4

4.1K 237 24
                                    

Seenggok tubuh dihempas pada bidang berdebu. Menebarkan partikel halus yang membuat batuk.

Kacamatanya jadi buram. Ia melepas dan menggosoknya dengan lengan kemeja. Masih dalam posisi sehabis dihempas, ia bertanya lewat cicitan dan tatapan waspada. "Apa mau kalian?"

Seorang berbadan jangkung maju menghampirinya. Berjongkok dan mencengkram rahang berkulit tan. "Sudah terpojok masih bisa menantang? Kau tahu apa kesalahanmu? Kau sudah mengusik kesenangan Neji."

"A-Apwa?" Naruto berkata susah payah kala rahangnya masih dicengkram menyakitkan. Orang itu mendengkus sinis kemudian menghempas kepalanya sampai menubruk kekayuan usang.

"Kau beruntung karena kami sedang tak ingin melakukan kekerasan. Bagaimana kalau bermain-main sebentar?"

"Aku harus masuk kelas."

"Eits, mengapa terburu-buru. Kami bahkan belum mulai." Salah satu dari ketiga pemuda pengganggu menahan bahu Naruto agar tetap terduduk. Dia menoleh ke belakang dan menyeringai. "Bagaimana teman-teman? Apakah peralatannya sudah disiapkan?"

Rekan berambut merah balas berseringai sambil menunjukkan tali. Naruto merasa firasatnya memburuk. Dia ditarik dan dibenturkan pada tiang gudang. Tangannya dicengkram, diposisikan di atas kepala lalu diikat kuat. Jika ia memberontak maka pukulan akan bersarang di perutnya. Berteriak juga sama, kedua rahangnya telah membiru lebam bekas tinjuan. Segumpal kain turut dimasukan ke dalam mulut. Naruto mengerung benci karenanya.

"Untuk ukuran pemuda kutu buku kau memiliki tubuh yang bagus." Entah itu pujian atau hinaan. Yang pasti kancing-kancing yang berbaris rapi di kemeja putih milik Naruto dilepas semuanya.

"Hmmpphh!"

Benda bercapit dan berkabel hitam dijepitkan ke kedua puting kecoklatan. Celana Naruto juga dipelorotkan sampai hanya terlihat boxer berwarna kuning.

"Seandainya satu sekolah melihat keadaanmu yang memalukan begini apa kau masih tetap ingin hidup?" Si rambut merah tertawa terbahak-bahak. Begitu juga dengan si rambut hitam dan coklat—dua rekannya yang lain.

Beberapa kali gambar Naruto dalam posisi memalukan diabadikan lewat kamera ponsel. Mereka tertawa. Naruto memberontak seakan ingin marah.

Tak hanya sampai di situ, alat penjepit yang ada di putingnya ternyata bisa bergetar saat tombolnya dinyalakan.

"Hnggmmpphh!" Naruto bergeletar tak nyaman. Pusat dirinya seketika menegang membentuk gembungan di celana boxernya.

"Hahaha dia menikmati ini," tawa si rambut coklat. Jarinya dengan usil menyentil puting Naruto yang tegang. Menyebabkan lelaki pirang mendesah dan memelotot tajam.

"Ada apa ini?" Suara datar mengalun di tengah kesenangan ketiga pengganggu.

Mereka spontan menoleh. Sedikit takut kalau-kalau itu adalah guru. Tapi, rupanya hanya Sasuke.

"Pembullyan termasuk ke dalam pelanggaran berat, apa kalian tidak takut?"

"Kau tidak akan melaporkan ini pada guru, kan? Kami hanya diperintahkan oleh Neji untuk memberi anak ini pelajaran."

Mata kelam Sasuke melirik Naruto yang tampak kewalahan. Berkeringat. Bergetar. Dan ada alat seks di kedua putingnya, dan—wow. Tak salah lihat selangkangannya menggembung lumayan besar.

Sasuke jadi penasaran dengan isi di balik celana boxer. Apakah segagah yang ia bayangkan?

"Pergilah."

"Hah?"

"Kubilang pergi," desisnya.

Mereka tak pernah bisa membantah Sasuke maupun Neji, karena kedua pemuda itu memiliki marga yang cukup berpengaruh di dalam Negeri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Im Your (ex) BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang