Surya

132 31 7
                                    

"Selamat datang di Cafe in, tempatnya kopi Lombok asli," begitu Surya menyapa pelanggan yang mampir ke warung kopi ku.

Warung ini hadiah bapak saat ulang tahun ku yang ke tujuh belas. Tadinya sempat diberi nama Langit Coffee tapi berganti setelah Mbak Nu memberikan saran.

"Sore, mau pesan apa?" Tanya Surya. Dua anak perempuan yang aku taksir usianya sebaya dengan Surya itu tersenyum. Ini sih bukan mau beli kopi. Percaya deh sama aku.

"Ada apa aja?" Tanya salah satu diantara mereka.

"Arabika, amaricano, mocacino, capuccino, late," Surya menyebutkan beberapa produk yang memang digemari di sini.

"Saya ga pernah minum kopi. Punya saran?" Tanya anak itu.

"Saran saya late. Mau?"

"Boleh deh. Dua late yah. Saya tunggu di meja sana" anak itu menunjuk meja yang letaknya tidak jauh pagar.

Ya. Warung ku ini bukan berbentuk cafe pada umun nya. Hanya sebuah warung kecil dimana tempat duduk pelanggan berada di teras sebuah mini market yang sudah aku sewa sebagai tempat meletakan meja dan kursi. Hanya ada sekitar tiga meja untuk enak pelanggan.

"Maaf mba cantik. Atas nama siapa?" Mulai deh modusnya si Surya.

"Nila."

"Saya Surya," nah kan pinter nya adik ku. Anak perempuan itu hanya tersenyum pada Surya.

"Meja nomor tiga, dua late" teriak Surya memberikan note pada Bumi. Setelah dua gadis itu duduk di tempatnya Aku menghampiri Surya.

"Pinter banget sih modusnya?" kataku dengan wajah sinis.

"Eh ada Bu bos. Mau late apa americano bos?"

~bruk~

Sebuah lap gelas mendarat di wajah Surya.

"Anak pak lurah jangan Lo lemesin" kata Bumi seraya menyerahkan dua cangkir late yang sudah dibuat lateart.

"Kita taruhan. Kalau gua dapet nomor dia, gaji Lo Minggu ini buat gua."

"Ogah." Jawab Bumi singkat dan berlalu menuju note pesanan yang lain.

"Payah." Ejek Surya seraya berjalan mengantar dua late ke meja nomor tiga.

Aku melihat Surya dari dalam kitchen bersama Bumi. Surya sedikit mengobrol dengan dua gadis itu. Tak berapa lama Surya mengeluarkan note yang biasa di gunakan untuk mencatat pesanan dari kantung apron miliknya.

"Kayanya dia dapet nomernya Bum," kataku pada Bumi yang sedang asik meracik kopi.

"Ga mungkin dia ga dapet," jawab Bumi tanpa melihatku. Ia masih sibuk mengaduk susu.

Dengan wajah sumringah Surya masuk ke dalam kitchen. Kalian pasti tau kan apa yang ia dapatkan?

"Bos cantik hari Minggu saya minta off yah," izinnya padaku.

"Ga ada cerita minta izin di hari Sabtu Minggu," itu kan hari ramai. Masa dia minta izin di hari itu.

"Kali ini aja bos, bos cantik dah. Saya mau jalan," rayunya.

"Tadi ngesot sampai sini?" Pertanyaan Bumi membuat Surya jengkel.

"Berenang tadi," jawab Surya jengkel.

"Mau jalan sama anak pak lurah nih bos cantik. Izin yah, please" rayu Surya lagi.

"Ok," putusku.

"Loh kok?"

"Yey.... Bos cantik banget sih, kalau baik begini kecantikannya bertambah loh"

"Potong gaji lima puluh persen" sambungku.

Bumi tertawa melihat perubahan wajah Surya yang tadinya tertawa bahagia kini berubah menjadi sendu.

"Mampus lo, bener feeling gua"

"Kalo potongannya sampai lima puluh persen sih cantiknya batal."

"Kalau cantiknya batal nanti mbak ajak kanjeng mamih ke salon"

***

#LittleBees8
#LittleBeeschallenge
#LittleBees

SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang