1. Lembaran Baru

11 3 2
                                    

"Bang! Abaaangg! Bangun Baaaaaanggg!!!" teriak Dyra membangunkan Arya yang masih tertidur pulas dikamarnya.

"Aaah nanti dulu,"

"Liat ini udah jam berapaa!"

"Bawel," ucap Arya seraya meninggalkan kasur tempatnya tidur.

Dyra sudah terbangun sedari tadi,membantu Nek Nani menyiapkan sarapan pagi untuknya dan kakak laki-laki tercinta yang pemalas.

Beberapa lama kemudian,Arya keluar dari kamar,kini ia sudah berpakaian rapi dan siap untuk berangkat ke sekolah.

"Arya gak usah sarapan ya Nek,udah kenyang." ucap Arya sambil mengenakan dasi terburu-buru.

"Heh,Arya! Kamu lupa ya kalau kamu juga punya adik? Ini adikmu jangan ditinggal dong." ucap Nek Nani sambil menarik telinga Arya. Tubuh Nenek sangat berbanding jauh dengan tubuh Arya yang tinggi semampai. Nenek perlu menyamakan ketinggiannya untuk bisa menarik telinga cucu lelakinya.

"Aaduh..aduh sakit nekk,iya ampun ampun." Arya meringis kesakitan.

"Tau nih,udah tau aku belum siap. Lagian baru jam 6.10,sabar dulu kenapa sih!" kata Dyra sambil mengunyah makanan.

"Nih,Arya bawa bekel aja ya biar uang jajannya irit!" ucap Nenek sambil memberikan uang saku kepada Arya.

"Nek,abis sekolah aku kerumah Papa yaa,"

"Iya,minta abangmu antar ya,"

Setelah itu,kami berpamitan kepada Nenek dan mencium tangannya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 6.15. Itu berarti,15 menit lagi SMA Garuda akan membunyikan bel tanda masuk pelajaran pertama.

Dyra meminta Arya untuk lebih mempercepat tarikan gasnya. Tapi apa boleh buat? jalanan Jakarta memang selalu tidak mendukung kalau pagi-pagi begini. Jadi,mereka harus bersabar menunggu dan rela dihukum didepan tiang bendera sambil hormat selama satu jam pelajaran. (Tapi Arya lebih sering melarikan diri ketika dihukum).

Setelah 30 menit diperjalanan,akhirnya kami tiba di sekolah. Pintu gerbang sudah tertutup rapat. Pak Surya berdiri tegak didepan pos satpam.

"Jam berapa ini?" tanya Pak Surya sambil menunjuk jam yang ada di tangannya.

"Iya pak maaf,macet pak," jawab Arya mengelak. Tapi memang betul macet,kan?

"Telat mulu kerjaan kalian. Yasudah kalian masuk,tapi jangan kabur ya kamu Arya. Hormat dulu di lapangan sampai satu jam. Setelah itu lapor ke guru piket,baru boleh masuk kelas,"

"Ah gara-gara abang sih ini. Lama banget bangunnya,jadi telat kan!"

"Gue mulu perasaan deh,"

"Heh malah ribut! Sudah sudah cepat. Udah gak potong rambut lagi kamu,Arya. Besok potong ya!"

Kalau kalian mengira Pak Surya adalah satpam SMA Garuda,maka kalian salah besar. Pak Surya adalah Guru BK dan sangat dihindari oleh anak-anak seperti Arya yang sukanya melanggar peraturan dan membuat onar di sekolah. Tidak seperti Dyra,si murid berprestasi SMA Garuda dengan segala penghargaan yang telah ia berikan kepada sekolah. Dari mulai lomba akademik sampai akademik berhasil Dyra juarai dan membuat bangga nama sekolah dan nama keluarganya sendiri.

Sering sekali Dyra dijadikan perbandingan dengan Arya. Ya memang abang dan adik yang satu ini bisa dibilang mempunyai sifat yang sangat berbanding terbalik,tapi kalau Dyra menangis,sudah pasti Arya yang akan mencari dan menghabisi siapa yang menjadi alasan Dyra menangis.

Setelah satu jam berdiri menatap kosongnya tiang bendera,akhirnya Dyra dan Arya diperbolehkan masuk kelas. Dengan kelas yang berbeda tentunya.

Dyra XI-IPA 1, dan Arya XII-IPS 3. Sebetulnya Arya juga pintar kalau dikelas. Tapi karena tingkah laku dan perbuatannya yang aneh serta pemalas,itu membuat Arya menjadi lelaki yang sering dicari keberadaannya oleh Pak Surya.

Untold StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang