°°Part 1°° Princess.

3.1K 213 2
                                    

  Tawa menggema keempat gadis cantik itu memenuhi seluruh ruangan yang bisa dipastikan adalah sebuah kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Tawa menggema keempat gadis cantik itu memenuhi seluruh ruangan yang bisa dipastikan adalah sebuah kamar. Entah apa yang membuat keempatnya tertawa begitu lepas bahkan tak mempedulikan sama sekali bahwa mereka adalah seorang putri yang seharusnya bisa menjaga sikap dan image anggun mereka.

  "Kau konyol Lice, bahkan kau sudah mengetahui bahwa ayah akan marah tetapi kau tak pernah lelah untuk mengganggu istrinya yang menyebalkan itu" kata Jennie yang masih diselingi dengan sedikit tawa membuat semuanya kembali terbahak mengingat hal apa yang telah dilakukan oleh adik bungsunya.

  "Ayolah eon, kau tau bukan bagaimana menyebalkannya sikap wanita ular itu" Ucap Lalice santai

  Sedangkan ketiga kakaknya hanya bisa menganggukkan kepalanya setuju. Wanita yang disebut sebagai wanita ular oleh Lalice adalah ibu tiri mereka yang sering disebut sebagai wanita ular oleh keempat putri cantik itu.

  "Kau tak asik Lice! Kau tak mengajakku untuk ikut mengerjai wanita itu" Ujar Jisoo sambil mempoutkan bibirnya membuat wajahnya terlihat menggemaskan.

  Sedangkan Jennie dan Chaeyoung hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Jisoo dan Lalice. Keduanya memang sering kali mengerjai istri dari ayahnya itu dari pada Jennie ataupun Chaeyoung.

  Ketika keempatnya masih asik melanjutkan pembicaraan mereka, tiba-tiba di luar kamar tersebut terdengar kegaduhan yang benar-benar membuat keempatnya terganggu.

  "Ada apa diluar? Satu menit yang lalu masih terdengar biasa saja tanpa suara gaduh mengapa tiba-tiba terdengar ribut sekali?" Tanya Lalice pada ketiga kakaknya yang hanya menggelengkan kepalanya.

  "Chaeng? Kau coba mengintip sedikit keluar" Titah Jisoo yang di angguki oleh Chaeyoung.

  Chaeyoung langsung turun dari tempat tidur nya dan sedikit membuka pintu agar mendapat celah untuk mengintip, tetapi ia hanya bisa melihat beberapa tabib yang sibuk berjalan ke sana-kemari dengan langkah yang tergesa.

  Karena bosan hanya mengintip tanpa tau ada permasalahan apa ia pun keluar dan memberhentikan seorang tabib yang sedang berlari membawa sebuah cawan berwarna coklat.

  "Hai tunggu!" Panggil Chaeyoung yang membuat sang tabib menghentikan langkahnya.

"Salam putri" Ujarnya sopan sambil membungkuk kan sedikit tubuhnya "ada yang bisa saya bantu?" Tanyanya dengan sopan.

  "apa yang terjadi? Mengapa semua orang dalam istana sepertinya gaduh sekali?" Tanya Chaeyoung pelan.

  "Ratu Elin terluka putri, dan dia murka karena luka yang di sebabkan oleh Putri Lalice Menyebabkan beberapa memar pada tubuhnya, ia juga marah karena seorang tabib tak sengaja menyakitinya ketika sedang mengobatinya" Jawab sang tabib sambil menundukkan kepalanya tak berani menatap seorang putri cantik kerajaan Vience.

  "Oh seperti itu, baiklah kau boleh pergi, terimakasih untuk informasi nya" Ujar Chaeyoung dengan senyum manis yang terpatri di bibir tipisnya.

  "Sama-sama tuan putri, Saya permisi dulu" Jawab sang tabib yang juga reflek membalas senyum manis Chaeyoung.

  "Eh tunggu! Sebelum kau pergi tolong jangan katakan pada siapapun soal aku yang menanyakan tentang hal ini ya?" Mohon Chaeyoung dengan wajah imutnya.

  "Baik tuan putri, saya tidak akan mengatakan apapun pada orang-orang kerajaan, salam putri" Setelah membungkukkan badannya sang tabib pun langsung pergi tergesa-gesa dengan kedua tangannya yang membawa cawan berisi ramuan di dalamnya.

  Chaeyoung yang melihat sang tabib sudah pergi pun langsung melangkahkan kakinya memasuki kamar milik Jennie untuk memberi tahukan informasi tersebut kepada saudara-saudaranya. Ia rasa Jisoo dan Lalice akan sangat gembira mendengar kabar ini.

  Melihat pintu yang terbuka Jisoo, Jennie dan Lalice langsung reflek menatap Chaeyoung penasaran dengan informasi apa yang Chaeyoung dapatkan. Mereka langsung menyuruh Chaeyoung duduk membuat lingkaran di atas kasur Jennie.

  "Jadi informasi apa yang kau dapatkan?" Tanya Jisoo penasaran dengan wajah yang menatap Chaeyoung dengan lekat.

  "Wanita itu murka karena terluka dengan ulah Lalice dan juga ia murka karena seorang tabib tak sengaja menyakiti dirinya ketika sedang mengobati beberapa memar dan luka pada tubuhnya. Sekarang keadaan istana benar-benar kacau apa lagi Ayah sedang tidak berada di sini" Ujar Chaeyoung yang langsung membuat Jisoo dan Jennie mendelik tak percaya.

  Jisoo dan Jennie yang mendengar penjelasan Chaeyoung pun langsung membeku ditempat membuat mereka mendapatkan tatapan bertanya dari Chaeyoung dan Lisa.

  "Ini bahaya!" Kata Jisoo setelah berhasil mengembalikan seluruh kesadaran dari keterkejutan nya.

  "Ada apa eon?" Tanya Lalice penasaran, sejujurnya ia pun tidak sengaja membuat Ratu Elin terjerembab di dekat sungai karena itu juga salah Ratu Elin yang ingin menjambaknya tetapi justru ia tersandung kaki Lalice dan menyebabkan ia terjatuh dengan kepala terbentur batu besar di sana.

  "Kita akan di hukum meninggalkan Dertamage dan tinggal ke bumi sampai Ayah mau memaafkan kesalahan kita!" Jelas Jennie membuat Chaeyoung dan Lalice tersentak.

  Lalice menggerakkan giginya kesal, ia mencoba menahan amarahnya mati-matian saat ini. Bagaimana bisa ayahnya membuat peraturan seperti itu sedangkan ia sendiri pun tahu bahwa Lalice lah yang paling sering mengusili Ratu Elin karena menurut Lalice Ratu Elin adalah sosok musuh dalam selimut.

  "Oh hey ayolah! Aku yang membuat kesalahan mengapa kalian harus terseret? Ini tak adil seharusnya jika ia nantinya akan menghukum ku ia tak perlu melibatkan kalian" Lisa tak habis pikir dengan kelakuan sang Ayah membuatnya mendengus kesal.

  "Itu mudah Lice" Ucap Chaeyoung santai. "Jika kau pergi maka kami pun harus pergi, kau ingat bukan? Kita itu satu, jadi jika salah satu pergi maka yang lain pun harus pergi, lagi pula ini juga salah satu tanggung jawab kami untuk menjagamu dan sesuai kesepakatan terakhir kita waktu itu. Jika kami bertiga tak bisa membuatmu berhenti untuk berbuat masalah dengan Ratu Elin maka kami pun akan ikut terusir dari sini." Lanjut Chaeyoung terdengar santai.

  "Ya apa yang Chaeng katakan benar, kau tak perlu se marah itu Lice, kita tak pernah keberatan dengan hukuman yang ayah berikan. Walaupun di bumi pastinya lebih bahaya dari pada determage, tetapi tak apa bukan jika kita mencoba yang sedikit lebih berbahaya?" Ucapan Jennie yang terlewat santai mendapatkan anggukan dari Jisoo dan tatapan bersalah dari Lalice.

  "Jika satu pergi maka yang lain pun harus mengikuti karena itulah sejatinya Saudara" Ujar Jisoo membuat mereka memandang satu sama lain dengan senyum tulus.

  "Yeah! 'Cause we're family!" Ucap mereka bersamaan yang di akhiri oleh kekehan mereka sendiri. Sungguh rasanya sangat bahagia memiliki saudara yang selalu setia menemani kita dalam keadaan apapun. Dan mereka mensyukuri takdir indah ini karena sejujurnya hal paling mereka takuti selama ini adalah ketika mereka saling menyakiti satu sama lain dan berakhir dengan rasa benci.


Holaaa gaess, maapin sasa yang sempet narik cerita ini karena harus merevisi beberapa bagian supaya alurnya bisa nyambung sama endingnya nanti oke?

Ada beberapa yang Sasa tambahin di setiap part jadi mungkin bisa di baca dulu kalo gak mau yowes gak papa oke😁

LOCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang