sechs.

471 109 5
                                    

CHAPTER 6 ─
we talk to much.

jisung berkali-kali meniup rambutnya, hal ini ia lakukan karena ia sedang bosan. saat ini ia sedang berada di taman bersama dengan dancer itu, namun sedaritadi belum ada yang memulai percakapan.

laki-laki bermarga han itu menghela nafasnya dengan keras, kemudian menyenderkan punggungnya dikursi panjang yang ia duduki.

"mau ngapain sih?" tanya jisung akhirnya setelah bosan karena diam saja.

dancer itu malah menaikan sebelah alisnya dan menoleh ke arah jisung, "lo yang mau ketemu gue, 'kan?"

jisung menggaruk tengkuknya yang gak gatal, dalam hati mengiyakan perkataan dancer di sebelahnya ini.

kemudian dirinya teringat sesuatu yang ia ingin sekali tanyakan pada dancer ini.

"nama lo siapa sih?" tanya jisung tiba-tiba, belum menjawab perkataan dari dancer yang tadi.

"lo ketemu cuma mau nanya nama gue?"

jisung menganggukan kepalanya dengan mantap.

"minho,"

jisung mengangguk-ngangguk, kemudian bergumam. "good name,"

minho menoleh ke arah jisung yang kini sedang memandang ke arah lain, jika dilihat-lihat jisung ini memiliki pipi yang gembul juga. istilahnya chubby.

"lo kerja di cafe itu?" tanya minho, membut jisung menolehkan wajahnya ke laki-laki di sebelahnya itu.

"iya,"

"gue kira lo masih sekolah,"

"iya, gue masih sekolah," sahut jisung membuat minho mengerutkan keningnya. "kayaknya gue pernah bilang ke elo, deh, kalo gue masih kuliah,"

"oh, ya?" jisung mengangguk.

"gue kerja part time, gue kerja selalu ngikut jadwal kuliah gue,"

"kenapa lo mau kerja?" tanya minho lagi.

"karena gue mau mandiri. gue udah dewasa kali, mau mencoba mandiri gak mau bergantung mulu sama orang tua gue,"

minho mangut-mangut, "good boy,"

"umur lo berapa?" tanya minho.

"19 tahun,"

"oh. gue 21,"

"gak ada yang nanya sih," sahut jisung membuat minho mendengus kasar.

jisung tertawa, "lo tinggal sendiri, kak?"

minho menoleh ke arah jisung ketika terdapat sebuah panggilan 'kak' diucapan jisung.

minho mengangguk, "iya. alasannya sama persis kayak lo itu, gue mau mandiri juga,"

"berarti lo lulus SMA itu langsung tinggal sendiri?"

"lebih tepatnya kelas 2 SMA, sih,"

jisung sedikit terkejut dengan jawaban minho, pasalnya kelas 2 SMA laki-laki yang lebih tua itu sudah bisa hidup mandiri.

lah jisung? boro-boro. kelas 2 SMA mah jaman-jaman suka minta uang jajan lebih dan bolos kelas mulu!

jisung salut sama minho.

"btw, lo tinggal dimana?" tanya minho.

"apartemen, deket perusahaan televisi itu,"

minho mangut-mangut, "ooh."

"lo, kak? tinggal dimana?"

"di rumah,"

"ya iya..."

"lah bener, 'kan? tadi gue nanya lo tinggal dimana lo jawab apartemen?" ujar minho. "ya gue jawab rumah lah soalnya gue 'kan tinggalnya di rumah."

jisung mendengus, "alamatnya!!"

"depan bakery sweet,"

"oh, disitu. tau tau!" sahut jisung mangut-mangut. "aduh, gue jadi pengen bakery sweet."

"gak ada yang nanya, sih,"

"dih,"

"lo gak kuliah apa?" tanya minho.

"libur,"

"oh."

suasananya canggung, baik jisung maupun minho sama-sama bingung mau ngobrol apa lagi.

mereka sama-sama diam, duduk di kursi itu. minho yang pura-pura asyik melihat orang-orang yang berlalu lalang, serta jisung yang memainkan rambutnya.

super duper canggung. mereka bisa merasakan atmosfer itu.

minho menarik napasnya, "lo setelah ini mau kemana?"

"balik kayaknya. kenapa?"

"nanya doang,"

"oh,"

hadeh. minho gak tahan lagi.

"gua duluan, ya."

"hah? ─ohh, iya."

minho pergi meninggalkan jisung yang duduk di kursi taman sendirian. jisung menatap sebentar punggung laki-laki itu, kemudian beranjak pergi meninggalkan kursi taman juga.

***

pesan yang diambil dari chapter ini adalah 'jangan canggungan!' wkwkw makasih udah baca ceritaku!❤️

the journey ─ minsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang