"Apa yang membuat kamu begitu benci dengan semua ini?" Vanessa menatap mamanya dengan mata sembab.
"Aku benci dirimu, dan juga keputusanmu" Jawab Vanessa datar namun sangat menusuk.
....Inikah yang disebut dengan hari kematian? Hari dimana Vanessa kalah akan semua hal. Kurang lebih tiga jam lagi, Karel Abraham dan juga papanya. Akan menjadi keluarganya.
'06.00' Vanessa membuang nafasnya kasar. Karena sejak tadi semua keluarganya mengetuk pintu kamarnya, dan ya itu sangat membuatnya terganggu. Jujur saja dia ingin kabur. Namun sayangnya dibawah kamarnya sudah ada orang suruhan mamanya yang ditugaskan untuk menjaga kamarnya. Sehingga Vanessa tidak bisa kabur kemanapun.
"Tok tok tok tok" Suara ketukan pintu lagi-lagi terdengar. "Vanessa sayang, ini tante Ayya tolong buka pintunya sayang" Vanessa yang tadinya seolah tak tertarik untuk membuka pintu akhirnya dia bergegas untuk membuka pintunya.
"Tante.." Panggil Vanessa terlihat sedikit gembira akan kehadiran tantenya. "Ayo, masuk tante" Akhirnya tante nya pun memasuki kamar Vanessa.
Tante Ayya melihat satu gaun peach bertengger manis di dalam kamar Vanessa. "Kamu kenapa belum memakai gaunmu?" Vanessa kembali cemberut. "Nggak muat" Tanpa pikir panjang Vanessa langsung menjawabnya.
"Nggak muat atau kamunya yang nggak muat hati untuk memakainya hayoo?" Canda tante Ayya berharap agar Vanessa memakai gaunnya.
"Jika memang ini berat untukmu, maka buatlah ini mudah anggap saja kamu melakukan ini untuk tantte ayy. Bagaimana? Kamu mau tidak melakukannya untuk tante ayy?" Vanessa berhasil dibuat luluh oleh tante Ayya. Berkat bantuan Tantenya akhirnya Vanessa menyetujui untuk memakai gaun itu.
"Tante memang nakal, nggak tau ya kenapa setiap Tante yang meminta hatiku seolah tergoyang untuk melakukannya" Jawab Vanessa. Akhirnya Vanessa memakai gaun tersebut dibantu dengan Tantenya, memang gaun itu terkesan ribet namun terlihat indah.
"Ayo kamu pasti nangis sepanjang malam. Kamu harus di poles dengan sedikit make-up. Ayo kita menuju kamar mama kamu" Vanessa menggelengkan kepalanya.
"Aku mau di make-up sama Tante aja" Jawabnya dengan tipis senyuman di sudut bibirnya. "Baiklah kali ini Tante kalah dengan kamu" Vanessa pun tersenyum.
....
Akhirnya waktu pernikahan pun tiba, Vanessa tidak bisa membohongi dirinya bahwa mamanya hari ini sangat cantik. Namun, Vanessa belum memulai obrolan apapun. Keduanya cukup canggung untuk memulai obrolan. Vanessa hanya menunggu di sofa dekat dengan pintu keluar. Vanessa dan mamanya hanya berjarak sedikit dari tempat duduk keduanya.
"Citra, sebaiknya kamu membujuk Vanessa. Tidak baik kalian bertengkar dalam situasi ini" Citra yang juga bingung harus berbuat apa akhirnya memutuskan untuk mendekati Vanessa. Memang Vanessa sedari tadi hanya termenung diam, tak ada senyum di sudut bibir Vanessa bahkan dia tidak memulai percakapan dengan siapapun.
"Vanessa.." Vanessa tak menjawab dia tetap termenung melihat suasana di luar. "Mama minta maaf karena kamu belum bisa menerima keputusan mama. Mama tahu kamu sangat kecewa dan juga marah kepada mama. Namun mama mohon bantuan kamu untuk tidak membuat masalah di acara pernikahan mama sayang" Vanessa tak melirik sama sekali wajah mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Sister (Teen Fiction)
Teen FictionSemua berawal dari pertengkaran hebat yang terjadi dalam hidup Karen Abraham dan Vanessa Leandro, akibat masa lalu mereka yang sangat buruk. dan siapa sangka jika ternyata orang tua mereka saling mencinta? penolakan demi penolakan selalu di lontarka...