0.5 Kerkom

7 8 1
                                    

[JIKA ADA KESALAHAN DALAM PENULISAN/TYPO HARAP DIMAKLUMI DAN DIKOREKSI]

.
.
.

✍✍✍

"Lo gausah ngeluh mulu, ntar gue anterin kok, tunggu sampe di Alen keluar aja, gue penasaran dia pergi ama siapa." Ujar Ryan kepada Sekar, ia masih melihat ke arah Alen berada sekarang. Tadi ia seperti melihat ada seorang laki-laki di butik itu, memang ketika Alen dari salon ke butik ia hanya sendirian, tapi ketika di butik, Ryan seperti melihat Alen dengan seseorang.

Tak ada sahutan dari lawan bicaranya, "woy!" Ucap Ryan sambil membalikkan badannya ketempat si lawan bicara berada. Ryan kaget ketika mengetahui si lawan bicara ternyata tidak ada di tempatnya. Kemana dia?

Ryan sedikit kewalahan mencari kesekeliling dengan matanya, bisa bahaya jika anak perawan orang hilang saat bersamanya. Ia bisa saja diamuk massa, diviralkan, diteror, atau bahkan dijadikan bahan meme.

Matanya terhenti disuatu objek, ia menghela nafas lega. "Ini cewek nyusahin amat." Ternyata perempuan yang hendak diantarnya masih belum jauh. Ryan masih ragu, tetap mengikuti Alen dan mengetahui siapa yang sedang bersamanya, atau menyusul perempuan yang tadi hendak diantarnya pulang yang kini telah berjalan sendirian padahal hari sudah mulai gelap. Pikirannya bercabang.

Padahal sebentar lagi Alen akan keluar bersama seseorang itu, tapi melihat Sekar yang semakin jalan menjauh tanpa memperhatikan sekitar membuat Ryan sedikit khawatir, kalau ada yang menculiknya, sudah pasti Ryan yang akan disalahkan.

"Gagal deh gue nyari tau siapa yang ngedeketin Alen." Decak Ryan kemudian menjalankan motornya menuju tempat Sekar berada.

"Ayo sini gue anterin," ujarnya setelah berada di dekat Sekar.

Sekar hanya melihat Ryan.

"Emang kita nggak kenal amat, atau mungkin gue emang nggak kenal lo, tapi nggak mungkin gue biarin cewek pulang sendirian malem-malem, ayo naik." Ujarnya kembali menyuruh Sekar naik.

Diperjalanan, Sekar hanya diam, yang ia khawatir kan sekarang bagaimana cara ia menjelaskan kepada orang tuanya kenapa ia bisa pulang malam begini. Tak mungkin ia katakan alasan yang sebenarnya

Tanpa ia sadari, mereka telah sampai didepan rumah Sekar. Ryan mematikan motornya dan beralih melihat Sekar yang masih saja diam menggigit jarinya.

"Woy, udah sampe." Ujar Ryan menyadarkan Sekar.

Sekar melihat sekitar, menyadari ia telah sampai dirumahnya, ia turun dari motor Ryan masih dengan tampang khawatir nya.

Ryan yang menyadari apa yang dikhawatirkan Sekar berkata, "lo takut dimarahin karna pulang malem?" Tanya Ryan.

Sekar hanya diam tak bersuara.

"Yaudah, biar gue yang bilang alesannya kenapa." Ujar Ryan kemudian. Bagaimanapun ia merasa bersalah karena telah melibatkan Sekar dalam kegiatan mengintainya tadi.

Ryan melangkah mendahului Sekar menuju pintu rumah. Namun, anehnya seperti tidak ada orang dirumahnya, lampu teras mati, begitu juga lampu didalam rumahnya.

Sekar yang menyadari hal itu langsung mencari kunci cadangan yang biasa disimpannya, dibukanya pintu rumah dan memang tak ada orang dirumahnya. Sekar menghela nafas lega, ia menghidupkan lampu rumahnya.

Tapi Sekar tetap heran, mengingat tak ada satupun pesan dari orangtuanya.

"Ooh iya lupa, hape gue kan mati." Gumam Sekar pada dirinya sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stuck!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang