Chapter 3: Phantom step

9 7 3
                                    

Setelah mendengar perkataan Zero, Hiruto merasa bahwa tiga Kekuatan Hizama tidak cukup untuk mengalahkan Armadeus. Sambil menundukan kepala, dengan perasaan risih, ia berkata.

"berempat? Jangan bilang orang keempat itu adalah Hizama. jangan bercanda!, aku tak sudi berjuang bersama orang yang ceroboh seperti dirinya."

"kenapa?"

"karena kelalaiannya membiarkan sihir berbahaya ini berkeliaran diluar sana sebelumnya, aku tak dapat membayangkan berapa banyak korban jiwa karena sihir berbahaya itu."

Zero telah menduga bahwa Hiruto pasti akan mengatakan hal itu, tanpa memperdulikan perasaan Hiruto, Zero meneruskan perkataannya.

"kau sudah menyadarinya ya. Aku juga berpikir demikian, mungkin saja saat ini di luar sana, ada beberapa kerabat kita yang telah menjadi korban dari percobaan Hizama. Akan tetapi, kurasa Hizama memiliki alasan tersendiri melakukan hal itu."

"Terserahlah, rasanya aku menyesal menanyakan hal ini kepadamu." ujar Hiruto sambil beranjak dari pohon tempat dia bersandar sebelumnya.

Mendengar perkataan itu membuat Zero memalingkan wajahnya ke hadapan Hiruto. Dengan sebuah senyum kecil, Zero menepuk pundak Hiruto lalu berkata.

"sudah kubilang kan?"

Hiruto menjauhkan tangan Zero dari bahu nya, lalu berjalan meninggalkan Zero.

"aku mau melaksanakan misi dulu, ku harap kau tidak akan menggangguku." kata Hiruto sambil melambaikan tangannya membelakangi Zero.

Tanpa memperdulikan Hiruto yang akan melaksanakan misi berbahaya, Zero membalik badannya membelakangi Hiruto, ia kemudian membalas perkataan Hiruto.

"aku juga akan pergi, ada sesuatu yang harus kulakukan."

Sebuah portal sihir muncul di hadapan mereka masing-masing, portal itu bukan lah secara kebetulan muncul disana tetapi merekalah yang memanggil portal sihir itu untuk berpergian ke tempat-tempat yang jauh, tanpa sepatah katapun, mereka meninggalkan tempat pertemuan mereka lalu pergi ke tempat yang ingin mereka tuju.

Hiruto akhirnya berteleportasi ke kota Deyja.

*Dimensi Arca (tahun 18XI) : Kota Deyja*

Portal teleportasi milik Hiruto kini membawanya ke kota Deyja, kota yang dulunya indah bagai taman kini berubah menjadi lingkungan kumuh yang dipenuhi dengan budak. Semua itu terjadi ketika kelompok Phantom step masuk ke kota ini lalu mengubah sistem perekonomian nya dari dalam.

Kelompok Phantom step adalah kelompok yang memiliki tujuan untuk menguasai seluruh dimensi yang ada, mereka memiliki berbagai macam cara untuk melumpuhkan suatu dimensi. Dimulai dari sebuah kota kecil, wilayah kecil hingga menjalar ke seluruh dimensi.

Tak ada yang tau siapa dalang dibalik organisasi besar ini. tetapi yang pasti sampai saat ini Hiruto dan Zero masih terus berupaya untuk mencari pemimpin dibalik organisasi ini.

Membantai kelompok Phantom step yang Ia temui adalah "misi sementara" yang Hiruto hadapi saat ini. berkat hal itu, kini Hiruto dijuluki Black reaper dikarenakan telah membunuh setiap anggota Phantom step yang tak terhitung jumlahnya.

Akibat ulah kelompok Phantom step, kini harga kebutuhan hidup di kota Deyja semakin mahal. Itulah yang membuat penduduk kota Deyja memutuskan untuk pindah ke kota lain atau mengabdikan diri menjadi budak agar dapat bertahan hidup di tanah kelahiran mereka.

Hiruto yang kini telah sampai di kota itu sama sekali tidak heran mengenai apa yang terjadi di kota Deyja, dikarenakan ia telah terbiasa melihat kota-kota diambang kehancuran akibat ulah kelompok Phantom step.

Tanpa memperdulikan keadaan disekelilingnya. Kini Hiruto hanya fokus untuk menemukan balai kota Deyja tempat dimana kelompok Phantom step berada.

Tampak dari kejauhan, sebuah bangunan besar yang berbeda dari bangunan lainnya berdiri kokoh tepat di hadapan Hiruto. Bangunan itu menarik perhatian Hiruto dikarenakan bangunan itu lebih bersih dan terawat daripada bangunan di sekitarnya. Tanpa pikir panjang, Hiruto langsung bergegas menuju bangunan itu

Akan tetapi karena terlalu tergesa-gesa, Hiruto kini menabrak seseorang di hadapannya tanpa sengaja.

*Gubrak!!

"Mmaafkan aku.." ujar Hiruto yang baru saja tersadar setelah menabrak seseorang.

Merasa bersalah atas apa yang telah ia lakukan, sontak membuat Hiruto membantu orang itu untuk berdiri.

"Tenanglah, aku tidak apa apa" kata pemuda yang bertabrakan dengan Hiruto, tampak dari warna mata dan rambutnya, pemuda ini sekilas mirip dengan Hiruto.

"kau terlihat terburu-buru, apakah aku bisa membantumu" tambah pemuda itu sambil tersenyum kepada Hiruto, tanpa perasaan canggung sedikitpun, pemuda ini benar-benar ramah kepada orang yang baru ia temui.

"sebelumnya maaf karena aku telah menabrakmu, aku baru saja sampai ke kota ini, jadinya aku panik karena melihat keadaan kota ini yang dipenuhi banyak budak. Tujuanku kesini hanya untuk membeli perlengkapan sihir khas dari kota ini untuk oleh-oleh, hanya itu" kata Hiruto yang sedang berbohong kepada pemuda itu seraya menunjukan sikap canggungnya.

Sesungguhnya, Hiruto merasa sedikit curiga kepada pemuda ini karena sifat ramahnya. Ditambah lagi, Hiruto adalah sosok orang yang memiliki tingkat kewaspadaan dan reflek yang tinggi karena kekuatan sihir Fate Breaker miliknya. Akan tetapi, bagaimana bisa pemuda itu bertabrakan dengan dirinya padahal sebelumnya Hiruto tidak merasakan ada energy sihir seseorang yang berdekatan dengan dirinya.

"perlengkapan sihir ya? Kebetulan sekali! aku juga ingin pergi ke sana. Kemarilah, ikuti aku" pemuda itu menunjukan arah dimana toko perlengkapan sihir yang Hiruto cari.

Tanpa perasaan ragu, demi menutupi misi aslinya. Hiruto mengikuti pemuda misterius itu ke toko perlengkapan sihir yang berada di ujung jalan kota Deyja bagian barat.

(. . . . .)

Tampak dari kejauhan, terlihat sebuah kios kecil yang menjual berbagai barang-barang sihir yang indah dan memanjakan mata. Akan tetapi, semua keindahan itu berkurang melihat sebagian besar pedagang disana adalah budak Yang memiliki rantai di tangan dan kaki mereka. Hal itu menimbulkan rasa prihatin kepada setiap orang yang melihatnya.

"pilihlah apa yang hendak kau beli" kata pemuda itu seraya memilah perlengkapan sihir yang ia cari.

"Terima kasih karena telah mengantarku ke mari" Hiruto tersenyum palsu kepada pemuda itu.

Karena canggung tidak mengetahui nama masing-masing, Hiruto memutuskan untuk memperkenalkan dirinya kepada pemuda itu.

"Namaku Hiruto, siapa namamu"

Mendengar perkataan Hiruto membuat tangan pemuda itu terhenti memilih alat-alat sihir. pemuda itu memalingkan wajahnya kehadapan Hiruto, dengan nada datar ia berkata.

"Namaku Hizama"

Black Reaper: Hidden mission [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang