PART 1 : One Person
(Zhang Yixing – One Person)
***
Bagi Lee Taeyong, akhir musim panas merupakan musim kesakitan dan musim yang paling menyedihkan. Menyakiti dirinya, menyakiti sukmanya, menyakiti seluruh organ dan syarafnya tanpa ampun. Meskipun tak ada bercak darah yang berhembus dari pori-pori kulitnya, kenyataannya Taeyong bisa merasakan kesakitan itu mengalir lewat darahnya, dan berhembus bersamaan dengan tiap besahan napasnya. Kendati begitu, Taeyong tetap melawan segala kesakitannya dan tetap menyeret kakinya hingga terhenti di sebuah nisan yang mulai mengusam tergerus waktu. Satu tahun, dua tahun, dan tibalah tahun-tahun berikutnya dimana seluruh hatinya masih tidak bisa menemukan obat untuk sembuh dari luka-luka sialannya.
"Ini belum memasuki musim dingin, jadi bunga kesukaanmu masih belum bisa berbunga," Taeyong pun meletakkan sebuah pot dengan dedaunan hijau saja yang nampak. Bunga snowdrop –bunga yang hanya akan tumbuh di musim dingin, bunga yang paling disukai oleh seseorang yang membawa telak hatinya hingga ke bawah batu nisan ini. Bunga yang menurutnya, adalah lambang dari kekuatan meskipun ia terlihat lemah.
"Awal musim gugur ini..." suara Taeyong tersendat. Ia pun mengeluarkan kekehan datar, menertawakan sikap pecundangnya ini, "Wah...ternyata aku masih saja menjadi pria cengeng," Taeyong pun berbalik dan menghapus tetes air matanya yang melabrak pertahanannya. Ia merasa seseorang yang tertulis namanya di batu nisan itu akan melihatnya seperti ini, dan meskipun tidak bisa menahan dirinya, ia juga tidak bisa terlalu menunjukkan bahwa dirinya masih selemah dirinya seperti beberapa tahun lalu, "Aku akan mengikuti saran ibuku, melakukan kencan buta dengan seseorang..." Taeyong pun menjatuhkan tubuhnya di atas permukaan tanah.
"Awal musim semi kemarin, ibuku menceritakan mengenai seseorang padaku. Sepertinya ibu sangat ingin agar aku melakukan kencan buta," Taeyong pun memutar kepalanya dan menatap nisan di samping kepalanya cukup lama, "Setidaknya dia tidak seburuk wanita lain. Ibuku bukan betemu dengan gadis yang selalu berlangganan ke salon maupun gadis yang sering belanja ke mall. Kali ini ibuku...bertemu dengannya di acara amal untuk menyelamatkan hewan, dan dia bilang, gadis itu juga menjadi wali untuk salah satu macan tutul langka. Dan yang lebih menarik, kali ini gadis itu adalah seorang penulis," Taeyong pun tertawa sumbang.
Dengan gerakan ragu, Taeyong pun mengulurkan telapak tangannya ke arah nisan tersebut, "Tapi kau pasti tahu, kau bukan seseorang yang bisa tergantikan. Meskipun seandainya kencan buta kali ini berhasil, aku tidak yakin apakah aku akan benar-benar menyukainya atau tidak. Tapi...kau mau mendukung dan memaafkanku, kan?"
***
Ilana Kim berjalan agak tergesa menuju Café Bear –kafe tempatnya untuk melakukan janji temu dan membahas mengenai donasi untuk para yatim piatu. Harusnya ia datang setengah jam lebih cepat, tapi acara launching buku hari ini terlambat hampir satu jam, dan ternyata keterlambatan itu berimbas pada seluruh penataan waktunya.
"Kenapa Nyonya Kim tidak menjawabnya?" Ilana kembali menyentuh ikon kontak Nyonya Kim Yeonji, wanita yang akan ia temui hari ini. Ia dan wanita itu sudah sering bertemu sebelumnya pada beberapa acara amal lainnya, dan seharusnya wanita itu tetap mengangkat teleponnya, dan tidak sampai berniat membatalkan janji mereka hanya karena ia datang terlambat setengah jam bukan?
Ilana pun sedikit berlari ketika tiba di depan kafe tujuannya. Setelah membuka pintu kafe, ia cukup kesulitan menemukan wanita yang dicarinya karena tempat itu sangat ramai. Ilana pun melangkahkan kakinya perlahan dengan bola mata yang mencoba menyisir satu persatu tempat duduk disana.
"Aneh sekali. Apa dia sudah pulang?" gumam Ilana sembari memutar tubuhnya dan kembali mengeluarkan ponselnya –hendak kembali menghubungi Nyonya Kim.
YOU ARE READING
Seasons of The Heart || Lee Taeyong
Romance"Jika kau sudah memilihku untuk kau sematkan cincin pengikat di hadapan Tuhan, setidaknya kau harus yakin bahwa kau benar-benar mencintaiku, Lee Taeyong!" "Aku mencintaimu, Ilana... Demi Tuhan aku mencintaimu." "Tapi kau belum bisa melupakannya, kan...