CHAPTER 01

43.9K 3.2K 146
                                    

Sebuah mobil berwarna putih melaju pelan di samping seorang gadis yang sedang berjalan cepat di pinggir jalan. Gadis itu menoleh kearah mobil saat klakson kendaraan itu berbunyi dua kali.

"Ayo naik."

"Ogah." jawab gadis itu singkat tanpa menghentikan langkah.

"Ini udah malem dan gue yakin lo bakalan susah nyari taksi."

"Siapa bilang gue mau naik taksi, gue mau naik angkot."

Gigi-gigi geraham pria pengemudi bergemeletuk. Bisa-bisanya cewek yang ia buntuti ini bilang akan naik angkot. Saat jam sudah menunjuk angka 10 malam. Apa gadis itu tidak pernah tahu arti kata 'bahaya'.

Ckittt.

Raka menghentikan mobilnya tepat didepan Tiara yang masih berjalan. Hampir saja tubuh 165 cm nya terserempet jika dia telat mengontrol laju kedua kakinya.

"Masuk! gue anterin pulang."

"Nggak usah." tukas Tiara lalu berjalan menghindari tubuh tegap Raka yang menjulang didepannya. Dia bukan perempuan gampangan yang mau diantar pulang oleh lelaki asing.

"Gue bisa laporin lo ke polisi atas tuduhan penyerangan kalau lo nggak mau nurutin perintah gue." ancam Raka tanpa berbalik, namun ia bisa merasakan jika Tiara langsung berhenti melangkah. "Biaya rumah sakit gue setelah lo pukulin itu hampir habis dua puluh juta. Lo bisa aja ganti rugi, tapi gue nggak butuh duit. Gue butuh lo sebagai orang yang siap gue perintah kapanpun."

Sesaat Tiara berhenti, menarik napasnya panjang lalu berbalik dan berjalan kembali menghampiri Raka dan berdiri tepat disampingnya. Ia mendongak, ujung bibir kanannya terangkat naik tak percaya, dua puluh juta? Apa dia berobat ke luar angkasa hanya untuk pukulan yang bahkan ia perkirakan tidak meninggalkan bekas itu. "Laporin aja gue ke polisi. Biar lo puas."

"Bisa, tapi gue yakin lo pasti langsung diusir dari kampus lo. Dan lo nggak akan lulus, selamanya." Raka menjentikkan ibu jari dan telunjuknya. Dalam hati tertawa jahat, sangat jahat setelah mendapat ide cemerlang itu. Dia sebenarnya bukan tipe orang yang suka mengancam. Tapi pengecualian untuk Tiara, gadis manis bersurai hitam sebatas punggung itu sudah mencuri hatinya. Entah sejak kapan hati Raka selalu menghangat ketika mengingat lalu memikirkan pemilik mata bulat itu. Raka terbahak, inikah yang dinamakan dengan cinta. Sebuah rasa yang membuat kakaknya berubah menjadi sekeras batu.

Sedikit tentang Raka, dia adalah anak ke-dua dari tiga bersaudara. Kakaknya, Raga Abyakta Widjaya sedang tinggal di luar negeri. Dalihnya untuk pekerjaan, tapi Raka tahu, kakaknya itu hanya sedang ingin menghindari sang ibu. Adiknya bernama Rama Alfonso ... salah, Rama Abimana Widjaya yang tengah mengenyam pendidikan tingkat tinggi di negara matahari terbit. Dari ketiganya, siapa yang paling tampan? Tentu saja Raka Aditya Widjaya, itu batinnya sendiri.

Tingginya yang 183 cm membuat ia menjadi sangat menjulang dimata Tiara. Tiara tidak menampik kenyataan bahwa pria didepannya ini memang tampan. Potongan rambutnya rapi dengan warna hitam kecoklatan yang alami. Kulitnya putih bersih seperti tanpa noda. Alisnya cukup tebal dengan bingkai dahi yang pas, tidak lebar dan juga tidak sempit. Turun ke hidung, indera penciuman itu sangat mancung bagi Tiara yang mempunyai panjang hidung rata-rata orang Indonesia. Garis rahangnya yang kaku menjadi perpaduan yang pas dengan mata sipit yang akan berkilat sinis saat mulut tajamnya mengeluarkan ancaman.

Klik.

Raka menarik pintu disampingnya, membukakan khusus untuk Tiara. Perempuan yang bisa meluluhkan hatinya setelah sang ibu. Raka bukan pria polos yang tidak pernah berhubungan dengan wanita, terhitung sejak sekolah menengah atas, dia sudah empat kali menjalin hubungan cinta. Namun apa yang menurutnya dinamakan cinta itu hanya membuatnya mati bosan. Perempuan yang ia jerat selalu melarang ini dan itu, selalu 'minta tolong' diantar kesana, dijemput disini, mengomentari penampilannya  bla bla blah.

Mengikat MutiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang