THIS IS ME

170 8 4
                                    

"Tiga ... Dua ... Satu!"

Kembang api mulai diluncurkan. Terompet dan sorakan saling menyahut dengan kekacauannya.

Dari posisi tidur telentangnya, John membuka mata dan mendudukkan dirinya dengan kaki menyilang. Dibukanya tirai yang menghalangi jendelanya sedikit, menyipitkan sedikit matanya saat cahaya sangat terang menyusup masuk ke dalam kamar gelapnya. John melihat keadaan di luar sana. Hanya ke arah atas memandangi meriahnya letusan kembang api, tidak tertarik melihat perayaan di bawah.

Di luar kamarnya semua tamu perusahaan terdengar gembira dengan tepukan tangan dan suara tawanya. Dan sudah pasti para pemuda seusianya sedang mempersiapkan kejutan ulang tahun untuk saudaranya di halaman kolam renang. Tidak masalah. John juga sudah menantikan hari ini. Dengan perasaan mendebarkan, sudah saatnya untuk tersenyum.

***

Dentuman musik yang keras membuat siapapun yang ada di ruangan itu menjadi bersemangat. Untuk kesekian kalinya, gadis berperawakan tinggi berisi serta kulit gelap dan hidung mancung itu kembali melawan arus puluhan pengunjung klub lain yang sementara menari mengikuti tempo musik sampai dia mendapatkan bartender yang masih membagikan minuman alkohol, lantas mengambil lagi segelas dan kembali ke tempat awalnya.

Tadinya gadis asli India itu juga bersenang-senang, lalu suasana hati terdalamnya berkata lain pada tegukan gelas kecil ke-20nya. Pertama dia merengek kencang, tapi masih baik-baik saja. Kedua kali dia merengek lagi, menambah volumenya, menghentikan kegiatan DJ dan semua yang menikmati. Sekarang Brithani menjadi pusat perhatian semua manusia di sana, lalu malah mengencangkan tangisannya.

"Huekk," Brithani akhirnya mengangkat kakinya sendiri ketika beranjak keluar dari klub dengan tulisan berspanduk 'Baleto' itu karena rasa mualnya. Dia berlari terombang-ambing dipimpin oleh kemabukannya ke pinggir jalan dan menumpahkan rasa mualnya di seberang trotoar, antara jalan raya dan pantai pasir putih.

"Hey! Apa maksudmu?"

Brithani yang terkejut mendapati seseorang di situ membelakkan matanya. Berniat langsung meminta maaf pada anak kecil itu-- bukan. Bukan anak kecil, tapi pria kecil? Pria bertubuh pendek yang tingginya tidak sampai sepinggang Brithani?


_______

THIS IS ME
______

SEBUAH CERITA PENDEK

Karya galau_peopl

::::

"Rencanaku untuk hari ini adalah berbahagia. Sampai kau menghancurkannya." Korban Brithani itu berdiri, mengibaskan koran yang dia genggam guna mengusir muntahan pada celana hitamnya. Tingginya mungkin ... 100 cm?

"Maaf."

"Ya. Kumaafkan." Pria itu menghadap ke kiri membelakangi Brithani, sekilas mematung kemudian berjalan santai di sepanjang trotoar.

"Huaaaaa!" Mendengar teriakan yang memekik telinganya, dengan helaan napas dia menoleh lagi. Memang mengganggu, tapi ia tidak peduli.

Bukan sang pria yang menghampiri sang gadis, tapi Brithani yang mengimbangi jalannya dengan lelaki yang disebutnya kecil itu. "Aku juga berencana untuk berbahagia. Hari ini."

THIS IS METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang