bagian 2

235 14 1
                                    

"Allah test different people with different trials, because everyone has a different level of patience, tolerance, and faith"

Menyerah atau berjuang, pilihan kitalah yang menentukan nasib kita.. ^^

•••

Aku terbangun, kepalaku sedikit pusing. Saat kubuka mataku, ruangan ini putih, bersih dan bau obat-obatan. Ah ya! Ini pasti UKS. Loh ko aku bisa disini ya? Batin Lena dalam hatinya.

"Ah bangun juga ternyata, bagaimana keadaanmu? Kamu gak sarapan dulu ya tadi?" Tanya kakak tingkat temannya kak Retno, aduh aku lupa siapa namanya. Aku dengar sih ada Fer Fer nya gitu.

"Memangnya saya kenapa ka?" Tanyaku lemah lembut.

"Tadi kamu pingsan, dan kamu dibawa ke UKS. Kebetulan saya anak PMR, jadi saya harus menemani kamu sampai kamu sadar" Setelah aku liat nama di seragamnya, namanya Fernando ternyata. Ah kak Fernando baik sekali, tidak seperti kak Retno huh.

"Aduh, lagi lagi aku merepotkan terus ya. Maafkan saya dan terima kasih ya ka" Kataku dengan nada bersalah.

"Ah ngga apa-apa kali, santai aja. Ngobrolnya dilanjut nanti ya, sekarang kamu harus ikut agenda MPLS dulu. Gimana, kuat ngga?"

Sebenarnya, badanku saat ini cukup lemas untuk berdiri. Ah ini karena aku tidak sarapan tadi.

••
Author pov

Hari demi hari, MPLS sudah terlewati. Yap semua murid baru bersorak gembira, ini adalah upacara penutupan MPLS, yang artinya mereka telah resmi menjadi murid di sekolahnya. Tetapi tidak dengan Lena, ia hanya memberi ekspresi datar diwajahnya.

Saat dalam kegiatan MPLS, setiap harinya Lena harus melihat kebahagian teman-temannya yang tidak bisa didapatkan oleh Lena. Ia melihat perlengkapan sekolah temannya yang bagus, handphone dengan harga yang tinggi, setiap pulang sekolah juga ia melihat sebagian temannya yang diantar-jemput menggunakan mobil.

Dan itulah yang selalu membuat Lena minder. Jika dibandingkan dengan temannya, Lena hanya memakai semua perlengkapan sekolah yang sudah tidak layak dipakai. Jahitan di tasnya yang sudah mulai terbuka, sepatu yang mulai rusak karena sudah sering dipakai dan lainnya.

Tapi disatu sisi, dia dipertemukan dengan seseorang yang bisa membuatnya bersyukur. Dia adalah Fernando. Kakak tingkatnya, semakin hari hubungan mereka semakin dekat, dan dengan demikian pula Lena berani dan mempercayai kak Fernando apa yang dia alami selama hidupnya. Termasuk yang Lena berbohong pada saat hari pertama MPLS itu.

"Bapak ucapkan terima kasih pada kalian para murid karena telah mengikuti berbagai kegiatan MPLS di sekolah ini dengan baik ...." Itulah kurang lebih amanat yang diberi oleh Bapak Kepala Sekolah, dan diikuti sorak dan tepuk tangan oleh para murid.

••

"Lena, sini sayang kita makan dulu. Ayah nggak mau kamu sakit lagi" Ucap Ayahnya dengan penuh kasih sayang.

Dilihat hidangan yang ada di meja makannya. Hanya ada telur goreng dan tahu yang dipotong-potong kecil. Lena membawa makanan tersebut, ia membuang makanan yang baru saja dimasak oleh Ayahnya.

"Kenapa sih makanan yang ada itu-itu aja? Lena bosan Ayah! Lena ingin bisa makan seperti teman-teman Lena di sekolah. Ayah bisa gak sih turutin kemauan Lena?" Lena mengucapkan itu, dan mengaku bosan dengan lauk telur goreng yang biasanya menjadi andalan menu dirumahnya.

Sang Ayah tiba-tiba terpaku diam dan meneteskan air matanya begitu melihat Lena membuang makanan ke tempat sampah. Baru kali ini anaknya membuang rezeki milik keluarganya.

Saat itu, Lena langsung berangkat menuju ke sekolahnya. Perasaan kesal, marah, sedih bercampur aduk di hatinya. Menyesal.. Lena menyesal atas perbuatan tadi pagi yang sudah ia lakukan. Itu pasti akan membuat Ayahnya sangat sakit hati, tapi nafsu sudah mengalahkannya, yang akhirnya membuat Lena melakukan hal tersebut.

•••

a/n
Ampun, ini cerita tambah kusut sepertinya :"/
Jangan lupa vote ya ka1 ka1 <3

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jangan Lupa Bersyukur!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang