Bel pertanda istirahat akhirnya berbunyi, hal yang sedari tadi ditunggu-tunggu Ryan.
Segera Ryan bergegas keluar dari kelasnya. Ia mempercepat langkahnya. Sudah sedari tadi hal ini mengganggu pikirannya, membuat ia tidak dapat konsentrasi saat pelajaran berlangsung tadi. Ya, walaupun memang ia jarang konsentrasi, tapi ini berbeda.
Hal pertama yang ia tuju adalah UKS sekolah. Berharap seseorang yang berkecamuk dalam pikirannya ini berada disana. Ia berlari ketika telah melihat pintu UKS.
Ryan berhenti tepat didepan pintu UKS, dibukanya pelan pintu tersebut, takut jika ada seseorang yang akan terganggu dengan suara yang ditimbulkan.
Ryan menghela nafas lega, seseorang yang dicarinya berada disini. Tidur, membelakangi-nya.
"Hei?" Ucap Ryan dengan nada lembutnya.
Tidak ada sahutan dari si lawan bicara.
Ryan tau, sangat tau bahwa si lawan bicara tidak benar-benar tertidur.
"Alen." Ucap Ryan kembali. "Gue tau Lo pura-pura tidur."
Masih, tidak ada sahutan dari Alen.
Kesal, Ryan mendekat kearah Alen, menarik lengannya agar Ryan dapat melihat wajahnya.
Begitu terkejutnya Ryan ketika melihat kondisi Alen. Sangat jauh dari kata baik. Mata bengkaknya! Siapa pun yang melihat pasti mengetahui bahwa gadis ini baru saja menangis! Bukan tangisan biasa, tapi sangat sangat luar biasa.
Ryan yang kaget melihat itu langsung khawatir. "Lo kenapa? Kenapa Lo nangis gini?" Tanya Ryan dengan nada begitu panik.
Sementara itu, Alen hanya terdiam. Tidak tau harus berkata apa, bahkan untuk mengeluarkan suara saja rasanya begitu susah.
"Hei?!" Tanya Ryan kembali sambil memegang kedua bahu Alen. Berusaha menyadarkannya.
"Gue.. nggak apa." Ucap Alen sangat lemah, bahkan suaranya saja sangat kecil untuk didengar.
"Udah makan?" Tanya Ryan kembali.
Kembali Alen terdiam untuk beberapa saat sampai dia menggeleng sangat pelan.
"Gue beliin ya? Lo mau apa? Bakso?" Kembali, dengan nada khawatir nya.
"Gue nggak mau makan." Ucap Alen lesu.
Ryan menghela nafas gusar, sementara gadis dihadapannya hanya terdiam menunduk.
***
"M-maaf kak, aku n-nggak sengaja." Ucap adik kelas sepuluh itu terbata.Ryan memperhatikan bajunya yang kotor terkena kuah batagor. Ia mendengus kesal.
Sementara itu, adek kelas yang tadi tak sengaja menabrak Ryan semakin dibuat takut lantaran mendengar dengusan kesal Ryan.
"Aduhh, kak.. maaf banget, saya tadi nggak liat kalo ada kakak." Kembali, adek kelas itu meminta maaf.
Adek kelas tersebut menundukkan kepalanya sambil memejam mata erat.
Biasanya orang yang berkonflik dengan Ryan akan diberi pelajaran.
Namun kenyataannya, pada hari ini keberuntungan berpihak pada adek kelas itu!
Ryan sama sekali tidak memberinya pelajaran!
Ryan malah langsung pergi meninggalkan adek kelas yang masih saja mematung karna sikap Ryan yang tak terduga.
Sementara para penduduk kantin yang tadi nya memusatkan perhatian pada satu hal, kembali keaktifitasnya semula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck!
Teen FictionBeberapa masa telah aku lewati bersamanya, sejauh ini aku merasakan manis dan pahit bersama, kami sangat dekat. Dan entah sejak kapan perasaan itu muncul, tapi hanya aku yang merasakan sedangkan dia tidak. Hanya aku yang bertahan.. Dan kamu yang ha...