Bumi

168 36 29
                                    

Kemarin sudah kenalan kan sama Bumi dan sedikit cerita nakalnya? Lanjutin cerita kemarin boleh?

Setelah Pak De Wi -Kakak ibu- datang dari Bali. Semua urusan yang berkaitan dengan Bumi dan kenakalan nya diurus oleh Pak De Wi.

Ada yang tau kenapa Bumpret sampai masuk tahanan? Ternyata rumah teman si Bumpret itu sudah di intai lama oleh intel. Peredaran narkoba khususnya Shabu sudah berlangsung cukup lama di situ. Apesnya, si Bumpret ada di situ saat penggerebekan. Selamat Bumi, kamu jadi Malin Kundang abad dua puluh satu. Makin Kundang Milenial.

Menurut cerita Surya, Bumi sempat membujuk ibu untuk menebus dirinya dengan sejumlah uang agar ia bisa langsung menghirup udara bebas. Jangan panggil istri Rawitejo kalau tidak tegas. Bukan mendapatkan uang untuk dirinya ia malah mendapatkan amarah ibu yang keluarnya seperti komet Helly.

"Pertanggung jawabkan tindakan mu nak" begitu tiru Surya saat menceritakan kejadian di kantor polisi.

Aku tidak mau menyalahkan Bumi tapi tidak juga membenarkan apa yang ia lakukan. Melawan orang tua itu tindakan yang tidak dibenarkan dan kali ini bumi merasakannya. Rasakan.

Aku menjenguknya setelah berganti hari. Datang bersama Pak De Wi yang akan mengurus segala hal yang berkaitan dengan dia. Kalau kalian pikir kami akan datang bersama pengacara. Kalian salah besar. Pak De Wi hanya diperbolehkan mengurus Bumi sesuai aturan yang berlaku kalau tidak Bapak yang akan menjebloskan Bumi sendiri ke dalam sel.

Ibu sih sempat berfikir untuk minta bantuan salah satu teman nya. Kata ibu salah satu suami teman nya ada yang polisi. Begitu niatnya diutarakan pada Bapak, Bapak langsung berkata "kalau itu kamu lakukan, Aku orang pertama yang akan menyeret nya kembali ke dalam sel" jangan main-main dengan ucapan dia.

"Ga usah sok sedih" katanya begitu Bumi duduk di sebelah ku.  Bagaimana tidak sedih? Baru satu malam di dalam sel, ia sudah seperti mayat hidup. Kantung matanya hitam begitu.

"Ngomel aja dulu. Baru nangis" aku memukul kepalanya kuat-kuat. Benar kan apa yang Aku bilang kemarin. Dia yang paling tau bagaimana mood ku.

"Makanya jangan jadi Malin Kundang Melenial" kataku.

"Ibu gimana?" Tanya nya tanpa berani menatap ku. Ia paling lemah kalau lihat saudarinya menangis.

"Durhaka Lo" kataku dengan suara bergetar.

"Ia. Dosa banget"

"Asi nya macet" aku tidak berbohong soal itu. Asi ibu memang macet dan membuat Obe rungsing.

Bumi menatapku sedih. Ada sedikit bulir di sudut matanya. Dari tatapannya saja Aku tau kok dia mau bilang "jangan bohong" tapi dia ga berani berucap saja.

"Serius" kataku lagi, yang membuat Bumi memelukku erat. Akhirnya tangisan yang ia tahan sedari tadi keluar.

Tubuhku terguncang akibat guncangan tubuh Bumi. Berkali-kali ia berkata maaf, tapikan dia bukan salah sama aku. Salahnya dia itu banyak sama ibu. Iya ga sih?

Aku mengurai pelukannya. Ia menunduk tanpa berani menatapku. Matanya sudah basah. Sudah ketahuan. Jadi ga perlu ditutupi lagi.

"Kalau nanti bebas jangan lupa minta maaf sama ibu" akhirnya sisi bijaksana sebagai kakak pun muncul. Padahal niatnya tadi di rumah mau aku tonjok wajah ganteng Bumi. Ia mengganggu kan kepala mendengar nasihat ku.

"Sama Obe juga" sambung ku. "Kasihan loh dia, mimiknya jadi terganggu gara-gara ibu stres mikirin jagoan nya" lagi-lagi ia menganggukan kepala.

"Sama bintang, Lulu, ena dan Wulan juga" Bumi menatapku dengan wajah bingung.

"Mereka nangis loh mikirin kamu dan ibu" Bumi lagi-lagi menganggukan kepala.

"Sama Surya juga Bum"

"Iya mba"

"Sama aku juga loh" Ia langsung memeluk ku lagi sambil menggunakan kata maaf. Aku hanya bisa mengusap bahunya sebagai bentuk keprihatinan ku dengan apa yang terjadi padanya saat ini.

***

#LittleBees4
#LittleBeeschallenge
#LittleBees

SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang