bagian 1

307 13 0
                                    

"Mimpi adalah bagian dari hidup.."

•••

Penerimaan siswa/i baru, dan ritual baru yaitu MPLS.

Ya benar..
Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah. Awal perjalanan seseorang memulai sekolah barunya. Kejadian yang cukup mengesankan, enak untuk dikenang tapi tidak enak untuk diulang.

Bagi kakak tingkat, kegiatan sebagai ajang balas dendam kepada adik-adik barunya itu.

Bangun pagi, menyiapkan barang, datang lebih awal ke sekolah. Itulah rutinitas sebagian murid yang akan menjalani MPLS. Tetapi tidak dengan Lena, ia masih sempatnya saja bermalas-malasan.

Banyak pelajaran untuk Lena di sekolah barunya ini. Dan disinilah kisah Lena dimulai...

Kring.. kring.. kring
Alarm sudah bunyi berkali-kali, tetapi Lena masih saja terlelap dalam tidurnya. Padahal hari ini adalah hari pertama MPLS di sekolahnya.

Sebenarnya Lena hampir menyerah dengan takdir hidupnya saat ini, sempat terpikir olehnya untuk mengakhir hidup dengan cara apapun. Tapi sesekali terpikir perjuangan ayahnya.

"Alena! Sampai kapan kamu tetap disitu? Ini sudah hampir jam setengah 7, mengapa kamu masih saja malas-malasan? Ayah sudah susah payah agar kamu bisa masuk sekolah yang kamu inginkan" Nasihat ayahnya.

Dengan malas, Lena terbangun dari tempat tidurnya. Ia melipat selimut dan bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Akhirnya kamu bangun juga, ayo makan dulu, ayah sudah masak untuk kamu". Saat melihat hidangan yang ada di meja makan, mood Lena memburuk, iya bosan. Setiap harinya tidak ada yang spesial, tempe, tahu, dan terkadang hanya makan dengan kerupuk. Ya begitulah Alena, tidak pernah mensyukuri kehidupannya.

"Tidak yah, Lena tidak lapar. Lena berangkat" Jawab Lena dan langsung meninggalkan Ayahnya. Ayahnya tau, anaknya itu pasti ingin makan seperti kebanyakan orang-orang kaya lainnya. Jujur dihati sang ayah, sakit melihat sikap anaknya yang semakin hari selalu memberi kesan seperti itu.

Lena pov

Ya beginilah aku, hidup dalam keadaan serba susah. Selalu berangan menjadi orang kaya, tapi ya.. itu sangat tidak mungkin.

Aku melihat kearah jam tanganku. "Oh tidak! Sudah pukul 06.58, haduh sudah telat nih" Gumam Lena sambil mempercepat langkahnya. Saat mendekati gerbang yang sudah tertutup rapat, aku mulai berlari sambil menggendong tas merahku ini, tas yang sudah hampir tidak layak untuk dipakai. Huh menyebalkan. Terlihat dua orang kakak tingkatnya yang sedang berjaga didekat gerbang. Mati kau Lena!.

"Aduh aduh, kamu ini ya. Baru aja hari pertama sekolah, udah berani datang telat, kenapa kamu berani datang telat hah?" Tanya salah satu kakak tingkat dengan nada yang cukup tinggi.

Ah itu mah cuma dibuat-buat sih, pikirku.

"Em.. em.. anu.. kak. Tadi saya harus bantu ayah dulu ka, Ayah saya sudah tua. Jadi tiap paginya saya harus membantu meringankan pekerjaannya kak" jawab Lena berbohong.

"Kamu nggak bohong kan? Apa ayah kamu tidak tau kalau hari ini kamu harus sekolah?" Kakak itu bertanya lagi, ah iya setelahku liat nama di seragamnya, ternyata namanya Reno.

"Nggak kak, untuk apa saya berbohong. Tau kak tapi saya yang meminta untuk membantunya, soalnya saya tidak tega melihat Ayah saya kesusahan ka." Aduh males deh kalau aku harus membantu ayah, batinku dalam hati.

"Kita apakan ini Fer? Dihukum? Jalan jongkok? Atau kasih SP nih?" Tanya Kak Retno dengan sadis.

"Hmm, sepertinya tidak usah deh no. Kasian, niat dia baik ko. Yasudah kamu langsung aja masuk kedalem untuk upacara. Jangan lupa pakai topinya, lain kali kalau ingin membantu orang tuamu lebih awal ya, biar kamu ga telat datang ke sekolahnya"

Dengan tergesa-gesa, aku langsung memasuki gerbang agar tidak terkena omelan kak Retno. Dan sialnya, aku masuk ke dalam barisan orang-orang telat. Dan aku juga tidak membawa topi, hehe.

Dingin, telingaku berdengung, bibirku bergetar, pandanganku mulai buram. Ah ada apa ini?

Tiba-tiba, pandangan Lena berubah menjadi gelap.

•••

a/n
aduh cerita apa ini, makin absurd deh ah :")
jangan lupa vote nya ya ka1 ka1 <3



Jangan Lupa Bersyukur!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang