°°Part 4°° Kau?!

1.8K 210 12
                                    

Tubuh Lalice masih terbaring lemas di atas ranjangnya, Jisoo, Jennie dan Chaeyoung tau bahwa Lalice tertidur sementara untuk mengistirahatkan tubuhnya. Tidur kali ini mungkin akan jadi tidur terpanjang untuk Lalice, karena di perkirakan ia membutuhkan waktu 1 bulan untuk menyembuhkan dirinya lagi dari luka-luka yang cukup parah itu dan ini adalah tidur terpanjang bagi si bungsu Arion.

Ini sudah sekitar 2 minggu sejak hari Lalice terakhir latihan dan Akhirnya tergeletak tak berdaya. Jisoo, Jennie dan Chaeyoung tetap melanjutkan sekolah mereka tanpa kehadiran sang adik bungsu.

"Lice? Cepat lah bangun, kami sudah menunggu kehadiran mu untuk melakukan aktivasi bersama-sama lagi, aku sepi jika tak ada gangguan ataupun perkataan konyol yang selalu kau ucapkan ketika bersama ku" Ucap Jisoo dengan Lirih.

"Rasanya seperti ada yang kurang saat salah satu dari kita, tak bersama-sama dan ternyata jawabannya adalah kita tak bisa kehilangan satu sama lain, karena ikatan batin yang terlalu kuat hingga rasanya bersikap biasa saja pun tak kuat. " Tangan Jennie masih menggenggam tangan dingin Lalice yang tergeletak di samping kiri ranjangnya. Jennie hampir saja menangis jika saja ia tak menahannya.

"Kau harus cepat bangun Lice, aku mempunyai banyak cerita ketika kita bersekolah dan kau tak ada. Apa kau tak iri melihat kami berjalan ke sana-kemari sedangkan kau? Kau terbaring lemah seperti ini, mana Lalice ku yang kuat, bahkan kau berjanji pada kami bahwa kau akan selalu baik-baik saja dan berdiri di samping kami" Suara Chaeyoung terdengar menyakitkan untuk Jisoo dan Jennie.

Chaeyoung dan Lalice mereka dua orang adik yang benar-benar seperti perangko yang akan menempel kemanapun Jisoo dan Jennie pergi. Chaeyoung adalah sosok yang merasakan begitu kehilangan ketika Lalice seperti ini.

"Sudah hampir pukul 6.30, ayo kita harus berangkat sebelum gerbang sekolah di tutup dan kita terlambat datang yang berakhir dengan mengepel gudanh"

Perkataan Jennie langsung membuat Jisoo dan Chaeyoung menghembuskan napasnya dan bangkit dari posisi duduknya. Sebelum berangkat sekolah sudah menjadi rutinitas mereka untuk mengajak Lalice berbicara, walau mereka tau tak akan ada jawaban apa-apa dari si bungsu itu. Bibir pucat itu tak mampu menjawab bahkan membuka mata pun rasanya akan memakan banyak tenaga untuk Lalice.

Setelah menutup pintu kamar Lalice dan Jisoo, ketiga putri itu langsung bersiap dengan ransel dan kunci kendaraan mereka. Mereka hanya menggunakan satu mobil milik Jennie untuk berangkat sekolah karena akan terlalu menyusahkan jika masing-masing membawa kendaraan sendiri.

Mobil tersebut melaju dengan kecepatan sedang dan Jennie lah yang menyetir mobil tersebut. Suasana di mobil tak ada pembicaraan sama sekali, hanya keheningan dan suara musik dari radio yang tetap tak bisa menghilangkan rasa sepi di mobil ini.

Ketika mobilnya ingin membelok Jennie langsung dengan cepat mengerem mobil tersebut karena tiba-tiba saja motor dari arah yang sama mendahuluinya membuat kedua kendaraan tersebut hampir bertabrakan.

Kejadian tadi membuat Jisoo yang berada disebelah Jennie, kepalanya terbentur dengan dashboard mobilnya, jangan lupakan Chaeyoung yang sudah terbentur dengan sandaran kepala kursi Jisoo.

"Sinting!" Umpat Jennie Keras.

Sedangkan orang yang menaiki motor tersebut sudah berhenti tepat di depan mobilnya, sang pengendara pun langsung membuka helm yang dikenakannya membuat Jisoo, Jennie dan Chaeyoung tercengang.

"LALICE??" pekik mereka bersamaan.

"Hai? Kenapa kalian meninggalkan ku? Aku jadi harus bersusah payah menyusul kalian menggunakan motor ini kan" Ucapnya Santai sambil berdiri di samping kaca mobil tempat Jisoo membuat yang lain masih terlihat syok.

Buru-buru ketiga gadis itu turun dari mobilnya, terlebih lagi Chaeyoung yang sudah berlari lalu memeluk tubuh Lalice membuat orang yang di peluknya tersentak kaget tak siap menyanggah tubuhnya dan beruntung lah mereka tak terjungkal kebelakang karena ulah Chaeyoung itu

"Kenapa kau baru bangun hah?! Sialan kau mengapa kau selalu membuat ku khawatir?" Omel Chaeyoung yang membuat Lalice sedikit terkekeh mendengar segala umpatan yang di tujukan padanya.

"Ayolah eon, tak ada yang mau lama-lama terbaring lemah di ranjang tanpa melakukan apapun, badan ku terasa pegal-pegal karena terlalu lama tertidur" Jawabnya santai

Pelukan Chaeyoung pun terlepas dan kini gantian Jisoo dan Jennie yang menubruk tubuh kecil milik adiknya itu. Jisoo dan Jennie benar-benar tak menyangka bahwa adiknya bisa tersadar lebih cepat dari perkiraan mereka.

"Bocah nakal! Mengapa kau suka sekali membuatku khawatir? Jika kau sampai terbaring seperti kemarin lagi, aku benar-benar akan membunuhmu!" Omelan Jisoo hanya di balas dengan kekehan kecil dari Lalice.

"Jangan membunuhku, nanti kalian semua rindu"

"Bocah gila! Aku benar-benar khawatir pada mu kemarin bodoh!" Ujar Chaeyoung sebal.

"Kau sendiri pun tau, aku tak pernah menyuruhmu untuk mengkhawatirkan ku, jangan terlalu cemas jika aku tertidur, percaya saja jika aku pasti akan bangun. Masih banyak urusan di sini yang belum aku selesaikan, jika aku pergi lebih cepat bisa aku pastikan aku mati dengan rasa penasaran dan menjadi hantu gentayangan"

"Kau terlalu banyak menonton film drama ketika sampai di bumi, hingga rasanya otakmu tertinggal di rumah atau bahkan menghilang entah kemana" Ucap Jisoo sambil menatap Lalice jengah.

Jennie menghentikan perdebatan tak bermutu pagi itu di tengah jalan. "Jika kalian ingin Lalice terlambat di hari pertamanya bersama kita yang juga akan berjemur di lapangan maka lanjutkan lah terus, bocah tengik"

Umpatan Jennie hanya bisa dibalas cengiran tak berdosa dari Lalice membuat Jennie ingin sekali memukul kepala adiknya yang satu itu. Sungguh kadang Jennie gemas dengan segala kelakuan Lalice yang selalu bisa membuatnya mengelus dadanya sabar menghadapi segala tingkah menyebalkan si bungsu Arion itu.

"Sudah ayo kita harus cepat ke sekolah sebelum kita terlambat"

Setelah mendengar perkataan Chaeyeong mereka pun menaiki kendaraan seperti tadi. Mata sayu ketiga gadis yang berada di dalam mobil itu berubah menjadi binar semangat tersendiri untuk mereka.

Ah, rasanya bahagia melihat adik bungsunya sudah bisa melakukan aktivasi seperti biasa. Tetapi apakah kalian menyadari sesuatu yang berbeda dari seorang Lalice? Ah sudah lah lupakan.

LOCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang