1
Hari ini, menuju keberangkatan ke kampus, suasana udara pagi mengajak gue untuk berdamai dengannya. Gue memesan ojek online (selanjutnya disebut: ojol) untuk lebih bisa menikmati perjalanan dan merasakan segala nikmat yang diberikan tuhan secara cuma cuma setiap harinya. Ojol datang lalu gue duduk dibelakang sambil memakai helm khasnya berwarna hijau.
Selama perjalanan, semesta menyambut ramah. Kecupan udara pagi sesekali membuat mata gue terpejam lalu pelan menggoyangkan bulu mata, pelukan hangat matahari yang menyelimuti tubuh dari dinginnya pagi sekaligus cahayanya yang menerobos daun-daun pepohonan sepanjang jalanan situ gintung membuat bercak indah pada jalanan yang gue lewati, dan sedikit kedap deruan suara kendaraan yang terdengar telinga melalui helm hijau yang gue pakai. Semesta bicara tanpa berkata.
***
2
Sesampainya di kampus, gue bertemu banyak teman-teman yang sedang berjalan menuju ruang kelas. Lalu gue bergabung menuju salah satu diantaranya dan bersalaman dengan ciri khas pertemanan. Mengantri memasuki ruang kelas, berjalan pelan persis dibelakang dimas.
Sayangnya, kelas hari ini tidak berlangsung lama sesuai dengan jadwal semestinya, karena ruangan ini akan dipakai kelas selanjutnya untuk pembekalan persiapan KKN pada bulan mendatang. Kebetulan, tahun ini KKN di angkatan gue dibagi menjadi dua lokasi, dalam dan luar negeri. Sehingga kelas pembekalan angkatan gue juga dibagi menjadi dua bagian dengan jadwal yang beda.
Berhubung kelas pembekalan gue telah selesai seminggu lalu, jadi kelas hari ini sangat singkat untuk diakhiri. Hari juga masih sedikit pagi, sekitar pukul 10:00 WIB. Rasanya belum ada keinginan untuk pulang ke rumah.
Gue keluar kelas sambil menjinjing tas berisi laptop dan duduk sebentar dibangku tunggu dekat dengan ruang dosen. Dengan mood yang masih sangat terjaga dipagi itu, akhirnya gue memutuskan menuju lantai 2, mencari kelas kosong sebagai wadah pendukung konsentrasi untuk melanjutkan tulisan.
Dingin, jauh dari keramaian. Az-Zumar, lantai 2. Gue membuka pintu perlahan, sambil menyalakan lampu, saklarnya persis disamping pintu. Lalu gue duduk disalah satu kursi bagian tengah, membuka laptop dan mulai menulis.
***
3
Di hampir 30 menit, gue mulai emosional terhadap sesuatu yang sedang gue tulis saat itu. Sialan! Seorang tokoh telah membangunkan perasaan kecewa setelah sempat tersimpan rapat rapat. Gue mulai mengangkat jari jari dari atas keyboard laptop, mengambil ponsel dan menyambungkannya dengan headset, mencoba mendengarkan lagu-lagu kesukaan yang ada di playlist yang biasanya bisa mengembalikan mood gue kembali normal. But it doesn't work.
Gue duduk bersandar sambil memandangi layar laptop. Mendengarkan lagu lewat headset yang masih terpasang ditelinga. Tiba-tiba, ponsel berdering tanda panggilan masuk, menghentikan putaran lagu yang sedang gue dengarkan.
Ternyata panggilan masuk dari mas agung. Berlangsung obrolan singkat selama lebih kurang lima menit, mas agung meminta tolong gue untuk cek harga ponsel dengan tipe yang dia sebutkan barusan, ke point square lebak bulus-Jakarta selatan.
Berbarengan dengan itu, perasaan kecewa yang kembali muncul juga membuat gue tiba-tiba ingin membuat masakan. Lasagna dan pudding. Semacam bentuk pengalihan sementara dari depan laptop. begitu juga untuk menumpahkan kesal dari apa yang gue tulis barusan.
Tapi kali ini gue nggak mau keluar sendirian, gue butuh teman yang bisa mengerti mood gue saat ini. Akhirnya gue coba menghubungi shaien via line chat (entah kenapa gue sebegitu yakin dia bisa menjaga dan mengembalikan mood gue):