BAB 6 Karena Jarak Tak Serta Membawa Pergi Kenangan

10 4 0
                                    

BAB 6
Karena Jarak Tak Serta Membawa Pergi Kenangan

"Drrrrrt!" Getaran si Andro yang aku letakan di kolong meja mengejutkanku.
Aku mengambil si Andro, dan mendapati notivikasi pesan WhatsApp dari Chagia.

"Keluar sini dong, Ra! Dicariin Carel, nih. Ngapain bengong sendirian di kelas, entar kesambet lo."

Aku : "Nggak, ah! Enak disini."

Setelah membalas chating dari Chagia, aku kembali menyimpan Andro di kolong meja sambil melihat lagi ke lapangan yang masih ramai. Mataku tidak sengaja melihat Carel yang kebetulan juga sedang melihat ke arah kelasku.

Merasa salah tingkah karena Carel, tanganku bergerak kesana kemari dan tiba-tiba menyentuh kumpulan kertas di kolong mejaku.

Aku buru-buru mengambil kumpulan kertas berwarna biru yang ternyata pesawat-pesawwatan kertas yang merupakan surat rujuk dari Dirga saat aku marah kepadanya. Aku tidak ingat surat-surat ini belum aku bawa pulang. Syukurlah aku menemukannya hari ini, karena kalau tidak, maka aku kehilangan 3 keping kenangan kami. Entah dia sengaja atau tidak, tapi ukuran pesawat-pesawatan kertasnya tidak sama.

Aku membuka pesawat kertas yang ukurannya paling kecil, yang didalamnya ada tulisan tangan Dirga yang rapi. Tulisan itu berbunyi :

"Dear, my D. Udahan dong marahnya, Ra. Aku minta maaf. Sebagai permintaan maaf tulusku dari dalam hatiku yang selalu mencintaimu, maka aku mengirimkan pesawat ini untukmu, supaya pesawat ini bisa membawa kemarahanmu terbang dari dalam dirimu.  Tapi maafkanlah saat inni baru bisa mengirim pesawat kertas untukmu, bukan pesawat sungguhan. Tidak apa-apa, ya? Semoga kelak aku bisa mengirim pesawat sungguhan untukmu. Dan semoga kamu suka sama apa yang sudah aku siapkan special untukmu. I love you. Sincerely, your D."

Surat pesawat kertas ini dia berikan saat aku marah padanya karena dia bersikap sangat menyebalkan ketika aku sedang dalam masa PMS.

Pagi itu aku datang ke sekolah diantar papa, kebetulan hari itu papa berangkat lebih awal dari biasanya karena ada yang harus diselesaikan papa sebelum jam kantor dimulai. Jadi aku menghubungi Dirga yang rencananya akan menjemputku pagi itu untuk memberi tahu supaya dia tidak menjemputku.

Ketika aku sampai di sekolah, keadaan sekolah masih sepi. Di parkiran baru terlihat tidak lebih dari lima sepeda motor yang terparkir. Tidak heran, karena biasanya yang sudah ada di sekolah pada jam 06:30 begitu adalah anak-anak Paskibra. Tapi sewaktu aku melewati lapangan tempat aktivitas mereka biasanya berlangsung itu masih sepi juga.

Di koridor kelas, aku bertemu pak Zen yang sedang membuka kunci pintu-pintu kelas. Setelah pintu kelasku terbuka, aku langsung masuk kelas dan duduk di tempatku, kemudian aku mengeluarkan si Andro dan membuka akun facebook-ku untuk menyibukan diri selama aku sendiri.

Asik-asiknya melihat status-status orang di beranda Facebook-ku, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kelas, tapi ketika aku menoleh ke pintu untuk melihat siapa yang datang, aku malah tidak melihat siapa-siapa didepan pintu. Penasaran, aku berjalan ke depan pintu untuk melihat ada orang atau tidak di koridor. Tapi koridor kelasku masih sekosong tadi.

"Ah, pagi-pagi gini ada aja deh yang iseng!" Gerutuku, lalu Aku kembali ke kursiku, mengabaikan ketukan misterius tadi.

"Tok, tok, tok!"

"Siapa sih? Kurang kerjaan banget. Pagi-pagi udah usil. Mana sekolah masih sepi gini juga lagi." Kataku menoleh ke jendela di samping pojok belakang kelas.

Merasa tidak puas, aku lagi-lagi meninggalkan kursiku untuk menuju ke jendela tempat ketukan tadi berasal. Tapi lagi-lagi tidak ada satu orangpun yang terlihat. Di belakang kelasku ada taman belakang sekolah.

Ada Jarak Diantara KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang