air mata. Mata serta hidungnya merah. Jangan lupakan juga tas putih kesayangan gadis itu sudah kotor.