KUMANDANG CINTA 7 NEGERI Episode 04

45 3 8
                                    

KUMANDANG CINTA 7 NEGERI
Saat Cinta Memanggil

Oleh: Fitria Linda Kurniawati

Episode 04:

Sepekan demi sepekan kusibukkan dengan ambisi papa tentang universitas yang hendak kutempuh. Bahkan papa tanpa ragu selalu mengajakku ke kerajaan bisnisnya. Memperkenalkan pada para pegawai dan koleganya.

Aku hanya mampu mengumbar senyum dari kepura-puraan meski senyuman papa begitu bahagia. Harapan terbesarnya, aku pemegang kekaisaran bisnisnya.

“Bagaimana Kiran? Apa kamu siap jika papa menaruh tongkat estafet bisnis papa padamu? Papa yakin kamu mampu, Sayang,” ucapnya sembari meletakkan lengan tangannya di bahuku.

“Kiran tidak yakin, Pa. Ini usaha kebanggaan Papa dan almarhum mama. Kiran takut tidak punya kekuatan untuk mempertahankan apalagi membuatnya lebih berjaya,” ungkapku. Memandang wajah papa yang sejak tadi sumringah.

“Papa berharap padamu, Kiran,” jawabnya singkat. Seakan menghentikanku untuk berdalih.

Kesibukanku kali ini bukan untuk impianku. Bahkan aku semakin buruk  akan sikap Bihan yang berharap aku lebih perhatian padanya. Bihan bukan pria dewasa seperti yang aku harapkan. Namun Irsya begitu sangat mengaguminya. Kami bertiga selalu jalan bersama. Aku tidak seratus persen percaya pada Bihan. Bahkan ucapannya kala itu.

“Aku tidak direstui mama untuk kuliah dan mengejar NBA di USA bersamamu, Sayang. Maafkan aku. Aku akan menjaga kesetiaanku untukmu,” ungkapnya. Aku hanya terdiam.

Wajahnya begitu lekat memandangku. Senyumannya, tidak membuat hatiku luluh. Jemarinya menyentuh daguku. Manik matanya begitu tajam memandangku. Bibirnya tergerak hendak menciumku. “Stop, Bihan! Aku tidak bisa.” Kucegat dirinya. Tiada cinta yang bisa kupetik akan ranumnya ciumannya. Aku tidak mencintainya, meski aku memaksa perasaanku sendiri.

“Tapi, Nia. Kita sudah menjalin hubungan ‘kan?” protesnya.

“Apa arti hubungan seperti ini, yang pada akhirnya memudahkan kita untuk mengumbar segala batasan dan norma?” tandasku. Menepis pelukannya.

“Nia... Nia! Bagaimana mungkin hubungan ini terjalin indah, jika tiada ciuman sedikit pun? Bagaimana caraku mengungkapkan perasaan cinta ini padamu, Nia?” Telapak tangannya begitu erat mencengkeram kedua lenganku.

“Jika kamu benar-benar mencintaiku. Jaga diriku dan perasaanku. Jangan umbar nafsu di antara rasa cinta. Aku begitu takut itu semua dusta.” Kutepis cengkeraman tangannya. Mundur dua langkah dari tubuh pria gagah di depanku.

“Kamu belum menerimaku? Masih belum mencintaiku, Kirania?” Beberapa langkah kakinya melangkah. Menjangkau lebih dekat dan merengkuhku paksa.

“Sakit, Bihan. Lepaskan! Jangan seperti ini. Ini bukan bagian hubungan yang baik untuk kita. Aku takut, ini hanya bias nafsu bagi kita.”

“Inilah cinta, Nia. Aku begitu mencintaimu. Biarkan aku menciummu sekali saja.” Bihan merengkuh paksa tubuhku.

Plaaakkk...!!!

“Kamu, menamparku, Nia? Begini caramu membalas perhatianku selama ini?” Langkahnya mundur selangkah. Mata indah itu menatapku nanar. Seakan tiada percaya atas ayunan telapak tanganku yang mendarat di pipinya.

“Maafkan aku, Bihan. Aku semakin takut padamu. Kamu memaksaku dengan nafsumu.”

“Ini cinta, Nia. Aku tidak bisa menahan diri jika berdua denganmu. Aku sangat mencintaimu, Kirania.” Telapak tangannya mulai menggelayut di lenganku.

“Cukup, Bihan! Aku tidak bisa berciuman denganmu. Aku tidak ingin kita mengumbar hubungan ini dengan nafsu.” Tolakku. Mundur darinya. Menghindari rengkuhan yang membuatku semakin takut akan sikapnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KUMANDANG CINTA 7 NEGERI Saat Cinta MemanggilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang