2

4.5K 308 30
                                    

"Tali sepatumu."

"Hah?"

Remaja itu mengerling ke bawah, memperhatikan sesuatu yang tidak disadarinya.

"Tali sepatumu terurai," ujarnya lagi di tengah-tengah koridor tangga dekat perpustakaan sekolah. Dilihatnya anak itu kesulitan membawa setumpuk buku. Salah-salah ia bisa tercegat tali sepatunya kemudian celaka.

"Oh," responnya, baru menyadari jika sepatu sebelah kiri tidak terikat sempurna. Ia menunduk-masih memegang buku-buku di kedua tangan lalu tanpa sengaja menjatuhkannya ke lantai.

Si remaja rambut hitam menaikan sebelah alis. Ia mendengar si pemilik tali sepatu mengumpat sambil menepikan buku-buku yang jatuh.

"Oh shit!"

Kali ini ia memutar bola matanya. Kenapa lelaki yang berada di hadapannya ini ceroboh sekali. Apa karena kacamata ber-frame kotak itu terlalu tebal dan mengganggu? Atau rambut-rambut halus berwarna kuning yang jatuh di dahinya menghalangi pandangan?

"Yosh! Sudah selesai."

Mereka akhirnya saling bertatapan. Naruto si kutu buku. Dan Sasuke si anak emas kesayangan guru, yang juga adalah murid paling populer di sekolah.

...

Senyumnya tak pernah pudar. Sejak masuk dan menemukan lelaki yang dicarinya sudah berada di tempat yang seharusnya, ia merasa kenangan indah semasa sekolah dulu telah kembali.

Jika dilihat dari sorot mata dan pahatan wajah, Sasuke seolah tidak mengalami perubahan yang begitu besar, hanya rambutnya yang sedikit memanjang sampai menyentuh sebelah mata dan mengenai tengkuk leher. Selebihnya semua masih sama, begitupun tatapan tajam yang sangat ia disukai.

"Siapa kau dan mau apa?" Suara Sasuke membuyarkan kenangan lama.

Ia berdeham sebelum memasang senyum formal. "Lama tak bertemu."

"Apa maksudmu?"

Di detik ini senyumnya perlahan luntur. Mata yang menyimbolkan warna langit di musim panas menatapnya penuh selidik. "Kau tidak ingat? Wow."

Mulut Sasuke menggeram dan ia meronta di kursinya. "Jangan bercanda! Aku tidak tahu siapa kau dan apa yang kau inginkan dariku. Jika dilihat dari jenis penampilanmu, aku yakin kau bukan orang sembarangan, jadi apa yang sebenarnya kau incar dariku sampai melakukan hal ini?" cecarnya, pergelangan mulai sakit akibat gesekan tali yang begitu kencang mengikatnya.

Sasuke menilik pria di depannya sekali lagi. Jas mahal. Sepatu mahal. Arloji yang juga mahal. Lalu rambut yang ditata rapi layaknya seorang pengusaha pada umumnya. Penampilan senecis ini tidak mungkin seorang sindikat penculik, jadi apa yang ia inginkan darinya?

"Aku terkejut kau lupa. Padahal seharusnya kau tidak melupakan apa yang sudah kau lakukan padaku dulu. Seharusnya kau terus mengingat wajah orang yang kau sakiti hatinya di hari kelulusan 8 tahun lalu."

"Apa?"

Dia membuang napas kasar. "Tak kusangka kau memang sebrengsek ini, Sasuke."

"Berhenti mengatakan omong kosong dan lepaskan aku."

Si pria menyeringai, pelan-pelan membungkukan tubuh demi menatap wajah tampan yang tampak jengkel juga kebingungan. "Kau pikir kau bisa lepas dariku begitu saja?"

"Lalu apa maumu?"

"Mauku?" Dia tertawa. Jenis suara serak yang agak berat. Diam-diam Sasuke merinding dibuatnya. "Kau bertanya apa mauku? Tentu saja mauku adalah kau, Uchiha Sasuke."

"Aku?" Kebingungan semakin jelas kentara di wajah porselen itu.

"Ya, kau. Mauku hanya kau. Jangan harap setelah ini aku akan membiarkanmu kabur lagi. Kau harus bertanggung jawab."

"Memangnya siapa kau? Gadis yang pernah kuhamili?" sarkasnya.

Si pria semakin tertawa dibuatnya. Ia mencengkram dagu Sasuke kemudian berbisik tepat di depan wajah itu. "Seingatku kau tidak pernah berkencan dengan para gadis, kau kan gay." Ada cemoohan di balik perkataan itu. "Jika kau memang sangat penasaran, kenapa kau tidak coba mengingat seseorang yang bernama Naruto."

"Naruto?" Sasuke yakin nama itu terdengar cukup familiar. Jantungnya saja berdegup seolah ingin meneriakan hal yang sama. "Naruto ..." Sekelebat bayangan bocah cupu berambut kuning menari-nari di kepala. Senyumnya. Mata birunya yang bersinar. Juga kekehan seraknya yang begitu hangat.

"Ya, Naruto."

"Di-Dia ..." Pandangan Sasuke mengabur sementara kesadarannya seperti tertarik ke dimensi lampau. Ia seakan meraba ingatannya demi terus menggali sosok yang terasa dekat sekaligus jauh itu.

"Teruslah mengingat, Sasuke."

Tanpa disuruh pun, Sasuke sedang berusaha merangkai kepingan puzzle yang tercerai berantakan dalam imaji. Menaruh satu keping ke tempat yang seharusnya, lalu mencari kepingan lain dan terus mencoba menyatukan. Hingga wajah yang semula mengabur kini terlihat jelas. Sejelas wajah pria di depannya.

Dan Sasuke akhirnya sadar bahwa keduanya sangat mirip.

"Aneh sekali ... Kenapa sekarang kau tambah kebingungan? Kau tidak berpikir kami mirip, kan? Karena kenyataannya kami ini adalah orang yang sama."

Dilihat dari bagaimana Sasuke membelalakan mata dan menegangkan bahunya, ia jelas sangat terkejut.

"A-Apa?"

"Kami orang yang sama, Dear." Naruto mengecup sepasang kelopak mata itu, berusaha merilekskannya, kemudian turun ke hidung.

"Kau-Naruto? Naruto yang-"

"Naruto yang kau sakiti? Yeah." Intonasi suara itu seketika berubah dingin. "Kau ingat? Atau hanya sebatas itu saja? Tak apa, kita akan mengingatnya pelan-pelan sampai kau menyadari seberapa besar kesalahanmu itu padaku."

Tak ada suara yang mampu Sasuke keluarkan. Bibirnya membuka dan menutup, bingung mau mengatakan apa, dan ia memang tak tahu harus mengatakan apa di saat-saat seperti ini.

Tapi kemudian Naruto mengecup mulut itu. Satu kali. Dua kali. Terakhir melumatnya. Menuntunnya pada sebuah rasa yang telah lama menghilang dari hidup mereka.

"Jangan khawatir, kita masih memiliki banyak waktu," ucapnya setelah mencicipi rasa bibir yang dulu selalu membuatnya candu. "Aku berjanji akan mengembalikan masa-masa itu dan kau tidak akan pernah bisa menolaknya lagi."

Sasuke terengah dan mendapati pria kuning itu meninggalkannya sendirian di ruangan ini. "Tunggu!" Ia menjerit, tak ingat kalau masih terikat dan mencoba berdiri. "Kubilang tung-aargh!" Kemudian terjatuh. Ia masih meronta-ronta dan menyadari jika benda yang membelit kedua tangan dan kakinya bukanlah tali tambang melainkan tali sepatu.

To be continue

Makasih untuk yang sudah baca dan menyukai fic ini.

Im Your (ex) BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang