*Author POV*
"Dia itu gak tau diri, oh ya tadi gue liat dia nolak pertolongan dari seseorang, siapa?" Tanya Dio
Raihan langsung kaget dengan pertanyaan Dio dan menampakkan wajah panik.
"Ooh itu, masih pemain biasa ko" jawab Raihan
"Kenapa dia nolak, udah syukur ditolongin"
"Valley itu tipe orang yang gak terlalu suka bergaul, makanya gue tadi mau niat nolongin jadi mengundurkan diri karena takut ditolak, soalnya dia gak kenal sama gue. Yah meskipun gue sama-sama masuk di ekskul bola basket ini sama dia" jelas Raihan"Gue gak tau harus ngomong yang sebenarnya atau gak. Gue takut aja nanti dia marah meskipun Dio adalah salah satu sahabatnya. Karena dia gak mau anak di sekolah ini mengetahuinya" ucap Raihan dalam hati
"Sok jual mahal tu cewek"
"Serah lu deh, mau nilai orang seperti apa. Gue cuman mau bilang, seburuk apa lo nilai tentang Valley, tapi yang namanya tanggung jawab tetap ada bro. Lo liat dia yang merintih kesakitan sekarang. Cewek juga punya perasaan" ucap Raihan lalu pergi meninggalkan DioDio terdiam dengan kalimat yang diucapkan Raihan. Dia mencerna setiap kata demi kata dengan sesekali melihat Valley yang ada di seberang sana.
*Valley POV*
Sekarang kakiku rasanya sakit sekali. Aku mengambil handphone dan menelepon Rima
"Hallo Val"
"Rim, lo masih di parkiran kan?"
"Ooh iya"
"Gue lupa bilang sam lo, kalau gue buru-buru pulang. Nanti malam gue balik ke rumah lo""Emang ada apa"
"Tadi mama gue nelvon minta untuk temenin belanja"
"Oke Rim, nanti gue pulang pakai ojek online aja"
"Oke"
Sekarang aku tidak tahu harus berbuat apa, pikiran ku mulai berkecamuk.
"Andai saja itu semua tidak terjadi, pasti sekarang gue bisa menerima kehadiran lo. Pasti lo yang ada di samping gue sekarang" ucapku dalam hati
Aku mulai meneteskan air mata, ketika mengenang masa-masa itu. Masa yang paling pahit untuk ku, masa yang pernah membuatku terjatuh dan sulit untuk bangkit kembali.
_________
*Dio POV*
"Apa yang dikatakan Raihan juga benar, seberapa pun benci gue sama tu cewek. Gue harus mempertanggungjawabkan kesalahan gue sama dia meskipun harus berurusan secara langsung" gumamku dalam hati
Aku langsung pergi ke tempat dimana ia duduk. Dan ketika aku sudah berada tepat disampingnya, aku melihat dia sedang menangis. Aku gak tau sih, yang dia tangisi itu apa, atau mungkin karena dia sedang merintih kesakitan. Aku jadi merasa bersalah sekarang. Aku pergi untuk mengambil sapu tangan yang biasa aku sediakan dalam tas dan kembali lagi.
"Ini, gue minta maaf" ucapku sambil menyodorkan sebuah sapu tangan.
Dia hanya diam dan menoleh sama sekali, akhirnya aku beranikan untuk duduk disampingnya.
"Lo, masih marah sama gue?" Aku pun mulai angkat bicara untuk memecah keheningan darinya. Akan tetapi, dia masih saja terdiam membisu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Valeeriana
Teen FictionAku dan kamu sama-sama egois. . . . Happy reading Highest Rank 📍#1 in Valley (19 Mei 2020)