***
Hari ini adalah hari pertama Adreena resmi masuk sekolah baru. Setelah beberapa jam sebelumnya, bunda terlalu sibuk dan ribet untuk mengurus semua hal yang diperlukan Adreena untuk masuk sekolah, hingga akhirnya Adreena resmi berdiri di parkiran sekolahnya.
Gadis itu berdiri kaku, menunggu kakak lelakinya untuk keluar mobil dari bagian kursi pengemudi. Oke, Adreena memang pergi dengan kakak lelakinya. Mulai saat ini, sampai kakak lulus. Begitu kata ayahnya. Mau menolak pun percuma, ayahnya tidak terima penolakan dengan alasan yang tidak masuk akal, jadilah Adreena hanya mampu menurut saja.
Asharga berdiri di sebelah Adreena yang menunggu, ya, dirinya yang akan mengantarkan adiknya untuk menuju ke Ruang Kepala Sekolah. Karena memang mereka belum tahu di kelas mana Adreena akan ditempatkan.
"Coba berbalik ke sana," perintah Asharga tiba-tiba sambil memegang kedua bahu gadis itu.
Adreena yang semula tidak mengerti dan sedikit enggan, mau tidak mau membalikkan tubuh. Gadis itu baru saja akan bertanya namun Asharga lebih dulu melepaskan kaitan tas ransel Adreema yang tidak sengaja menyangkut dengan rambutnya yang sengaja ia gerai. Lelaki itu sekaligus melepaskan ransel Adreena dari arah belakang, yang membuat Adreena mau tidak mau ikut menggerakkan kedua tangannya untuk melepas ranselnya.
"Buka jaketnya. Jaket hanya diperbolehkan untuk berangkat dan pulang, sampai koridor jaket sudah harus di lepas."
Adreena mengangguk dengan kikuk. Dengan segera ia melepaskan jaket berwarna cokelat miliknya, lalu bergerak kembali menuju mobil untuk meletakkan jaket itu di jok. Setelah itu gadis itu mengambil kembali ranselnya yang sejak tadi di genggam erat oleh Asharga dan meminta pria itu untuk mengunci mobil.
"Terima kasih," ujarnya pelan.
Asharga memilih untuk tidak menjawab. Mereka berdua segera bergerak menuju halaman depan sekolah, lalu memasuki lingkungan yang terdapat ruangan para guru, tempat mengurus urusan administrasi maupun kesiswaan serta Ruang Kepala Sekolah setelah melewati koridor khusus.
***
Tarik napas ...
Hembuskan ...
Tarik napas ...
Hembuskan ...Adreena menarik napas dalam, lalu menghelanya perlahan-lahan. Begitu terus, dan terjadi berulang kali. Sebelum akhirnya, Bu Lusiana tersenyum geli melihat tingkah gadis itu, lalu menarik pergelangan tangannya lembut untuk memasuki kelas.
"Selamat Pagi!" sapa wanita itu dengan ceria.
Wanita itu memposisikan diri di bagian depan ruang kelas. Memaksa semua murid untuk memberikan perhatian padanya.
"Selamat Pagi, Bu Lusi!"
Murid-murid mulai menyuarakan sapaan dengan serentak. Beberapa detik kemudian mereka mulai fokus dengan sesosok gadis yang berada dalam gandengan guru muda nan cantik itu. Benak mereka mulai bertanya-tanya, siapakah gadis itu sebenarnya? Apakah ia merupakan murid yang belum masuk itu? Atau murid dari kelas lain yang sengaja dipindahkan?
Begitu banyak pertanyaan mulai menghampiri benak mereka, berbanding terbalik dengan suasana kelas yang justru hening dan senyap.
Bu Lusi tersenyum puas melihat kelas ini tidak gaduh. Memang kelas ini tergolong kelas yang paling anteng dan mudah untuk dibimbing. "Begini, ibu kesini bukan untuk mengajar kalian, karena pagi ini jadwal kelas kalian Pak Subroto, kan?" tanyanya memastikan. Sontak membuat seluruh murid menjawab.
"Ibu cuma ingin mengantarkan seseorang yang namanya sudah ada pada daftar presensi kalian, tapi baru memperlihatkan dirinya sekarang, yang mulai saat ini, akan menjadi teman baru kalian." Bu Lusi mengabaikan suara woah yang mulai terdengar walaupun samar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asharga dan Rahasia
Teen FictionSemua tidak akan serumit ini jika saja Asharga bisa melupakan masa lalu. Semua tidak akan semenyakitkan ini jika saja Asharga tidak jatuh cinta kepada adiknya sendiri. Dan semuanya tidak akan menjadi semenyedihkan ini jika saja ia tahu bahwa, bukan...