°°Part 2°° Go.

2.2K 221 22
                                    

Suasana di ruang keluarga itu benar-benar mencengkram membuat siapapun yang melihat rasanya ingin melarikan diri dari sana. Bagaimana tidak mencengkram, Raja Arion benar-benar murka kepada keempat putrinya, terlebih lagi pada putri bungsunya yang justru terlihat paling santai dengan pakaian celana bahan hitam dan baju panjang hitam.

"Lalice Arion! Mengapa kau membuat ulah lagi? Dan pakaian apa yang kau gunakan? Kau seorang putri kerajaan Lalice!!!" Raja Arion berteriak tetapi tak juga ditanggap oleh putri bungsunya itu karena Lalice lebih asik memainkan jempol kakinya yang ia naikkan di atas kursi juga.

Raja Arion yang melihat putri bungsunya yang hanya menatap tak minat padanya dengan tangan yang kini ia lipat di dada dan masih dengan wajah santainya itu. Raja Arion mengurut keningnya penat, putri terakhirnya adalah sosok yang pemberontak dan tak pernah takut untuk menentangnya. Kaki kanan yang tadi ia naikkan sudah kembali ia turunkan dan kembali menatap sang Ayah dengan pandangan datar tetapi sarat akan Luka.

"Aku tidak bersalah! Aku hanya memberi pembelaan! Kucing saja akan mencakar jika di ganggu apa lagi aku yang kodratnya masih memiliki otak, pikiran dan perasaan?!" Ujar Lalice tak terima di salahkan begitu saja.

Raja Arion menghela nafasnya lelah "Jisoo? Jennie? Chaeng? Kau tahu apa hukuman yang kalian tanggung jika kalian tak bisa menjaga adik kalian?" Tanya Raja Arion dengan wajah serius    menatap Jisoo, Jennie dan Chaeyoung yang kini terlihat sangat pasrah. Ia terlalu pusing saat ini karena masalah istana dan peperangan yang akan di laksanakan dekat-dekat ini di tambah lagi dengan sosok putri Bengal nya itu.

"Bahkan tanpa kau bertanya pada mereka bertiga aku sudah tau hukuman apa yang kau berikan dan dengan senang hati aku menerimanya tetapi tak kau pikirkankah bagaimana bisa aku yang berbuat ulah tetapi mereka yang sama sekali tak bermasalah juga ikut terkena imbasnya? Harusnya kau paham tentang hal ini. Dan soal etika ku yang selalu kau anggap buruk, kau katakan kau tak pernah mengajari ku untuk seperti itukan? Ya kau tak pernah mengajari ku hal seperti itu karena nyatanya kau tak pernah mendidik ku kau terlalu sibuk dengan 'Ratu' mu dan yang harus kau ingat adalah yang mendidik diriku selama ini adalah diriku sendiri." Ujar Lisa santai lalu berdiri dan meninggalkan ruang keluarga itu "aku permisi" Pamitnya.

Jisoo, Jennie dan Chaeyoung yang melihat kelakuan Lalice hanya bisa mendesah pasrah melihat pemberontakan sang adik yang masih tak Terima dengan pernikahan sang Ayah dengan Ratu Elin. Dengan cepat Raja Arion menyuruh ketiga putrinya menyusul Lalice dan mengemasi barang yang akan mereka butuhkan nantinya.

"Pergilah susul adik kalian dan bersiaplah, aku akan membuka gerbang dimensi menuju bumi" Titahnya yang langsung di angguki ketiga putrinya yang masih duduk diam di sana.

"Kami permisi Ayah" Ujar ketiganya serempak yang mendapat anggukan dari sang raja.

Setelah melihat ruang keluarga yang benar-benar kosong ia pun mulai mengingat setiap sikap, perilaku dan ucapan yang Lalice keluarkan. Ia terluka ketika sang putri kesayangannya mengatakan hal itu tetapi ia tau, yang bersalah di sini juga ia sendiri karena semenjak kepergian Cintanya ia selalu menyibukkan dirinya dengan berbagai hal dan tanpa sadar ia mengabaikan putri-putrinya yang menjadi amanah terakhir cintanya.

"Kau benar-benar mirip dengan ibumu Lalice" Ujarnya Lirih sambil menatap ke depan lebih tepatnya ke arah lukisan besar yang terletak di tengah-tengah tembok dengan pandangan kosong.

"Kau tau sayang? Ia benar-benar tumbuh menjadi gadis seperti yang kau inginkan, maafkan aku jika selama ini aku salah dalam mendidik mereka dan terlalu mengabaikan mereka karena terlalu kalut semenjak kehilanganmu" Lanjutnya lalu menundukkan kepalanya dan berdiri meninggalkan ruang keluarga itu dengan segala luka yang menganga karena kekecewaan dirinya terhadap dirinya sendiri

LOCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang