KUMANDANG CINTA 7 NEGERI Saat Cinta Memanggil (Episode 01)

60 3 0
                                    

KUMANDANG CINTA 7 NEGERI

Episode 01

Senja. Bagaimana aku mengulasnya. Adakah pria teristimewa menikmati senja bersamaku saat ini? Bersama hati dan mimpi yang sama. Ahh... aku masih bersemedi dalam buaiku sendiri. Akan cinta suci tanpa bersyarat.

Aku terpejam. Menikmati terpa surya yang gusar meninggalkan langit bersemburat jingga. Jingga karenanya. Seperti hati ini, selalu rindu kecup cumbu cinta yang berbalut kemurnian hati. Hati pria yang masih aku bayangkan bagaimana rupa, suara dan keelokan hatinya.

Bersemayamlah rinduku bersamamu. Kelak, kita pasti kan bertemu. Mungkin ini adalah awalnya. Semoga pesan ini tersampai padamu.

"Botol ini akan membawa pesan. Jika yang menemukan wanita, dialah saudaraku. Jika dia pria yang tepat, dia adalah jodohku."

Kulempar botol yang berisi secarik puisi. Berharap ada balasan dari dia yang ada di sana. Diakah sahabat penaku atau awal kisahku kan tertulis.

"Kirania..."

Terdengar suara parau sahabatku yang diam-diam aku tinggal sendiri menikmati kudapan favoritnya. Aku lebih suka sendiri. Menikmati debur ombak, senja bahkan desah angin.

"Lagi ngapain sih? Aku cari-cari kamu, ehh malah melamun di sini. Eh tadi kamu lempar apa? Jangan bilang kamu buat sensasi dengan ide gilamu lagi. Terobsesi kisah Gorgeous?" tanya Irsya sembari gemas mencubit kedua pipiku.

"Hehehe. Iseng. Sapa tau aku temuin cinta sejatiku," jawabku sembari menepis tangan Irsya sahabatku yang setia menemaniku dalam sepi.

"Heyyy... masih percaya cerita konyol itu lagi. Aku sih gak percaya."

"Tapi keyakinanku kuat, Sya," jawabku sembari meremas gundukan pasir putih di Pulau Bidadari.

Papa hanya berkutat pada bisnisnya dan ambisinya. Seakan tak hiraukan kehidupanku. Semenjak kematian mama sepuluh tahun lalu, mengubah papa menjadi pria gila kerja. Rasa cintanya padaku hanya dia hujani dengan kemewahan. Apapun yang aku pinta selalu dia turuti, termasuk tiket wisata tiga hari tiga malam dengan fasilitas premium bersama Irsya sahabatku.

"Kamu cantik Kirania. Tiada yang menolak kecantikanmu. Dirimu juga cerdas. Beberapa universitas luar negeri bergengsi menerimamu. Kamu tinggal pilih satu. Sedangkan gue. Ya sudah masuk universitas lokal saja sudah bersyukur banget." Kedua tangannya lagi-lagi memegang kedua pipiku. Memandang wajahku lekat-lekat.

"Impianku bukan seperti papa, Sya. Aku ingin ketenteraman hidup. Menjadi manusia normal. Hidup dalam keluarga kecil yang bahagia. Suami yang begitu tulus mencintaiku."

Kupandangi lepas cakrawala. Semburat jingga masih tampak menyeruak menelan langit yang hendak tenggelamkan mentari di ufuk barat. Burung camar bercengkerama mesra bersama lembutnya sang bayu mengembangkan sayap-sayapnya.

"Hans, Dion, Alfan, Zain, Bihan, siapa lagi coba. Hampir pria populer di sekolah ngejar-ngejar kamu, Nia. Belum lagi SMA lain saat kamu menjuarai lomba essai enam bulan lalu. Kamu sempurna, Kirania." Tangan lembut Irsya menyentuh punggung tanganku dibarengi debur ombak membilas telapak tangan kami.

"Aku bosan. Mengapa pria hanya mengagumi wanita dari fisik semata. Bukan dari hati dan sesuatu yang berbeda dari wanita." Aku tengadah. Melawan angkasa yang begitu culas berwarna jingga. Dengan tega menggelincirkan bathara surya di ujung lautan di sana.

"Kan memang dari mata turun ke hati, Nia. Mana ada cinta cuma hati doang. Jaman sekarang, imposible ah." Irsya menyirat air laut ke atas yang datang dihantar ombak. Menerpa tubuh kami yang santai berselonjor kaki.

KUMANDANG CINTA 7 NEGERI Saat Cinta MemanggilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang