Lima

123 19 0
                                    

Kamu pergi mengenakan celana training berwarna navy dan kaus oblong berwarna putih dengan gambar awan biru di tengah-tengah. Awalnya Kamu ragu karena pergi keluar dengan pakaian semacam itu, tapi Maehara bilang tidak apa-apa.

Dia menggandeng tanganmu selama perjalanan dengan alasan agar Kamu tidak tersesat, padahal jalanan tidak terlalu ramai. Dasar modus, kamu membatin. Tapi toh Kamu juga tidak keberatan dan sama sekali tidak punya niatan untuk melepas genggaman tangan kalian.

Begitu kalian sampai di tempat yang sudah disepakati, Nakamura Rio langsung menghambur ke arahmu dan memarahi Maehara habis-habisan karena tidak memberimu pakaian yang layak.

Yang terjadi berikutnya adalah Rio yang mengubah rencana kalian seenaknya, menyeretmu ke salah satu mall di wilayah Kunugigaoka yang hanya berjarak beberapa blok dari tempat janjian kalian.

Maehara protes, tapi karena Karma sama sekali tidak merasa keberatan, akhirnya Maehara bungkam.

"Rio, kan Aku-"

Pemilik helai kuning tak menggubris protesmu, tangannya mencengkeram lengan kemudian menyeretmu memasuki deretan toko berbagai macam sandang.

"Hush, biar Mae tuh yang bayar,"

Rio menyerahkan sebuah dress berwarna salem dengan hiasan pita yang sangat sederhana, lalu memaksamu untuk mencobanya.

Akabane Karma tersenyum ke arahmu, sorot matanya tidak bisa Kamu artikan.

"Nah, Kalo gini kan Kamu jadi cantik."

Itu Karma, dan Kamu tidak pernah menyangka dia akan berucap seperti itu dengan sangat santai seolah mengatakan kalau hari ini cuacanya cerah.

"Bakamura, ternyata Kamu pinter juga milihin baju buat orang, Aku mau juga dong."

"Oiya dong, Rio gitu loh. Kamu mau kupilihin dress yang imut-imut juga, Bakabane?"

Rio menyeringai penuh kemenangan karena berhasil membuat pemuda berhelai merah mengembuskan napas kasar.

"Ya enggak gitu juga, Rio."

Sementara mereka berdebat, Kamu mengantre di kasir bersama Maehara. Dan ternyata harga pakaian yang dipilihkan Rio lumayan juga, Maehara baru mengeluarkan dompet ketika Karma menyodorkan sejumlah uang.

"Dompetku jauh lebih tebel dari punyamu."

Baru kali ini Maehara merasa ingin sekali menjitak kepala Karma, dengan sekuat tenaga sampai empunya mengerang kesakitan. Tapi kalau pun bisa, Maehara akan mendapat balasan dari Karma, bahkan mungkin balasannya jauh lebih kejam. Jadi akal sehatnya bekerja untuk menahan gerakan Maehara, membuatnya mendengus kasar.

"Jangan ngambek gitu dong, Mae,"

"Ini lagi, nggak usah ngebelain cabe-cabean ini dong, Ri. Kan Aku sahabatmu."

"Iya sih Kamu sahabatku yang paling ganteng dan baik hati, tapi sayangnya Karma jauh lebih ganteng dari Kamu, dan dia pacarku."

"Hah? Serius Ri?"

Rio cekikikan melihat Maehara yang kini menatapnya horor, duh, Maehara kadang mudah sekali dibodohi.

"Ya enggak lah, Mae."

"Bukan pacar, tapi calon,"

"Karmaa!"

Maaf, saya kelepasan :D

Chance to MeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang